29

34 3 0
                                    

Dinding-dinding ruangan terasa lebih dingin saat malam tiba. Deru ombak lautan pun terdengar lebih berkecamuk. Doa-doa tulus yang dirapalkan dalam sunyi oleh orang-orang malam ini tak terhitung jumlahnya, berlomba-lomba untuk sampai di muka rumah-Nya. Menjadi bintang-bintang harapan yang bergemerlap di tengah kalut dan temaram. Sebagai pijar benderang kala ia akhirnya bersua dengan damai untuk tak bangun lagi, suatu hari nanti.

 Sebagai pijar benderang kala ia akhirnya bersua dengan damai untuk tak bangun lagi, suatu hari nanti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Rasinya cantik, dari utara."

Rasi yang tengah menatap ponselnya sedari tadi cukup terkejut mendapat pesan tersebut. Ia membuka pesan itu kemudian memperhatikan foto yang dikirimkan kepadanya. Hanya beberapa titik terang yang tampak pada foto itu, kecuali kini Rasi menambah kecerahan layar ponselnya sehingga ia dapat melihat gemerlap langit dalam foto itu. Foto yang berhasil membuatnya tersenyum sekaligus menangis secara bersamaan. Dan panggilan dari si pengirim foto itu pun masuk tepat setelah Rasi membaca pesannya.

“Halo..” sapa Rasi dengan suara pelan andai saja ia memiliki cukup tenaga untuk menunjukkan antusiasnya.

Hai.. Belum tidur?

Suara di balik panggilan telepon itu terdengar begitu lembut namun justru membuat gadis yang tengah berbaring itu merasa pilu. Sebentar lagi isakan tangisnya mungkin akan sampai ke seberang telepon sana.

“Belum.”

Tidur.. Istirahat..

Satu isakan tangis Rasi pun telah terdengar alih-alih menanggapi perkataan lawan bicaranya, Sandi, di seberang telepon itu.

“San, kata kamu, perempuan yang kamu suka bukan yang harus memenuhi standar yang tinggi..” ucap Rasi dengan menahan isakan tangisnya, namun air matanya tak mampu ia kendalikan.

“Kenapa selalu Bintang.. Kenapa aku nggak bisa..” lanjut Rasi sambil menyeka air matanya.

Sejenak tak ada respon dari seberang telepon kecuali hembusan napas yang disusul tawa singkat yang terdengar hangat.

I don’t deserve you. Kamu terlalu baik buat aku.

Hening. Rasi tak menyahut hingga Sandi kembali berbicara.

Malaikat sebaik kamu.. yang udah nyelametin anak kecil yang nggak bisa naik sepeda waktu itu.. Pakai kaos biru gambar Kapten Amerika.. Dan yang nolongin aku waktu aku kecelakaan motor.. Terlalu tinggi buat aku gapai. Kamu layak dapat yang lebih baik, yang terbaik.

Rasi cukup terkejut mendengar perkataan Sandi, terutama fakta bahwa rupanya Sandi sudah tau mereka berdua adalah dua anak kecil yang kala itu secara tak sengaja bertemu, yang mungkin meninggalkan luka untuk satu sama lain tanpa mereka mau, lantas kembali bertemu sebagai dua manusia yang sama-sama membenci dirinya sendiri atas kenangan dan luka pedih yang tak pernah mereka pilih. Rasi kembali mengisak tangisnya. Perkataan Sandi tak membuatnya merasa lebih baik atau tersanjung, justru membuatnya tersadar bahwa orang-orang memperlakukannya seolah ia benar-benar akan segera pergi.

BILYWhere stories live. Discover now