35. Pengampunan Bersyarat

31 7 0
                                    

WARNING!!
SHORT PART!!

Happy Reading Fellas!

~♥~

T I G A P U L U H L I M A

"Papa mau Felisha aman tapi tambah gila, atau Papa mau Felisha jauh dari Papa?"

~♥~

Selesai perbincangan panjang antara Felisha dan kedua dokter yang menanganinya, Felisha pun sedang menyantap makan malamnya di temani Sang Ibu. Tak lupa ada Alvaro dan Derrian yang duduk di sofa dekat brankar Felisha. Dara mengawasi putri tirinya itu agar menghabiskan makanannya. Semua kawan-kawan Felisha termasuk Fabian pun sudah berpamitan karena ingin memberi waktu untuk Felisha beristirahat.

"Fel," panggil Dara yang ditanggapi dengan gumaman Felisha.

"Kamu masih marah sama Papa sama Abang?" tanya Dara membuat kegiatan Felisha terhenti sejenak. Felisha terdiam sementara kedua laki-laki yang bak kloningan itu menatap Felisha was-was.

"Felisha nggak marah," jawab Felisha kemudian melanjutkan makannya, "Felisha cuma kecewa,".

Derrian dan Alvaro menatap sendu Felisha. Pria setengah baya itu pun berdiri menghampiri Felisha. Ia duduk di dekat istrinya dan menatap putrinya penuh rasa bersalah.

"Maafin Papa, Sayang. Papa cuma--"

"Papa cuma mau lindungin Felisha," potong Felisha.

"Iya, Felisha tahu, Pa. Papa sama Abang nggak perlu jelasin alasan basa-basi kayak gitu. Felisha nggak mau denger," sambung Felisha dengan tegas. Ia menutup telinganya tak mau mendengar kata-kata menyebalkan dari papanya.

Felisha menghela napasnya kemudian meletakkan alat makannya, "Pa,"

Derrian yang ditatap Felisha mendadak gugup. Sejak kapan putrinya bisa sangat mengintimidasi lawan bicaranya dengan tatapan seperti ini?

"Felisha maafin Papa," sambungnya, "tapi, Felisha kasih Papa dua pilihan,".

"Felisha tetep sekolah di Delapan Dua, atau Felisha pergi ke LA dan menetap di sana,"

Derrian terkejut dengan penawaran Felisha, "Nggak! Apa-apaan kamu kasih Papa pilihan kayak gitu?! Kamu ngancem Papa?"

"Felisha serius, Papa. Felisha nggak ngancem Papa. Felisha kasih Papa pilihan. Karena Papa nggak pernah biarin Felisha pilih," jawab Felisha lagi menghadapi Papanya dengan berani.

"Papa mau Felisha aman tapi tambah gila, atau Papa mau Felisha jauh dari Papa? Felisha nggak akan paksa, Papa. Semua ada ditangan, Papa. Kalau Papa nggak bisa pilih, biar Felisha pilih pergi," putus Felisha yang kemudian memilih melanjutkan kegiatannya yang terhenti.

Dara dan Alvaro tak bersuara. Keduanya hanya akan menunggu keputusan Derrian. Terlebih Alvaro. Ia tidak mau lagi berbicara banyak mengenai Felisha. Ia terlalu takut. Semua kata-kata yang dilontarkan Felisha pagi tadi benar-benar menguliti egonya. Alvaro sudah begitu menyakiti adik kesayangannya. Ia tak mau lagi melihat air mata dan tatapan kecewa Felisha. Itu terlalu menyakitkan baginya.

Derrian pun keluar dari ruang rawat Felisha. Ia pergi menemui Dr. Galang. Ia takut mengambil pilihan yang salah. Ia takut menyakiti hati putrinya lagi.

Derrian menemui Galang di ruang praktiknya. Ia menceritakan pilihan yang diberikan Felisha dan berusaha meminta pendapat Galang.  Ia percaya Galang bisa membantunya. Dr. Leili bilang kalau Derrian bisa memberikan kepercayaan penuh kepada Galang. Galang adalah salah satu psikiater terbaik di usianya.

Mendengar cerita Derrian pun, Galang tersenyum simpul. Gadis itu benar-benar paham ucapannya tadi. Ia bahkan bisa membuat Papanya yang keras kepala ini menghadapnya hanya untuk menanyakan pendapatnya.

"Menurut saya, pilihan apa pun yang Bapak pilih, adalah keputusan terbaik untuk Felisha. Pak, Felisha gadis yang cerdas. Dia tahu bagaimana cara melindungi dirinya sendiri. Kalau Bapak tahu bagaimana Felisha menghadapi Gerald, mungkin Bapak akan merasa sangat bangga. Felisha menyelesaikan masalahnya dengan bijak. Bahkan Gerald pun akhirnya memutuskan berhenti," jelas Galang berusaha menghalau keresahan Derrian.

"Dan kalau boleh saya berpendapat, Bapak bisa percaya dengan Felisha. Putri bapak mungkin memang kesulitan mengontrol emosinya, kesulitan menghadapi beban dan traumanya. Tapi Felisha bukan anak yang tertutup. Dan Felisha selalu berkata apa adanya,"

"Kalau Felisha bilang ia baik-baik saja, maka percaya saja. Karena Felisha benar-benar baik-baik saja. Sekalipun ada masalah, seperti dengan Gerald kemarin, meski bukan Bapak atau keluarganya, Felisha pasti menceritakannya pada orang-orang di sekitarnya,"

"Putri Bapak beruntung sekali memiliki teman-teman dekat di sekitarnya. Kepada siapa pun Felisha bercerita, dengarkan saja. Biarkan Felisha mengolah emosinya dan menghadapi masalahnya. Menurut saya, itu pilihan yang terbaik untuk Felisha saat ini," Galang menyampaikan pendapatnya dengan berani. Ia bukannya membela Felisha. Namun untuk pasien unik seperti Felisha, Galang juga punya cara khusus untuk membantunya.

Derrian mendengarkannya dengan seksama. Mungkin Galang benar. Felisha butuh orang-orang disekitarnya. Putrinya mungkin memang sudah cukup dewasa untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.

~♥~

Halo halooo!!! Apa kabar Fellas sekaliann?!!! Kali ini kalian dengan cepat bertemu denganku wkwk.

Sudah ada warning ya di atas hihi:)

Iya. Jadi untuk penyelesaian ini, aku buat sangat singkat. Karena sebelumnya sudah sangat panjang yah. Jadi mohon bisa menikmati.

Eumm..

Gimana kalau kita langsung lanjut aja? Aku juga tidak sabar untuk membagikan kelanjutan kisah Felisha nih!

Aku nantikan kritik saran kalian di kolom komentar yaa!!

Terima kasih Fellas sekalian sudah meluangkan waktu untuk membaca! Jangan lupa aku minta satu bintangnya lagi untuk part ini! Sampai jumpa di part selanjutnya yaaa! Salam,

-dessafel.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang