part 34

874 65 7
                                    

"Abang darimana aja?" Tanya Intan yang sudah mengenakan piyama tidur. Gadis itu tampaknya baru saja terbangun karena mendengar suara motor Ervan.

Ervan membuka helemnya dan menatap Intan datar.

"Kamu ngapain nyamperin abang. Sudah, tidur lagi sana!"

"Ih abang, Intan kan takut di rumah sendirian."

"Loh, memang ibu kemana?"

"Ibu berangkat ke Gresik. Tadi sore bibi telpon kalau nenek masuk rumah sakit."

"Ya Tuhan! Nenek sakit apa?" Tanya Ervan kaget.

"Kena stroke. Kejadiannnya di rumah tetangga, waktu nenek mau beli sayur."

"Kok, kamu nggak langsung ngabarin abang."

"Intan tuh udah coba hubungin abang berkali-kali, tapi nggak abang jawab."

"Tapi abang nggak ada denger suara telpon masuk. Sebentar..." Ucap Ervan sambil memeriksa kantong celananya.

"Sepertinya ponsel abang ketinggalan di apart ... eh,  maksud abang dikantor." Ralat Ervan cepat. Ups, hampir saja ia keceplosan bicara.

"Kantor apa apartemen," selidik  Intan sebal.

"Di kantor. Kita semua kumpul di sana dulu, sebelum sama-sama pergi ke tempat acara. Lagian kamu kenapa nggak ikut sama ibu ke Gresik, daripada sendirian di rumah?" Tanya Ervan cepat, mengalihkan pembicaraan agar adiknya itu tidak bertanya lebih jauh.

"Intan kan besok udah mulai UTS bang." Jawab Intan dengan wajah cemberut.

"Abang nggak bohongin Intan kan tentang acara kantor?"

"Ya enggaklah, lagian kamu nggak percayaan banget sih sama abang." Jawab Ervan sedikit ketus, untuk menutupi kegugupannya.

Aku nggak mungkin bilang kalau  habis ketemuan sama Fanya, bisa-bisa, Intan malah semakin tak menyukai gadis itu.

"Ini udah kedua kalinya abang buat Intan nungguin abang sendirian kayak gini."

"Abang kan tadi udah bilang,  kalau abang nggak tahu." Bela Ervan cepat.

"Huh alasan," cibir Intan sambil melangkah pergi. Ervan hanya menghela napas pelan mendengar cibiran Intan. Sudahlah, ia tak mau ambil pusing tentang hal itu.

Ervan memasuki kamarnya, segera ia menelpon sang ibu untuk menanyakan kabar lebih lanjut.

Ervan mendesah lega setelah mengetahui keadaan neneknya yang kini telah membaik. Syukurlah.

Wajah lelah Ervan berubah cerah saat mendapati notifikasi dari Fanya.

Gadis itu menanyakan Apakah dia sudah sampai rumah atau belum. Buru-buru Ervan menelpon Fanya, dan langsung terjawab pada deringan kedua.

"Halo sayang, aku udah sampai rumah kok beberapa menit yang lalu." Ucap Ervan santai, sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur.

"Oh syukurlah, kamu pasti capek banget seharian ini nemenin aku jalan-jalan,"

"Hanya capek sedikit, nanti dibawa istirahat bentar juga hilang. Kamu lagi ngapain yang?"

"Nelpon kamu."

"Itu sih aku udah tahu. Kalau sebelumnya?"

"Mikirin kamu?"

"Udah Pinter ngegombal yah," Jawab Ervan sambil terkekeh senang.

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang