42. Murkanya Fabian

28 3 3
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

E M P A T P U L U H D U A

"Ini bukan tentang siapa lo buat gue, tapi tentang siapa Mama Rania buat gue,"

~♥~

Waktu pagi ini masih menunjukkan pukul delapan. Sudah banyak orang yang mulai hari dengan bekerja atau berkegiatan meski ini hari Minggu. Fabian yang sejak semalam pergi berdua dengan Nania saat ini berjalan memasuki rumah sakit hendak menuju ke ruang rawat Vivina. Semalam ia meninggalkan Vivina sendirian di rumah sakit tanpa pamit. Meski terbesit sedikit rasa bersalah tak membuat kebenciannya menyusut. Ia memilih bertemu dengan sang mantan kekasih daripada menjaga Vivina yang dirawat di rumah sakit.

Pagi ini pun ia masih bersama Nania, berniat datang ke rumah sakit hanya untuk memeriksa keadaan Vivina. Ia hanya akan menemui Vivina sebentar dan mengabari ayahnya untuk segera datang karena rencananya ia ingin pulang ke rumah Rania.

Akhirnya ia pun sampai di ruang rawat Vivina di salah satu ruang VIP. Ia membuka pintu dan melangkah masuk tanpa permisi diikuti Nania di belakangnya. Namun betapa terkejutnya ia melihat Vivina yang sedang mengobrol dengan Iqbal. Dan di sofa Al, Ardha, Galih, Dito, serta Rio asyik membahas sesuatu sementara Felisha yang tertidur nyenyak di bahu Al. Mereka semua juga menoleh terkejut melihat kehadiran Fabian yang di tunggu-tunggu sejak semalam.

"Loh, kok pada di sini? Asha juga?" tanya Fabian yang tidak menyangka mereka semua ada di sini. Fabian melangkah masuk lebih jauh mendekat ke arah sofa, namun Nania masih berdiri di depan pintu.

"Dari mana lo, Fab?" Al tak menjawab namun bertanya pada Fabian dengan nada dingin dan tatapan menusuk ke arah Nania.

"Abis cari makan sama Nania. Enggak ada yang mau jawab gue? Kalian kok bisa di sini?" bohong Fabian dengan menatap keempat manusia yang mulai jengah.

"Nyokap lo masuk rumah sakit, makanya kita ada di sini," jawab Rio berusaha sabar. Sesekali mereka melirik ke arah Vivina.

"Kalau yang lo maksud dia, lo salah. Dia bukan nyokap gue," ujar Fabian datar membuat Vivina menunduk.

"Yang sopan dong, Fab," Iqbal menyindir cara bicara Fabian yang keterlaluan. Ini bukan saatnya menuruti ego Fabian yang tinggi itu.

"Asha kok bisa di sini? Terus itu kenapa? Asha sakit?" laki-laki itu menunjuk benda di dahi Felisha dan menanyakan pertanyaan beruntun karena sepertinya mereka terlalu bertele-tele.

"Tunggu. Kalau Asha di sini, nyokap gue sama siapa di rumah?" tanya Fabian lagi sebelum mereka bisa menjawab.

"Ponsel lo rusak, Fab?" tanya Rio yang meredam amarahnya. Fabian pun juga mulai emosi karena tak ada satu pun dari mereka yang ada di sana menjawab pertanyaannya.

"Kalian enggak ada yang mau jawab gue?!" sentak Fabian dengan nada yang mulai meninggi membuat Felisha sedikit terusik namun belum juga bangun.

"Dari pada lo ribut, mending buka ponsel lo. Di sini bukan lo yang harusnya marah, bedebah sialan!" cerca Rio dengan kasar tak memedulikan pandangan Vivina yang masih di sana.

Fabian pun dengan malas membuka ponselnya. Ia mengaktifkan ponselnya yang memang sejak semalam ia nonaktifkan. Begitu ponselnya menyala ia terkejut melihat notifikasi yang jebol.

 Begitu ponselnya menyala ia terkejut melihat notifikasi yang jebol

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang