46. Belajar Mendengarkan Ya Fabian!

16 3 4
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

E M P A T P U L U H E N A M

"Kalau Felisha sama Ardha bisa ngerti batasan, lo sama Nania cuma ngerti kepuasan,"

~♥~

Flashback

"Sekarang, papa sama mama mau gimana?" tanya Fabian membuat Adintara menatap lekat anaknya. Fabian sendiri menatap tiga orang tua di depannya penuh tekad. Ia sudah memutuskan untuk tidak lagi keras kepala dan berdamai dengan mereka.

"Maksud kamu?"

"Papa masih cinta sama mama, kan?"

"Papa akan terus mencintai mama kamu, Bian," jawab Adintara tegas meski sempat terkejut dengan pertanyaan itu.

"Papa juga cinta sama Tante Vivina?" pertanyaan itu membuat Adintara terdiam.

Tentu saja. Pria paruh baya itu tak bisa mengelak. Ia menyadari bahwa hatinya juga sudah jatuh pada istri keduanya. Namun Adintara memilih tak menjawab dan membiarkan Fabian memahami dirinya. Fabian tersenyum tipis menatap ayahnya.

Sementara Vivina semakin tertunduk ketika namanya dibawa-bawa. Ia tahu bahwa sebenarnya ia hanya orang asing yang masuk ke keluarga Adintara dan ikut mengacaukannya.

"Papa cinta sama Tante Vivina," putus Fabian membuat Vivina mendongak menatap sepasang ayah dan anak itu terkejut.

"Bian tahu tante juga cinta sama papa," ujar Fabian pada Vivina sambil memberika senyumnya untuk pertama kali. Setelah itu Fabian mengalihkan perhatiannya ke arah mamanya.

"Mama? Mama masih cinta kan sama papa?" tanya Fabian ke Rania. Fabian menatap mamanya yang perlahan mengangguk.

"Jadi, kita bisa sama-sama aja setelah ini?" Fabian menarik perhatian tiga orang tua itu. Mereka menatap Fabian yang seperti memohon sesuatu kepada mereka.

"Bian.."

"Papa dan Bian jaga Mama dan Tante Vivina sama-sama. Sambil nunggu calon adik Bian kita berjuang untuk kesembuhan mama," lanjut Fabian tegas menarik senyum Adintara dan Vivina. Keduanya bersyukur karena akhirnya Fabian mulai menerima keadaan keluarganya.

Awalnya Adintara berpikir Fabian akan marah dan justru membenci keluarganya karena rahasia yang selama ini mereka sembunyikan. Ia tak menduga anaknya malah memberikan kesempatan untuk berdamai dan berjuang bersama-sama.

Sementara Rania merasa tersentuh melihat Fabian yang kini bisa berpikir dewasa. Anak laki-lakinya sudah tumbuh besar dan bisa mengerti keadaan keluarganya yang berantakan. Bahkan Rania tak menyadari perubahan Fabian selama ini.

"Mama mau kan berjuang sama-sama?"

Rania ditatap ketiga orang di depannya dengan penuh harapan. Ia diam lama dan berpikir. Bukankah sudah banyak orang yang mau berjuang untuknya? Jadi sepertinya ini sudah saatnya untuk Rania juga berjuang untuk dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Anggukan dari Rania menarik senyum lega dari Adintara, Vivina dan Fabian. Mereka senang karena bisa memulai dari awal lagi untuk membangun keluarganya.

***

Galih dan Iqbal masih setia mendengarkan cerita Fabian. Mereka tahu, meski Fabian sudah berdamai dengan keluarganya, laki-laki itu masih menyimpan kekecewaan yang besar terhadap sang ibu. Tentu saja itu menggores hatinya mengetahui ibu yang selama ini sangat ia sayang dan selalu ia jaga malah menyakiti dirinya sendiri.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang