51. Siapa yang egois?

33 2 0
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

L I M A P U L U H S A T U

"Keputusan gue nggak akan ngerusak semuanya. Karena kalian, jauh lebih penting buat Felisha daripada gue."

~♥~

Valerie menarik Felisha masuk ke dalam kamar mereka yang ada di villa. Ia menutup pintu kemudian duduk di pinggir kasur, menatap Felisha yang berdiri di depannya. Valerie geram dengan Felisha yang hanya diam saja sedari tadi.

"Kenapa, Fel?" tanya Valerie membuka pembicaraan mereka malam itu.

Felisha mendecih lantas berujar, "Apa yang harus gue tahan, Val?"

"Kebodohan lo yang cinta sama dua orang!" ketus Valerie yang kemudian membuang muka.

"Val?!" Felisha menatap sahabatnya tak percaya. Kalimat itu betul keluar dari mulut Valerie.

"Kenapa? Ada yang salah dari omongan gue?" tanya Valerie lagi. Namun Felisha tak menjawab karena ia tak bisa menyanggah ujaran Valerie yangbenar adanya.

"Bang Fabian terlalu tolol karena percaya sama pelarian lo. Dan Ardha, terlalu goblok karena percaya harapan dari lo. Jadi lo bisa berhenti dari kebodohan lo sendiri yang manfaatin dua cowok yang tulus sama lo!" sambung Valerie dengan tatapan menusuk.

"Lo tahu apa soal gue? Lo tahu apa soal ketulusan dua cowok itu?" remeh Felisha.

"Nggak cuma gue, Felisha. Kita semua nggak buta untuk lihat kelakuan lo itu!" cecar Valerie lagi.

Felisha mendengus sinis, "Sejak deket Bang Alfi lo jadi sok tau gini ya?"

"Lo kenapa tiba-tiba bawa Bang Alfi?!" sentak Valerie tak terima.

Namun Felisha dengan santai menanggapi, "Lo juga bawa-bawa Fabian, Val."

"Loh, emang ini menyangkut Bang Fabian kok!" debat Valerie.

"Ini tentang gue sama Ardha, Val. Bukan tentang Fabian." sanggah Felisha.

"Jangan munafik, Felisha. Lo sendiri yang bawa Bang Fabian ke tengah-tengah masalah lo sama Ardha!" ketus Valerie membuat ekspresi wajah Felisha mendatar. Valerie nampak sedikit tertegun mendapat tatapan datar Felisha.

"Terus apa yang harusnya gue lakuin?" tanya Felisha pelan.

"Apa susahnya nunggu Ardha, Fel?" Valerie memberanikan diri lebih lugas menyatakan pendapatnya.

"Gue bukan Bang Alfi yang bisa nunggu lo yang labil ini," jawab Felisha lagi-lagi menyangkutkan Alfi di dalamnya. 

Valerie mengumpat dalam hatinya. Felisha dengan mulut menyebalkannya itu menjejalkan fakta untuk mendebatnya. Namun Valerie tidak mau kalah, ia berujar lagi, "Apa susahnya jujur tentang perasaan lo ke Ardha?"

Felisha terkekeh sinis dengan ujaran Valerie barusan. "Tanya sama diri lo sendiri yang nutupin perasaan lo ke Bang Alfi!"

Valerie bungkam dibuatnya. Lagi-lagi terserang fakta. Felisha curang jika menyangkutkan ini dengan kondisi hubungannya. Mereka sedang berdebat pasal Felisha, bukan pasal dirinya.

"Munafik? Kita sama, Vale." Felisha memutus percakapan keduanya. 

Gadis itu pun memilih pergi keluar dan kembali ke teras belakang villa. Felisha memilih duduk di sofa saat melihat Ardha sudah tidak ada di hammock. Ardha tengah menikmati daging sambil terduduk di pagar ujung teras, agak jauh dari mereka yang berkumpul di depan api unggun. Fabian yang melihat kekasihnya kembali pun menghampirinya. Laki-laki itu membawa sepiring daging dan menawarkannya pada Felisha. Keduanya duduk di sofa panjang itu sambil menyantap daging yang baru matang. 

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang