5

46 3 0
                                    

"Kemarin banget ini, gue coba ngomong ke Bintang. Tau apa jawaban dia? Dia bilang gini, 'San, kita nggak bisa ya, kalau temenan aja?' gitu," ucap Sandi dengan senyuman yang membuatnya terlihat bodoh.

Semua anak laki-laki memperhatikan Sandi bercerita tentang kisah cintanya yang tak berakhir indah terhadap rekan kerjanya dari DA itu.

"Terus gue mikir.. Ya udah lah, sebenarnya sih, nggak papa. Jadi temen aja gue udah seneng. Artinya bisa di samping dia terus, sama-sama terus, haha!"

Rasi ingat betul bagaimana Sandi bercerita tentang kisahnya yang berakhir menyedihkan itu. Ia sebenarnya tidak ingin tau, tetapi ia ada di situ saat Sandi bercerita kepada teman-teman laki-laki. Otomatis Rasi bisa mendengarnya.

Satu tahun Sandi berjuang untuk seseorang yang mungkin tidak pernah menghiraukan perjuangan itu. Sayang sekali membuang begitu banyak waktu dan tenaga. Terlebih akhir yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Betapa menyedihkannya. Mirisnya, satu atau dua minggu kemudian, tersebar kabar bahwa seseorang yang ia perjuangkan itu resmi berpacaran dengan orang lain.

"Selama ini juga gue udah cukup seneng sih, bisa kerja bareng sama dia, kemana-mana sama dia. Salah gue sendiri, udah tau dia nggak suka sama gue sejak awal.. tapi tetep gue deketin aja," lanjut Sandi membuat beberapa anak tertawa meledeknya.

"Lagian lo kebanyakan gebetan, sih! Sana sini lo pepet semua," celetuk Bara.

Beberapa yang lain sependapat dan semakin meledek Sandi. Pasalnya, Sandi yang bersikap lembut dan over friendly itu membuat dirinya dibanjiri perhatian pada medsosnya, terutama aplikasi chatting.

Jika diperhatikan, tampaknya room chat Sandi memang seperti asrama putri. Semua orang ia respon dengan "kelewat" baik. Entah adik kelas, kakak kelas, bahkan teman sekelasnya. Sandi sendiri hanya tertawa kala teman-temannya meledeknya. Ia memang bukan orang yang mudah tersinggung karena memang ia menyadari sifatnya sendiri.

"Buaya darat."

Dua kata yang dilontarkan oleh seorang siswi mendominasi kelas yang tepat sedang lengang. Semua mata tertuju kepadanya. Sekelompok siswi yang duduk di belakang bungkam sembari menatap siswi itu. Sementara siswi yang mengumpat tadi lekas keluar kelas sebab malu ditatap oleh beberapa teman sekelasnya yang tetap tinggal pada jam istirahat kedua ini. Ia tidak sengaja ataupun bermaksud untuk mengatai Sandi di hadapannya seperti itu. Karena merasa sangat tidak nyaman, ia pun memutuskan untuk enyah.

"Mampus! Emang bener buaya lo, San," ucap salah satu teman membuat yang lainnya tertawa.

"Pasti Aura salah satunya, nih," ujar satu teman lainnya selepas kepergian gadis yang barusan disebutkan namanya.

Satya yang berdiri di sambing Sandi menepuk-nepuk bahu Sandi dari samping dengan senyuman meledek sambil berkata, "Udah pasti, lah! Ya, San?"

Benar, Aura memang salah satu dari sekian banyaknya gebetan Sandi. Entah, Sandi bukan orang yang bisa ditebak. Apalagi dipahami. Baru 3 bulan sejak awal masuk SMA, Aura sudah menjauhi Sandi karena rasa tidak nyamannya. Bahkan keduanya sempat berpuasa bicara karena Aura benar-benar tidak merasa nyaman dengan salah satu teman sekelasnya yang tiba-tiba mendekatinya itu.

Seusai menutup cerita cinta pertamanya di SMA terhadap Aura, Sandi mulai memperjuangkan orang lain, yaitu Bintang. Selama hampir satu tahun di samping gadis itu, rupanya kisahnya tak berakhir menyenangkan. Kemarin, kata Sandi tadi, Bintang sudah jelas-jelas memberi batas. Namun siapa sangka, jika gadis itu tampaknya masih menjuarai hati Sandi. Semua orang tau itu. Bahkan seluruh anggota DA satu angkatannya.

Rasi tersenyum kecut mengingat hal itu. Terlebih mengenai Aura yang tidak seperti biasanya berangkat awal. Sewaktu kelas 10, tidak ada yang tau bahwa Sandi pernah mendekati Aura. Barangkali hingga saat ini.

BILYWhere stories live. Discover now