10. Pendekatan Ala Buaya

117 9 1
                                    

Happy Reading Fellas!

~♥~

S E P U L U H

"Jangan gantung gue lama-lama, ya. Tolak gue kalau emang lo enggak suka sama gue. Soalnya gue suka dag-dig-dug kalau lo baperin,"

~♥~

Sudah 3 minggu Fabian menjadi anggota dan ketua dari The Roacherz. Sudah 3 minggu juga Fabian dan Felisha semakin dekat. Ditambah lagi Felisha sudah tak menolak lagi ketika Fabian mengajaknya makan atau sekedar jalan berdua.

Felisha juga sudah biasa atas segala kegilaan Fabian. Gombal recehnya, jokes gak jelas, paksaan gila, dan segala kata-katanya yang bikin eneg. Terutama senyum manis yang amat lebar dan matanya yang menyipit itu. Senyumnya beda, tawanya beda, seolah tak ada beban sama sekali. Felisha senang ia dapat bertemu Fabian, tapi bukan berarti hatinya sudah jatuh kan?

Fabian banyak melakukan hal untuk terus mendekati gadis itu. Itupun ditambah dengan tindakan gila, aneh, dan tidak jelas. Seperti ketika ia menelepon Felisha beberapa hari lalu.

Flashback

"Halo Felisha? Ini Fabian!"

"Hm,"

"Halo Felisha? Ini Fabian!"

"Apa?"

"Halo Felisha? Ini Fabian!"

"Ck. Iya kak, ada apa?"

"Gawatt!!"

"Kenapa?"

"Gue mau bilang sesuatu! Ini menyangkut hidup dan mati gue!!"

"Apa sih pake hidup mati segala?"

"Serius!"

"Iya, tapi apa??"

"Gue mau bilang.."

"Lama anjir!"

"Gue kangen woy sama lo. Wagelaseh!!"

"Tuuut.. tuuut...tuuut..."

Setelah malam itu, Felisha sering mendapat teror ucapan selamat malam dengan banyak cara dari Fabian. Mulai dari mengirim sikat gigi untuk Felisha agar sikat gigi sebelum tidur. Kemudian membawakan selimut dari rumahnya agar Felisha tidak kedinginan. Bahkan membuatkan segelas susu putih dan memberikannya secara langsung padanya. Kedua orang tua Felisha pun sudah kenal dengan Fabian. Mereka sudah menganggap Fabian seperti Ardha.

Fabian juga tak segan lagi untuk banyak bicara dalam logat Jawa pada Felisha. Seolah menganggap Felisha akan mengerti apa yang ia ucapkan. Padahal ya tidak. Tapi Felisha juga tak begitu peduli pasal logat Jawa itu. Ia malah senang karena Fabian terlihat apa adanya.

Dan sekarang ini mereka sedang berkumpul dengan gerombolan gila makan di kantin. Felisha dan Fabian duduk dengan berhadapan. Bertatap muka sambil mengunyah makanan mereka masing-masing. Felisha menatapnya datar tepat di manik mata Fabian. Matanya hitam dengan sedikit warna coklat dengan penuh binar balik menatap Felisha.

Keduanya tak berhenti, masih terus bertatapan. Felisha juga tidak tahu kapan ingin berhenti. Pikirannya ia hanya ingin seperti ini. Nyaman. Sangat nyaman menatap mata Fabian itu.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang