34. Pendengar Bayaran

36 7 0
                                    


Happy Reading Fellas!

~♥~

T I G A P U L U H E M P A T

"If it's just for a listener, I don't need you. I don't need my father to pay you to hear my story,"

~♥~

Malam pun datang. Felisha sudah bangun dari tidurnya dan kini ruang rawat Felisha dipenuhi gerombolan gila makan. Keadaan Felisha membaik karena kedatangan kawan-kawannya. Felisha sudah bisa tertawa dan melupakan drama tadi pagi. Meskipun begitu, ia masih mengabaikan tiga laki-laki yang suka sekali mengatur hidupnya. Siapa lagi kalau bukan Sang Papa, Alvaro dan Ardha. 

Di ruangan itu pun hanya Ardha yang duduk paling jauh dari Felisha. Sementara Alvaro dan Papanya sedang menemui dokter yang biasa menangani Felisha. Ruang rawat VIP malam ini sangat ramai akibat lawakan yang dibalas tawa. 

Namun di tengah tawa mereka, seseorang mengetuk pintu. Tawa mereka terhenti sejenak dan secara bersamaan menoleh ke arah kedatangan seseorang. Seorang wanita dengan usia sekitar 30an diikuti laki-laki berkacamata dibelakangnya. Dua orang asing itu dituntun masuk oleh Derrian dan Dara. Alvaro tak ikut masuk ke dalam. Ia memilih menunggu di luar. Mungkin karena takut mengganggu suasana hati sang adik. 

Felisha yang sepertinya mengenali salah satu wajah asing itu mendatarkan wajahnya. Seolah menunjukkan kalau ia tidak menyukai kehadirannya. 

"Mas Pram?" ujar beberapa orang bersamaan. Tak menyangka orang yang mereka kenal memasuki ruangan ini. 

"Loh. Kalian? Kenal sama pasien?" tanya laki-laki yang namanya disebut Mas Pram tadi. 

"Temen kita mas, pacarnya Fabian juga," jawab Iqbal yang sepertinya mengenal dekat laki-laki ini. Begitu juga Rio, Dito, Fabian, dan Galih yang hanya mengangguk mendukung jawaban Iqbal. 

"Ohh, pacarmu toh, Fab?" tanya laki-laki itu lagi.

"Hehe ho'oh mas, ayu to?" Fabian menanggapi dengan senyum bodohnya. 

"Hai, Feli. What's good?" kini giliran wanita asing yang menyapa Felisha. 

"Missing you, lately," jawab Felisha dengan senyum seperti di paksa.

"Ah, ini kenalin. Junior aku di LA," ujar wanita itu sambil menunjuk laki-laki berkaca-mata di sebelahnya, "Galang ini Felisha,".

Wanita itu memperkenalkan Felisha dan yang ia sebut juniornya bergantian. Felisha menatap Galang dengan senyum yang ia usahakan tampak ramah. Wajah laki-laki dewasa itu terasa familiar untuknya.

"Nice to meet you, Dr. Galang," sapa Felisha. Galang pun mengangguk dengan senyum simpulnya.

"Kak Leili kapan sampai sini?" tanya Felisha pada wanita di depannya. Wanita yang ia tahu adalah psikiater yang menanganinya selama ini, bahkan saat di LA. 

"Baru tadi pagi. How about you, Feli? Sejauh ini, bagaimana Indonesia?" 

"Almost perfect for me,"

"So, meet new guy, hm?" ujar Leili dengan mengerling genit ke arah Felisha, "he's good to you?”

Namun Felisha tak menanggapi godaan dari Dr. Leili. Ia justru menghela napasnya dan menatap serius wanita di hadapannya.

Game Over: THE WOLFGANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang