Hai semuaaa... Sori ya, aku lama buat bikin cerita ini. :") Aku rasa gak perlu dibikin drama ini-itulah ya alasannya. Intinya emang karena ini "genre" baru untukku, aku masih beradaptasi.
Part ini agak panjang, btw. Semoga kalian suka! Enjoy. ^^
***
Vani memandang ragu omelette yang baru jadi beberapa saat lalu. Pinggirannya agak hangus. Eh, malah mungkin kelewat hangus karena sampai hitam-hitam gitu. Padahal bagian tengah-tengahnya sudah cakep banget. Bagian tengahnya berwarna kuning, tapi dengan potongan wortel, ham, dan beberapa potongan sayur lain, omelette itu jadi kelihatan lebih ceria dan berwarna.
Video di YouTube tadi kelihatannya gampang. Kenyataannya, Vani justru kesusahan membalik telur di atas wajan panas. Niat estetiknya seketika ambyar. Entah gimana nyinyiran Eyang Sri saat melihat rupa telurnya yang buruk rupa begini.
Intinya udah berusaha, kan? Vani menarik napasnya dalam-dalam. Perempuan itu berusaha optimis. Seandainya eyangnya Kafie menolak pun tidak apa-apa. Toh, Vani tidak ada rencana ke rukan hari ini. Dia akan berada di rumah seharian penuh! Vani bisa memakan jatah Eyang Sri kalau memang wanita itu tidak mau.
"Morning," Suara rendah Kafie tiba-tiba mengagetkan Vani dari lamunannya. Pria itu juga memeluknya dari belakang hingga mau tak mau Vani mencium wangi parfum musk yang dipakai Kafie. "Kamu masak apa? Aku cium bau gosong dari kamar."
Spontan saja Vani berbalik menghadap Kafie. Wajahnya pelan-pelan menghangat. "Kecium sampai situ, ya? Berarti Eyang sama Berry bisa tau, dong?" tanyanya cemas. "Aku bikin omelette sambil ngikutin tutorial dari YouTube, tapi baliknya agak susah. Jadi, pinggirannya agak gosong..."
"Kok, kamu diem aja, sih?" Kafie menggeser sedikit tubuh Vani hingga bisa melihat tampilan omelette Vani. Pria itu berdeham. "Kenapa kamu nggak panggil aku atau Mbok Nur aja?" tanyanya tampak susah-payah menahan geli.
Vani merasa wajahnya semakin memanas melihat reaksi Kafie. "Aku niatnya bikin surprise, Ka..."
"Yah, ini emang surprise sih, Van," angguk Kafie masih terpukau memandang omelette di konter dapur. Kemudian dia melirik Vani. "Selain ini, ada lagi yang mau kamu bikin? Toast gitu?"
Vani menggeleng-geleng. "Paling mau bikin kopi buat kamu. Siapin teh buat Eyang sama Berry," ujarnya. Lalu perempuan itu menggigit bagian bawah bibirnya dan memandang Kafie. "Tapi aku jadi insecure sendiri buat bikin tiga lagi."
Lagi-lagi kepala Kafie mengangguk. Dengan gerakan tangkas, laki-laki itu meletakkan wajan kembali di atas kompor listrik. Kemudian dia mengambil mangkok berisi adonan omelette yang sudah dibikin Vani.
Melihat itu, mata Vani mengerjap-ngerjap. "Ka, jangan bilang kamu mau gantiin aku masak sarapan," tebaknya.
"Aku udah telanjur ke sini, Van. Kamu juga kelihatannya kesusahan. So, I'll help you out," kata Kafie memandang sejenak ke arah perempuan itu. Sudut bibirnya tertarik sedikit setelah mendaratkan kecupan singkat di kening jenong Vani. "Kamu bisa fokus bikin yang lain, biar aku yang bikin omelette-nya."
"Tapi, tapi..."
"Aku tau kamu mau bikin surprise. Percaya deh sama aku, melihat dapur ini masih baik-baik aja setelah kamu ngegoreng omelette..."
"Kafie, ih!"
"... itu udah surprise juga buatku," kata Kafie mengangguk-ngangguk. Pria itu kemudian mulai menuangkan telur ke atas wajan anti-lengket. "Berarti aku nemuin dan milih orang yang tepat sebagai istri."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pasutri Newbie
RomansaGimana rasanya hidup sebagai pasutri baru? Ini bukan tutorial menjadi pasangan suami-istri goals. Vanila Tedjasukmana sama sekali tak menyangka dirinya sudah berstatus sebagai istri Kafie Handhika. Who is he? Oh, pria pemilik Kangen Kafe yang pernah...