- usai.

67 3 0
                                    

Seperti sisa hujan sore kemarin, meninggalkan genangan bersama kenangannya di setiap celah yang diguyurinya. Serta setiap cerita yang dikenang oleh orang-orang yang meromantisasikan hidup dengan hal-hal sederhana, salah satunya melalui harapan yang mereka panjatkan kala hujan berlomba-lomba menjamah bumi. Sementara doa-doa, sekali lagi, yang mereka langitkan dengan tulus dalam sunyi, berlomba-lomba untuk sampai di muka rumah-Nya.

Berita tentang kepergian Rasi baru sampai ke telinga orang-orang usai Ujian Nasional berakhir. Rasi memang bukan orang yang begitu berpengaruh, yang kabar kematiannya akan menggemparkan dunia. Namun atas kebaikan apa yang ia perbuat sehingga orang-orang begitu menyayanginya, membicarakan berita duka itu setelah Ujian Nasional terselesaikan sehingga tak membuat siapapun terusik, tak membuat teman-temannya kacau sebelum pelaksanaan ujian.

Selama beberapa hari, nama Rasi terus disebut-sebut dari mulut ke mulut. Beberapa orang tak percaya jika Rasi sudah pergi, beberapa tak begitu peduli. Begitu lah dunia. Yang didengar hari ini, yang dikatakan hari ini, yang dilihat hari ini, akan dilupakan esok nanti. Kecuali seseorang pernah berkata bahwa perbuatan baik semasa hidup akan terus dikenang.

Sandi yang baru saja keluar dari rumah sakit lantas berjalan menuju ke pantai. Ia menuju ke kursi yang ia tempati saat terakhir kali ia duduk di sini sore itu. Bersama seseorang yang telah pergi, begitu jauh, namun kenangannya tetap tinggal, di dalam lubuk hati terdalamnya. Serta pada sebuah karangan bunga dari sedotan yang tergeletak di bawah kursi itu, yang kemudian Sandi raih dan ia tepiskan pasir yang menempel.

Sesekali Sandi memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Ia tak duduk sendirian di pantai ini. Banyak sekali manusia lain. Beberapa tertawa, beberapa sekadar berbicara, beberapa diam. Namun semua orang tampak begitu baik-baik saja. Mungkin karena topeng yang mereka gunakan dapat menutupi isi hati mereka. Sehingga yang terlihat orang lain adalah keadaan baik-baik saja.

Sandi melengkungkan senyumannya, namun tatapan matanya kosong. Seandainya saja ia lebih berani mengatakannya sore itu kepada Rasi.

Because I Love You.

Seandainya saja ia menyadari lebih awal bahwa hatinya memang telah dimenangkan oleh Rasi. Seandainya saja ia tak menyia-nyiakan banyak waktu untuk dapat berbagi lebih banyak cerita dengan Rasi. Sebab Rasi mungkin akan selalu mendengarkannya dengan antusias. Tak terkecuali mengenai adik Farhan yang akhirnya mendapat pendonor yang cocok, yaitu Sandi sendiri.

Pasti Rasi juga akan sangat bahagia hingga tak dapat mengutarakan rasa syukurnya. Juga jika ia mengetahui mengenai ayah Sandi yang akhirnya membaik dan dapat beraktivitas seperti sedia kala. Membayangkan dapat menceritakan semua itu kepada Rasi membuat Sandi mulai merasa peluh di matanya sudah siap menetes. Namun seseorang duduk di sampingnya, membuatnya menoleh dan mendapati sahabatnya, Satya.

"Lo bener," ucap Sandi dengan pandangan mata yang kembali menatap lautan.

"Dia suka hujan, dan dia nggak berteduh," lanjut Sandi sembari mengeratkan genggamannya pada bunga dari sedotan itu.

Satya menghembuskan napasnya dengan damai. Ia kemudian mengeluarkan sebuah flashdisk dari saku jaketnya.

"Dia nggak pernah membenci lo atas alasan apapun, San."

Sandi mengangguk, kemudian menoleh ke arah Satya sebab Satya menyodorkan sebuah flashdisk.

"Lo boleh simpen itu," ucap Satya setelah Sandi menerimanya.

Keduanya tak lagi saling berbicara melainkan membiarkan laut memamerkan deru ombaknya. Hari akan berganti dengan cerita-cerita baru yang telah menanti, dengan orang-orang baru yang akan ditemui. Namun andai boleh berkhayal, Sandi berharap ia dapat bertemu Rasi satu kali lagi. Walau hanya sekejap.

BILYWhere stories live. Discover now