11. Di Tengah PDKT

109 13 2
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

S E B E L A S

"Bukan baperan, tapi lo yang terlalu gak mikirin perasaan gue,"

~♥~

Pagi ini Felisha berangkat bersama Ardha mengenakan mobilnya. Seperti yang biasa mereka lakukan sebelumnya. Semenjak Fabian mendekatinya, ia tak punya kesempatan untuk sekedar pergi ke sekolah bersama sahabat kecilnya itu. Felisha lebih sering menghabiskan waktunya dengan Fabian.

Hari ini ia sudah ada janji dengan Ardha. Persetan dengan Fabian, ia rindu pergi bersama Ardha. Apalagi ketika kecil Felisha terbiasa main bersama Ardha. Felisha dan Ardga sudah bersahabat sejak mereka duduk dibangku taman kanak-kanak. Bahkan untuk tidur, mandi, dan makan mereka juga bersama. Wajar saja jika mereka bisa sedekat ini sekarang.

Sekarang ini pun Felisha merencanakan pergi makan siang bersama Ardha. Ia ingin mengingat masa kecil dulu bersama Ardha. Ia tak peduli dengan ancaman Fabian semalam. Ia akan tetap pergi dengan Ardha.

Felisha sedikit melirik ke semua personil dari The Roacherz. Semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing di kantin. Di jam pulang begini memang kantin sekolah mereka masih dibuka.

Felisha menatap Fabian di sebelahnya yang sibuk dengan ponselnya. Sesekali laki-laki itu tersenyum menatap ponselnya. Entah apa yang lucu dari ponselnya itu. Ia mengintip sedikit ke arah ponsel Fabian dan mendapatinya sedang berbalas pesan dengan seseorang bernama Nania. Felisha hanya mengangguk sekali sebagai tanggapan.

Kali ini matanya bergerak ke arah Ardha. Laki-laki itu sedang sibuk dengan komiknya. Ia berdecak sekali. Felisha sangat bosan di sini. Entah mau sampai jam berapa mereka berkumpul di tempat ini. Felisha pun beranjak ke arah Ardha dan menutup komiknya. Ardha mendongak kesal. Felisha tidak minta maaf dan langsung menarik Ardha pergi menuju parkiran.

"Mau kemana?!" tanya Ardha dengan nada sedikit meninggi.

"Gue mau jalan sama lo! Ayo, buruan!" Ardha yang hanya ditarik pun menurut. Ia segera masuk ke mobil dan menyalakan mesin mobilnya.

"Kemana?"

"Ke Cafe biasa,"

"Ngapain?"

"Makan,"

"Di kantin,"

"Mau di sana,"

"Ada Fabian,"

"Mau sama lo,"

"Kenapa?"

"Kangen,"

"Kenapa?"

"Lo enggak jalan gue gigit,"

Mobil sedan berwarna putih itu pun melaju ke Daniel's Cafe, tempat Felisha dan Ardha biasa makan. Tempat yang mereka duduki pun juga di tempat biasanya. Bahkan beberapa pelayan di sana sudah mengenali Felisha. Selain karena Felisha sering makan di sana, ia juga sering menyumbang beberapa lagu untuk menghibur pengunjung.

Ardha dan Felisha pun menunggu pesanan mereka. Karena bosan Felisha mengajak Ardha untuk bercerita. Tentang masa kecil mereka yang masih mereka ingat. Apalagi pertemuan pertama mereka.

Felisha yang super cerewet dan banyak tanya menyerang Ardha dengan pertanyaan di hari ulang tahunnya yang ke lima. Saat itu Felisha kecil marah dengan Ardha yang sangat pendiam dan menyebalkan. Di tambah es krim strawberry kesukaannya jatuh karena Ardha. Alhasil Felisha merengek meminta ganti pada Ardha. Dari situlah mereka berkenalan dan memutuskan untuk berteman.

Ardha dan Felisha tertawa terbahak-bahak mengingat pertemuan pertama mereka. Hanya sejak saat itu Ardha menjadi lebih terbuka dan mau bicara. Itu pun karena kecerewetan Felisha.

"Eh, abis ini antar ke toko buku ya!" pinta Felisha pada Ardha. Ardha hendak menjawab dengan anggukan namun terpotong oleh seseorang.

"Sama gue aja!" Felisha terkejut mendengar suara itu. Ia sontak menoleh dan mendapati Fabian berada di belakangnya.

"Ngapain disini?!" tanya Felisha dengan nada seolah kepergok selingkuh. Fabian menatap datar keduanya.

"Nyari calon PACAR gue!" Jawabnya dengan menekan kata 'pacar'. Fabian sedikit sinis dengan Ardha yang notabenenya tak mengetahui apapun.

"Gue pinjem dia bentar," Fabian menarik Felisha pergi sedikit jauh. Ardha hanya mengangguk dengan wajah polosnya. Ia merasa seolah berada diantara Felisha dan Fabian yang seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar.

"Abis ini sama gue aja," ujar Fabian dengan mata memohon. Sungguh ia tak suka Felisha dekat dengan Ardha.

"Gue mau sama Ardha," jawab Felisha datar.

"Janji lo mana? Lo janji mau sama gue kan?" tagih Fabian dengan nada bicara meninggi.

"Cewek lo banyak, ajakin aja tuh mereka!" jawab gadis itu lagi sambil memutar bola matanya. Fabian menatap Felisha aneh. Cewek yang mana pula? Fabian sudah memutuskan semua pacarnya. Ia tak punya satupun yang tersisa.

"Cewek gue tinggal lo. Mau siapa lagi sih? Salah gue larang lo pergi sama Ardha?!" tanya Fabian sedikit marah.

"Enggak usah lebay, Fab," ledek Felisha datar.

"Kalo gue lebay, gue udah pukulin itu orang dari tadi," Wajahnya berubah datar lalu sedih. Seolah kecewa. Siapa yang tak kecewa kalau jadi Fabian?

"Mainnya pukulin orang?" tanya Felisha sedikit meremehkan.

"Dan gue tahu bakal semarah apa lo kalo sampe Ardha gue pukul,"Ya, Fabian tahu betapa dekatnya mereka berdua. Persahabatan mereka sudah sangat lama.

"Ih, udah lah. Mending tuh kabarin dulu ceweknya. Ajak jalan. Dari pada ganggu gue mulu," tangan Felisha bersidekap. Ia menatap ke arah lain karena kesal. Jujur saja, Felisha ini juga kesal dengan Fabian. Ia tahu siapa itu Nania. Iya, perempuan yang tadi asyik chatting dengan Fabian. Mantan Fabian yang memang masih berteman dekat. Felisha tahu karena Fabian juga yang cerita.

"Lo meragukan gue? Lo tahu kan, kalau utu memperjelas bahwa perjuangan gue gak ada artinya buat lo? Lalu buat apa lo minta waktu sebulan, sementara lo masih ragu sama gue. Gue bukan orang yang bisa selalu nungguin lo. Kalo kata Raditya Dika, cinta bisa kadaluarsa " jelas Fabian panjang dengan gurat kecewa di wajah tampannya.

"Baperan banget sih?" Felisha malah membalas dengan sarkas. Laki-laki di depannya itu tidak mengerti apa yang membuat Felisha bersikap seperti ini. Hal itu membuat Fabian semakin marah. Marah yang kecewa.

"Bukan baperan, tapi lo yang terlalu gak mikirin perasaan gue," jawab Fabian dengan datar dan ketus. Ia segera berlalu dari sana dan meninggalkan Felisha yang bingung dengan dirinya sendiri.

Felisha mematung. Ia diam lama sekali. Berpikir dan bertanya dalam hatinya. Siapa yang salah kalau begini? Ia merasa Fabian marah bukan karena ia tidak menepati janjinya. Entah apa yang buat mereka sampai bertengkar seperti ini. Kalau boleh jujur, Felisha hanya ingin membalas kekesalannya pada Fabian. Kalau Fabian boleh berhubungan dengan yang lain, kenapa Felisha tidak?

~♥~

alohaa fellas! kita sampai di part sebelass! Bagaimana dengan konflik ringan pertama kita ini? Setuju nggak sih sama apa yang Fabian rasain? Atau malah kalian berpihak sama Felisha? Ardha cengo banget tuh dihadapkan sama perdebatan pasangan yang belom jadi pasangan!

Mungkin di part selanjutnya akan ada penyelesaian nih. Namanya juga konlfik ringan, ya singkat-singkat aja gitu.. buat pemanasan di konflik utama nanti. Nah, sepertinya sampai sini dulu part 11 nya. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca part ini dan berharap banget apresiasi kecil dari kaliann! Jangan lupa aku minta satu bintang untuk part ini yaa! Sampai jumpa di part 12! Salam,

-dessafel.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang