"Pagi Ervan," suara lembut seorang wanita menyapa pendengaran lelaki muda yang tengah sibuk mengetik pada tuts keyboard di hadapannya.
Ervan mendongak dan mendengus pelan, saat mendapati Fanya yang sudah berdiri didepan mejanya dengan senyum lebar.
"Pagi," jawab Ervan cuek sambil terus mengetik.
"Kalau kamu mau menemui Adikmu, dia belum datang," jawab Ervan lagi yang masih sibuk dengan kegiatannya.
"Tumben Jace belum datang sampai sesiang ini?"
"Adikmu sudah datang pukul delapan tadi, tapi dia pergi lagi," jawab Ervan acuh tak acuh.
"Kemana?"
"Mana aku tahu," balas Ervan ketus.
Memang aku bokapnya apa, yang harus tahu dia ada di mana.
"Ya kali aja Jace ada ngomong kemana gitu, sebelum dia pergi," jawab Fanya santai, sambil mendudukkan bokongnya dikursi yang berhadapan langsung dengan meja kerja Ervan.
Ervan mendongak dan menatap tajam Fanya.
"Kenapa?" Tanya Fanya dengan tatapan polos.
"Jangan duduk di sini, tunggu saja di ruangan Adikmu," ucap lelaki itu nampak tak suka.
"Aku maunya nunggu di sini, itung-itung nemenin kamu kerja," jawab Fanya sambil mengerling genit.
"Aku nggak butuh kamu temani. Lagi pula, adanya kamu di sini malah bikin ganggu konsentrasi aku kerja," ucap lelaki itu tak suka.
"Aku kan cuma duduk aja di sini Van, memangnya aku ngacak-acak kerjaan kamu apa," balas Fanya sedikit sewot.
"Aku kan tadi bilang, adanya kamu di sini malah ganggu konsentrasi aku kerja," balas Ervan sambil menatap tajam ke arah Fanya.
"Aku bikin kamu salah tingkah ya Van," ucap Fanya dengan senyum menggoda.
"Memangnya kamu siapa sampai sepercaya diri itu," jawab Ervan makin dongkol.
"Aku Fanya, kakak dari atasanmu," balas Fanya santai.
"..."
"Ya lagian, kalau kamu memang nggak salting sama aku, ya udah." Ucap Fanya lagi cuek, sambil sibuk meniup kuku-kuku indah terawatnya dengan gaya super anggun.
Ervan menatap tak percaya pada Fanya yang masih terlihat santai.
"Kamu..."
"Selamat pagi," sapa Jace yang baru saja keluar dari lift dengan senyum lebar.
"Pagi Jace," balas Fanya tak kalah ceria, membalas sapaan Jace yang kini sudah berdiri menjulang didepan mereka.
"Wah pagi-pagi udah asyik berduaan aja nih," goda Jace sambil menyeringai.
"Hah!?"
"Eh Kami ti ..."
"Iya dong, sebagai calon istri yang baik, aku kan harus selalu berada disamping dia," serobot Fanya sambil melirik genit Ervan.
Ervan melotot geram mendengar ucapan gadis itu, ia hendak membantah segala kalimat yang baru saja diucapkan Fanya, tapi baru saja bibirnya terbuka untuk menjawab, lagi-lagi kata-katanya tenggelam di kerongkongan saat Jace kembali berbicara dengan mimik wajah yang berubah serius.
"Van tugas yang ku kasih tadi sebelum aku pergi, udah kamu selesaikan?" Tanya Jace dengan tatapan datar.
"Tinggal sedikit lagi Pak."
"Kok belum selesai sih Van, mangkanya jangan pacaran melulu, jadi nggak kelar-kelar kan tuh kerjaan."
"Saya tidak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
mengejar cinta brondong
Romancesequel menggapai cinta Jace. Kisah cinta yang diawali dengan keterpaksaaan. Mampukah Fanya merengkuh hati Ervan. Lelaki muda yang menjadi sekretaris adiknya, Jace.