22. Sekali Bukan Berarti

52 7 0
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

D U A P U L U H D U A

"Kalau gue jatuh, lo harus siap bantu gue. Tapi, bukannya bantu gue, lo justru menarik gue tanpa berpikir."

~♥~

Hari ini Felisha sudah ada janji dengan Ardha untuk makan siang bersama. Keduanya makan di restoran yang dulu sering mereka kunjungi. Sebenarnya makan siang hari ini merupakan ajakan dari Ardha yang langsung diiyakan oleh Felisha tanpa berpikir lagi. Ardha sengaja mengajak Felisha pergi hari ini karena ia ingin menanyakan sesuatu. Di tengah mereka menyantap makanan, Ardha berusaha menanyakan sesuatu yang sudah mengganggunya sejak 2 tahun lalu.

"Fel," panggil Ardha membuat Felisha mendongak.

"Kenapa?" tanya Felisha.

"Boleh tanya?" izin Ardha yang membuat Felisha mengernyit bingung. Ia meletakkan sendok dan garpunya kemudian menatap Ardha.

"Langsung aja kali, tumben lo pakai izin segala," jawab Felisha sedikit heran.

"Apa yang sebenernya bikin lo mau terima Fabian?" tanya Ardha dengan nada sedikit kecewa.  Setidaknya itu yang Felisha dengar. Gadis itu juga bukannya tidak mengerti, Ardha pasti kecewa mendengar Felisha jadian dengan Fabian. Apalagi mereka semua tahu maksud buruk Fabian.

"Menurut lo apa, Dha?" tanya balik Felisha.

"Gue tahu lo nggak sebodoh itu, Fel,"

"Ada banyak hal yang lo nggak ngerti soal gue, Ardha. Udah berapa tahun lo kenal gue?"

"Apa yang nggak gue ngerti?"

Felisha tersenyum kecil dan menunjuk Ardha dengan dagunya. Ardha mengernyit tak paham. Semenjak kembali dari LA, Felisha makin banyak menimbulkan teka-teki. 

"Ardha," Felisha membenarkan posisi duduknya. Ia menatap Ardha lekat dengan senyum simpul.

"Lo tahu kenapa gue mau dipindahin ke LA? Karena nggak ada satu pun dari kalian yang ngerti apa yang gue rasain waktu itu. Nggak ada satu pun dari kalian yang paham apa yang lagi gue perjuangin. Dan, lo... gue ngerasa lo jauh banget waktu itu. Gue cuma berharap satu hal dari lo, Dha," Felisha mengambil napas dan menghelanya dengan lembut, "Kalau gue jatuh, lo harus siap bantu gue. Tapi, bukannya bantu gue, lo justru menarik gue tanpa berpikir". 

Ardha menatap Felisha lekat seolah tahu apa maksudnya. "Maaf..."

Felisha memalingkan wajahnya sambil tersenyum kecut. 

Percakapan singkat itu. Yang hanya dipahami oleh kedua insan itu. Memang sedikit rumit menggambarkan hubungan persahabatan kedua orang ini.Saling bersembunyi membawa rahasia masing-masing namun bergantung satu sama lain. Terkadang orang yang mengenal mereka sangat ingin membantu mereka keluar dari jerat hubungan rumit ini, namun mereka sulit membagi perasaan mereka sehingga orang yang tahu hanya bisa diam dan menunggu.

***


Sementara itu di lain tempat, Fabian sedang duduk terdiam di ruang keluarga di rumah sang mama. Ia sedang dilanda dilema yang membuat moodnya benar-benar tak bagus. Beberapa kali Fabian menghubungi sang kekasih namun belum di jawab. Namun itu seolah hal biasa karena Felisha memang jarang menyentuh ponsel ketika memiliki kegiatan.
Namun bunyi bel yang menandakan kedatangan tamu membuyarkan lamunannya. Ia bergegas menuju ke arah pintu dan membukanya perlahan. Terlihat laki-laki separuh baya menatap Fabian dengan senyum sumringah yang tak bisa disembunyikan lagi. Sementara Fabian hanya menatap datar pria itu.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang