12. Rasa Kehilangan

118 9 2
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

D U A B E L A S

"Belum jadian aja kita udah berantem. Apalagi kalau udah jadian nanti?"

~♥~

Pagi ini tak begitu istimewa bagi Felisha. Malah terkesan sangat buruk. Segala yang ada di pagi itu sama sekali tak mendukung moodnya. Di kelas pun ia juga hanya diam. Meletakkan kepalanya di atas meja dan berkali-kali menghela napas kasar. Ardha? Sama sekali tidak di pedulikan. Cowok itu juga tak peduli. Ia sibuk dengan dunianya.

Sang guru yang mengajar di depan kelas itu berdiri membelakangi siswanya. Ia menulis beberapa hal pokok yang harus dicatat para siswanya. Padahal lihat saja, mulai dari siswa yang paling malas dan bandel, hingga si ketua kelas dan si kutu buku tak satu pun menyentuh pulpen dan buku.

Felisha sedari tadi menggerutu. Rasanya tak nyaman. Ia gerah dan lelah. Berharap pagi itu ia bisa langsung pulang. Kelas itu juga tidak kondusif. Belajar? Benda macam apa itu? Mereka lebih memilih mengobrol, bermain ponsel, makan dan melakukan hal lainnya.

Felisha melirik ke arah Ardha. Sahabat dekatnya itu benar-benar sungguh sangat tidak peka. Lihat saja, Felisha sudah sejak bel masuk tidak tenang. Tapi cowok satu ini sibuk dengan komik tercintanya. Heran saja, kenapa ia sangat mencintai komik? Komiknya pun sudah puluhan ribu yang ia koleksi.

Tak perlu membahas si tukang es batu itu. Felisha tidak tahan ada di sini. Ia segera beranjak dan ijin ke toilet. Berjalan keluar dari kelas yang suram itu. Namun bukan toilet tujuannya. Melainkan taman belakang sekolah. Kata Ardha itu tempat paling bagus untuk menenangkan diri. Jadilah ia duduk di bawah pohon dan bersandar pada batangnya.

Felisha kembali menghela napasnya. Ia tidak tahu sedang memikirkan apa. Melamun. Ya ia melamunkan sesuatu yang tidak diketahuinya. Tiba-tiba matanya memberat lalu terpejam. Napasnya juga mulai teratur. Felisha tertidur di taman belakang.

Secara kebetulan seseorang mendatanginya. Ia penasaran apa yang dilakukan gadis itu di jam pelajaran seperti ini. Orang itu mendekat dan melihat Felisha sedang tertidur pulas. Ia melambaikan tangannya di depan wajah Felisha. Namun gadis itu sama sekali tidak bergerak. Bahkan orang itu sampai menoel pipinya. Namun Felisha tetap nyenyak dalam tidurnya.

Tak di sangka orang itu menggendong Felisha ala bridal style. Ia membawanya menuju ruang unit kesehatan sekolah. Di ruangan itu pun hanya ada seorang guru yang kebetulan berjaga. Guru itu bertanya-tanya apa yang terjadi pada Felisha.

"Felisha enggak kenapa-kenapa bu. Dia kecapekan, jadi saya bawa kesini supaya tidur. Nanti kalau bangun suruh masuk ke kelas saja bu," ujar orang itu kepada guru yang sedang jaga.

"Ya sudah, kamu segera kembali ke kelas. Jangan bolos, Fabian," perintah sang guru pada Fabian. Fabian mengangguk dan segera berlalu. Ia melangkah dengan gusar dan kembali ke kelasnya. Pikirannya melayang ke UKS. Felisha bolos hari ini, tumben?

Apa Felisha juga merasakan apa yang Fabian rasakan? Resah dan gelisah seharian. Memikirkan hal yang tidak tahu apa pentingnya. 'Belum jadian aja kita udah berantem. Apalagi kalau udah jadian nanti?' batin Fabian. Ia memasuki kelasnya tanpa melirik guru dan membanting dirinya ke tempat duduknya.

"Lo kenapa dah?" tanya teman sebangku Fabian, Iqbal. Fabian hanya menggeleng pelan dan meletakkan kepalanya di atas meja. Sejujurnya tadi Fabian ingin bolos. Tapi begitu melihat Felisha yang bolos, entah mengapa hatinya malas. Felisha juga tak ada niat meminta maaf pasal kemarin.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang