part 9

2.2K 140 13
                                    

"Van kamu lagi nggak nafsu ya, kok sedikit banget makannya," ucap Fanya lembut, makanan yang di pesan gadis itu sudah tersisa setengahnya, sedangkan milik Ervan masih terlihat banyak.

"Kamu itu lapar apa doyan sih Fan, cepet banget makannya." Ucap Ervan balik bertanya, sambil melirik piring milik Fanya. Sebenarnya sudah sejak tadi Ervan memperhatikan cara makan gadis itu tanpa disadari oleh Fanya sendiri.

"Hehehe .. Dua-duanya Van, aku memang belum sempat sarapan tadi, ditambah ini adalah makanan favoritku," ucapnya santai, sambil menyeruput kembali sayur asem yang memang masih berada dalam satu paket, dengan menu ayam goreng Kalasan yang tadi di pesan Fanya.

Ervan kembali melirik gaya santai gadis itu dalam menikmati makanannya, membuat dia makin tergiur dengan cara makan Fanya yang terlihat begitu menikmati apa yang dimakannya.

"Memang enak sekali ya?" Tanya Ervan tak sadar.

"Enak banget Van, kamu mau coba," tawar gadis itu bersemangat.

"Tidak terimakasih," tolak Ervan datar, walau sebenarnya ia sangat penasaran untuk mencobanya.

Apa benar seenak itu, aku yang pelanggan lama aja bahkan tidak tahu kalau menu ayam Kalasan disini sangat enak, lain kali aku mesti coba.

"Udah mending kamu cobain aja, nggak usah pakai acara gengsi segala Van, ntar kamu malah nyesel loh, aku suapin ya."

"Eh aku sungguh eng ..."

Ervan tentu saja langsung menolak tawaran konyol gadis itu, disuapi? Yang benar saja, memangnya dia bocah, tapi saat mulutnya terbuka untuk mengucapkan kalimat penolakan, Fanya dengan seenaknya malah langsung menyuapkan makanan miliknya ke dalam mulut Ervan.

Lelaki muda itu melotot kaget, namun mau tidak mau ia tetap mengunyah makanan yang tadi disodorkan Fanya dengan lancangnya.

"Kamu mau bikin aku kesedak Fan," ucap Ervan kesal setelah makanan didalam mulutnya habis.

"Enak kan Van," ucap Fanya dengan senyum lebar, tak memperdulikan kekesalan lelaki itu.

"Iya enak," jawab Ervan ketus.

"Mau coba lagi?" Tanya Fanya yang sudah kembali bersiap-siap dengan sendok ditangannya.

"TIDAK!" Jawab Ervan tegas, lelaki itu buru-buru menikmati makanannya sendiri, mengabaikan Fanya yang masih menatapnya dengan senyum geli.

Dengan santai Fanya kembali memakan makanannya yang hampir selesai, membiarkan Ervan menikmati acara makannya dalam damai.

"Ah rasanya sangat memuaskan, kamu pintar banget milih tempat makan sih Van, lain kali kita kesini lagi ya." Pinta Fanya dengan senyum ceria.

"Kesini lagi?" Ulang Ervan tak percaya. Ia samasekali tidak menduga jika Fanya yang selalu berpenampilan modis dan anggun itu mau makan di restoran kecil dan sederhana seperti ini saat tadi Ervan mengajaknya.

Sebenarnya tadi Ervan sempat merasa ragu untuk membawa gadis itu ke restoran langganannya, saat Fanya memintanya untuk mentraktir gadis itu sebagai perayaan hubungan paksa mereka yang baru tejadi tadi pagi. Karena jelas Ervan tak sanggup untuk membawa Fanya ke restoran mewah dengan harga menu yang terbilang sangat fantastis dan pastinya jauh dari jangkauan dompetnya.

Tapi ternyata tanggapan gadis itu sangat berbeda dari dugaannya selama ini, dan itu jelas menimbulkan kekaguman tersendiri di hati Ervan.

"Van, kita mampir ke toko kue dulu ya sebelum balik ke kantor, aku mau ngambil kue pesanan Mama," ucap Fanya saat mereka sudah berada kembali di dalam mobil. Ervan hanya mengangguk singkat, dan kembali melajukan kendaraan tersebut.

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang