23. Ikut Bersembunyi

39 7 1
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

D U A P U L U H T I G A

"Kenapa Tante? Kenapa menyakiti diri sendiri?"

~♥~

Setelah pertengkaran sore itu, keesokan harinya Felisha berniat datang ke rumah Rania untuk meminta maaf secara langsung ke Fabian. Namun yang ia temui di rumah hanya Rania, entah berada di mana Fabian ia tak tahu. Ia tahu betul perasaan Fabian yang marah saat ini. maka dari itu ia berniat meminta maaf lebih dulu dan menurunkan egonya. Ia harus lebih bersabar dengan sifat cemburuan kekasihnya ini. Felisha kini duduk di ruang tengah di kediaman Rania dan berbincang santai dengannya.

"Kamu lagi cari Bian ya? Tadi anak itu sempat ke sini, tapi pergi lagi," tebak Rania yang menduga-duga alasan kedatangan pacar anaknya.

"Ah iya, Tante. Tante sendiri tahu Fabian ke mana?" tanya Felisha.

"Mungkin pulang ke rumah papanya," jawab Rania yang di angguki Felisha dan disusul dengan helaan napas.

"Lagi tengkar sama Bian?" sambung Rania yang seolah mengetahui apa yang sedang terjadi diantara kedua anak muda itu.

"Hhhh... iya Tante. Fabian cemburu sama sahabat aku," cerita Felisha mengenai alasan mereka bertengkar.

"Anak itu dari dulu memang cemburuan sama seperti papanya, sewaktu sama Nania saja dia cemburu sama Tante," perkataan Rania itu membuat Felisha sedikit mengernyit heran. Kenapa ada nama tak asing yang di sebutkan oleh Rania?

"Nania siapa Tante?" tanya Felisha secara langsung pura-pura tidak tahu.

"Oh, kamu belum tahu? Nania itu mantan Bian. Mereka pacaran sekitar 2 tahun yang lalu. Bukannya kalian satu sekolah?"

Felisha tidak terkejut mendengarnya. Nania, perempuan yang saat itu bersikap aneh di depan Fabian memang mantan dari kekasihnya. Felisha juga baru menyadari bahwa Fabian dan Nania sendiri sering bertemu, apalagi kemarin saat menjalankan event bersama. Keduanya seolah sangat akrab dan Fabian juga tak menjelaskan apapun pada Felisha. Dasar laki-laki itu, cemburunya saja dipikir. Dia bahkan tak memikirkan kebingungan Felisha selama ini.

Meski begitu Felisha diam saja selama Fabian tak bercerita padanya. Ia tak mau menambah masalah jika ia meninggikan egonya tiba-tiba. Apalagi kekasihnya yang sekarang ini terbilang sangat sensitif. Mudah tersulut emosi dan bisa meledak kapan saja.

"Oh, iya Tante. Kami sering ketemu kok," jawab Felisha menandakan bahwa ia mengenali sosok Nania."

"Nah, dulu sewaktu mereka masih pacaran, Tante lebih dekat dengan Nania di banding Bian. Mungkin setelah ini dia juga bisa cemburu karena Tante dekat sama kamu," ujar Rania lagi sambil terkekeh pelan.

"Ah, Tante bisa aja," tanggap Felisha seolah malu dengan ucapan Rania.

"Sabar ya sama cemburuannya Bian. Tapi kamu juga harus coba ubah sifat cemburuan itu ya, Fabian enggak bisa terus begitu. Bagaimanapun Bian harus bisa lebih mengontrol egonya. Apalagi sebentar lagi dia punya adik," pesan Rania dengan lirih dan kemudian tersenyum kecut. Felisha yang mendengar itu sedikit terkejut. Ia melihat raut wajah Rania yang sedikit berubah seolah memiliki luka yang dalam.

"Maksud Tante?" tanya Felisha berusaha memperjelas perkataan Rania. Ia ingin sedikit membuat Rania bisa bercerita padanya.

"Vivina sedang hamil. Kemarin siang Papa Bian datang dan memberitahu kabar itu. Tapi Bian belum sempat dengar dan pergi begitu saja. Anak itu marah karena papanya datang kemari," jelas Rania panjang lebar dengan hela napas lesu. Felisha berusaha menenangkan Rania dengan memegang tangannya lembut.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang