3

53 4 0
                                    

Kalut kemarin masih terbawa sampai hari ini. Pagi ini, langit masih begitu muram seperti penghujung hari kemarin. Suasana riuh di dalam kelas membuat Rasi ingin pergi, mencari sedikit ketenangan. Beranjak lah ia untuk keluar kelas sebentar sebelum bel berbunyi. Sementara Tari, sahabat sekaligus teman sebangku Rasi masih melontarkan pertanyaan-pertanyaan soal Elbhanu Wave. Dari mana lagi Tari tau kalau bukan dari Satya.

“Ras..! Mau kemana..?”

Tari berusaha mencegah Rasi pergi. Nihil. Rasi telah menghilang di balik pintu. Diberi tau sesuatu namun setengah-setengah sama rasanya seperti ingin bersin tetapi tidak jadi. Benar-benar menjengkelkan. Satya sendiri justru tertawa melihat Tari yang tampaknya cukup frustasi. Satya lalu kembali ke bangkunya yang berada di samping meja Rasi, di barisan belakang.

"Tari, pinjem dasi, dong. Lo nggak kelihatan kalau nggak pakai dasi. Gue duduk di depan meja guru banget nanti kelihatan kalau nggak pakai dasi," ucap Sandi dengan gusar.

Sudah kesana kemari menebar permohonan meminjam dasi kepada para siswi yang duduk di belakang hingga bel tanda pelajaran pertama dimulai berbunyi, hasilnya nihil. Mata pelajaran pertama ini, Bahasa Indonesia, diampu oleh guru yang notabenenya killer. Pak Damar namanya. Semua peraturan Beliau harus dipatuhi karena memang sejak awal sudah  disepakati bersama seluruh siswa kelas ini. Salah satu peraturan mutlaknya ialah memakai dasi selama mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jika melanggar peraturan, siap-siap saja mendapat hadiah dari Pak Damar.

Rupanya usaha Sandi terhadap Tari akan membuahkan hasil. Gadis bernama lengkap Mentari Khatulistiwa itu sebenarnya tipe orang yang berhati lembut dan sulit menolak permintaan tolong dari siapapun. Walau kadang mulutnya bisa menyerocos seperti kereta, ia adalah orang yang tidak tegaan. Tanpa diminta pun, Tari kerap mengulurkan tangan untuk membantu yang membutuhkan. Apalagi jika orang itu meminta bantuan dengan sopan kepadanya, sudah pasti Tari dengan senang hati menolongnya.

Tari duduk di barisan paling belakang bersama Rasi, sehingga Pak Damar tidak akan memperhatikannya memakai dasi atau tidak. Teman sebangkunya itu baru kembali dari toilet dan mendapati Sandi sedang gusar di samping mejanya. Bisa ditebak. Pasti masalah dasi. Sandi yang mengetahui Rasi hendak menempati bangkunya pun segera menyergah untuk meminjam dasi karena ia sudah sering dan terbiasa meminjam dasi Rasi. Sejak awal ia memang berniat meminjam dasi Rasi. Hanya saja, Rasi baru kembali ke kelas.

"Pinjem modul juga ya, Bil. Kamu barengan sama Tari," ucap Sandi buru-buru sambil memakai dasi milik Rasi yang baru diberikan kepadanya.

Satya yang duduk di samping meja Rasi terkekeh. Siap meledek Rasi. Namun Pak Damar sudah memasuki kelas. Hilang sudah kesempatan Satya menggoda Rasi.

Guru killer itu pun membuka pelajaran. Bukan kepalang, nasib Rasi terancam sial karena Pak Damar menekankan bahwa siswa yang tidak membawa modul akan mendapat hukuman. Katanya, karena ini sudah tahun akhir di tingkat menengah atas, keterlaluan jika hal sederhana seperti itu masih saja diabaikan.

Tari menatap Rasi cemas. Satya pun demikian. Sedangkan Rasi tanpa ragu berdiri dan melangkah ke depan semua siswa di kelas ini. Benar-benar hanya Rasi yang "melanggar" peraturan. Semua perhatian tertuju kepadanya. Tak terkecuali Sandi yang kini menatapnya dengan rasa bersalah.

"Kenapa kamu tidak membawa modul? Kamu tau kan, kamu sudah hampir lulus? Kalian semua seharusnya tahu bahwa mengabaikan peraturan sederhana membuat kalian menjadi tidak disiplin," cerca Pak Damar membuat seluruh siswa bungkam.

"Dasi kamu juga, kenapa tidak memakai dasi?" lanjutnya dengan nada datar, namun penuh penekanan sehingga terdengar menyeramkan.

Rasi menatap Sandi sekilas sebelum menjawab. "Maaf, Pak. Dasi saya basah karena kehujanan kemarin."

BILYWhere stories live. Discover now