7

29 2 0
                                    

Bening masih sibuk menyiapkan bekal untuk Rafi. Buah hatinya yang satu itu belum selesai bersiap untuk pergi sekolah. Rasi tengah menyantap sarapannya. Hari ini ia pergi ke sekolah bersama Tari sehingga bisa bersantai sejenak sambil menunggu Tari menjemputnya.

Bening meletakkan kotak makan untuk Rafi di meja kemudian ia pergi ke dapur untuk memastikan kompor sudah ia matikan. Pagi ini ia harus menemui pelanggan yang sudah membuat janji temu dengannya.

Selepas sarapan, Rasi duduk di sofa ruang tamu dengan helm kuningnya yang kini sudah ia pakai. Tatapannya kosong. Seketika ia tersadar dari lamunannya kala Rafi datang. Rafi duduk di samping Rasi dengan mata yang terus fokus pada sebuah buku modul pelajaran. Rasi tersenyum sembari mengelus kepala belakang Rafi.

"Rajinnya.." ucap Rasi pelan.

Rafi tak menyahut, tetap fokus menghafalkan materi untuk persiapan Ujian Sekolah minggu depan. Bening melangkahkan kaki dengan terburu, sudah siap pergi. Rafi lantas bangkit sebab ia berangkat bersama ibunya.

"Rasi sayang, jangan lupa makan siang kamu nanti. Minum obat juga, ya.." pesan Bening saat tiba di ruang tamu. "Mama sama Rafi berangkat dulu. Jangan lupa kunci pintu," lanjutnya menambahkan.

"Iya, Ma.. Mama pelan-pelan nyetirnya walau udah buru-buru."

Bening segera memasuki mobil. Rafi sudah di dalam. Tak lama kemudian, mobil itu meninggalkan halaman rumah ini. Rasi memejamkan matanya sekejap. Tubuhnya ia sandarkan ke sofa senyaman mungkin. Tari tak kunjung datang. Jarak rumah keduanya cukup dekat. Namun Tari memang selalu berangkat siang walaupun jarak rumahnya ke sekolah lebih jauh dibandingkan jarak rumah Rasi ke sekolah.

"RASI..!"

Rasi terlonjak kaget ketika ia mendengar suara klakson yang disusul teriakan memanggil namanya. Itu suara Tari dari luar. Rasi segera bangkit, keluar rumah, mengunci pintu, lalu menaiki motor Tari.

"Lama banget lo, Tar. Hampir tidur lagi gue."

"Sorry, tadi gue nyari dasi nggak ketemu-ketemu."

"Ya udah, berangkat, yuk."

Tari menoleh ke belakang dan mendapati sahabatnya itu tak memakai dasi. "Lo mau kena hukum Pak Damar lagi? Baru kemarin ngumpulin tugas hukuman itu, loh, Ras."

"Masih di Sandi, nanti gue ambil."

"Ya udah, tapi jangan tidur di jalan. Ngantukan banget sih, lo," gerutu Tari yang melihat Rasi tampak lesu.

"Iya.."

Setibanya di sekolah, jalan masuk ke tempat parkir agak ramai oleh deru motor para siswa. Sudah banyak yang berangkat sehingga banyak sekali orang di tempat parkir, dan Rasi tidak menyukai itu. Gadis itu memilih turun selagi Tari berhenti. Ia akan menunggu di kantin yang terletak di sebelah tempat parkir itu.

Rasi berdiri di dekat kantin dengan helm yang belum ia lepas, menunggu Tari. Di hadapannya, dua teman sekelasnya berjalan mendekat. Satya dan Tio. Rupanya mereka baru saja menunaikan sunnah dua rakaat di masjid sekolah. Tio berniat jail memukul pelan Rasi pada helmnya, namun tangan Satya mencegah dengan tangkasnya lalu melirik Tio. Rasi menatapnya datar. Tio meringis tanpa dosa. Teman-temannya memang cukup jail.

"Ras, lo dicari Pak Damar. Katanya suruh ke Lab Bahasa kalau udah berangkat," ujar Satya sambil membenarkan dasinya.

Rasi melebarkan matanya. Ia melepas helm dan tas punggung dari gendongannya lalu menyerahkan kepada Satya, meminta tolong Satya untuk membawakannya ke kelas sementara Rasi berjalan dengan tergesa menuju ruang Lab Bahasa. Ia menelusuri kantin yang cukup ramai ini agar segera sampai di Lab Bahasa. Ia juga melewati koridor depan kantor guru.

BILYWhere stories live. Discover now