21

30 1 0
                                    

Tibalah hari terakhir ujian praktik. Namun cuaca yang tak begitu bagus pagi ini membuat pelajar berseragam olahraga dibalut jaket abu-abu itu cemas. Ia berharap hujan tidak turun sebelum ia tiba di sekolah karena ia tak membawa payung. Tampaknya langit semakin gelap saat Rasi tiba di tempat percetakan di dekat sekolah. Rasi segera mencetak bahan presentasi susulan mata pelajaran Biologi waktu itu.

Sebenarnya presentasi susulan itu merupakan tugas kelompok. Namun sejak Senin kemarin teman sekelas Rasi itu tak berkabar seperti menghilang dari bumi. Maka dari itu, Rasi mengerjakan tugas itu seorang diri untuk mempersiapkan presentasi bersama satu teman sekelasnya yang bernama Sandi.

Mata ujian hari ini dilaksanakan serentak tanpa berkelompok. Tentunya tak akan lagi membuat Rasi kesulitan menemui Sandi karena semua anak kelas akan berkumpul di kelas sebelum melaksanakan lompat tinggi. Gadis itu baru saja tiba di kelas saat hujan mulai mengguyur seluruh kota. Di kelas sudah ada beberapa anak termasuk teman sebangkunya, Tari.

"Tumben siang banget, Ras?"

"Iya. Habis nge-print di depan tadi buat presentasi Biologi. Printer di rumah lagi bermasalah."

"Oh.. "

Rasi menghela napasnya dengan resah. Bahkan kedatangan Satya membuat dirinya tetap tak bersemangat. Mengingat sejak kemarin-kemarin Satya bersikap aneh terutama saat Rasi membahas Sandi, membuat Rasi tak membicarakan soal presentasinya dengan Sandi. Rasi menidurkan kepalanya dengan tatapan ke luar jendela. Hujan semakin deras sehingga kemungkinan mata ujian hari ini tidak dapat dilaksanakan. Rasi kembali menghela napasnya.

Sudah hampir dua jam hujan tak juga reda. Kelas lain yang melaksanakan mata ujian berbeda sudah hampir pulang. Rasi beranjak keluar kelas dengan kedua tangan yang ia masukkan ke saku jaket. Suara hujan terdengar begitu riuh, membuatnya memejamkan mata sehingga ia terlonjak saat seseorang baru saja datang dengan mengibaskan jas hujannya.

"Bara!"

"Hei, Ras! Padahal nggak jadi praktik gara-gara hujan kan, ya? Gue nggak mau berangkat sebenarnya," kata Bara sambil melepaskan helm dan jas hujannya bergantian.

Rasi terkekeh. "Iya. Harusnya nggak usah berangkat."

"Tapi kalau nggak berangkat nggak dapet uang saku, haha!"

Rasi hanya tersenyum. Bara hendak memasuki kelas, namun ia ingat satu hal yang ia rasa perlu disampaikan kepada Rasi.

"Untung udah sampai kelas gue. Kasian Sandi kejebak hujan di tempat percetakan."

Rasi terpaku mendengar perkataan Bara sebelum memastikannya, "Serius?"

"Iya."

Rasi berpikir sejenak sebelum akhirnya menemukan sebuah ide. Ia memasuki kelas dan menuju ke bangku Satya.

"At, bawa payung nggak?" tanya Rasi kepada Satya yang masih fokus bermain game di laptop.

"Bawa. Ambil aja di tas."

Rasi pun membuka tas Satya. Melihat ada dua payung di sana, Rasi meraih keduanya dan segera meninggalkan kelas. Bara yang duduk di samping Satya menatap Rasi dengan tatapan kagum sambil berkata bahwa Rasi adalah perempuan yang cukup tangguh yang Bara kenal. Bara juga menyampaikan bahwa ia baru saja memberitahu Rasi jika Sandi sedang terjebak hujan di tempat percetakan depan sekolah. Mendengar perkataan Bara, Satya meninggalkan game-nya begitu saja untuk menyusul Rasi yang baru saja keluar kelas.

"Ras!" panggil Satya dengan wajah datar.

Rasi berhenti dan menoleh ke arah Satya.

"Kenapa, At?"

BILYWhere stories live. Discover now