Ervan baru sampai di rumahnya tepat pada saat jarum jam berada di angka sembilan. Seharusnya tiga jam lalu ia sudah sampai di rumah, tapi karena bosnya itu mengundangnya untuk makan malam bersama, yang iya yakin hanyalah akal-akalan dari atasannya tersebut untuk kembali mendekatkan dirinya dengan wanita tidak tahu malu itu.
Jika bukan karna pekerjaan dan gaji yang bagus, Ervan tentu tidak akan pernah mau melakukan semua keinginan dan permintaan konyol dari atasannya tersebut.
Suara percakapan dalam ruang keluarga sayup-sayup terdengar, saat Ervan berjalan memasuki ruang tamu.
"Bang Er kok pulangnya malam banget sih. Lembur lagi yah," sambut suara cempreng Adiknya yang tengah duduk lesehan dengan gadis seusianya di atas sebuah karpet tebal, sambil menyandarkan tubuh mereka pada bantal besar dekat sofa panjang dengan televisi menyala.
Ervan tersenyum tipis, ia lalu menghampiri Adiknya yang kini tengah bersama dengan temannya.
"Kalian sedang apa?" Tanyanya lembut masih dalam posisi berdiri.
Intan tersenyum lebar, wajah manisnya terlihat senang.
"Duduk sini Bang ngobrol bareng kita, biar Abang lebih kenal sama temanku ini," ucap Intan sambil menarik tangan Ervan manja.
"Nanti aja ya In, Abang mau mandi dulu, gerah nih," jawab Ervan santai, masih dengan senyum ramahnya.
"Tapi nanti kalo Abang udah selesai mandi langsung ke sini lagi loh," ucap Intan lagi memastikan.
"Iya, nggak percayaan banget sih," jawab Ervan sambil mengacak gemas rambut berponi milik Intan.
"Ish Abang poni Intan jadi berantakan lagi nih," jawab Intan sebal, yang hanya ditanggapi kekehan ringan Ervan.
"Ya udah Abang ke dalam dulu ya," pamit Ervan lagi.
"Inget loh jangan lama-lama."
"Ckkk iya," jawab Ervan sambil terus melangkah.
Ervan baru saja keluar dari dalam kamar dengan penampilan yang sudah segar sewaktu Ibunya datang memanggil.
"Van, Kamu panggil Intan sama temannya gih, kita makan sama-sama," ucap Arini yang baru saja selesai meletakkan hidangan terakhir di atas meja.
"Iya Bu," jawab Ervan. Ia segera berlalu menuju ruang tamu, tak lama kemudian Ervan kembali bersama Intan dan temannya.
"Maaf ya, cuma makanan sederhana," ucap Arini setelah ke tiganya duduk di atas kursi kayu.
Linda hanya mengulas senyum tipis, gadis muda itu menatap hidangan makan malam yang telah tersaji dihadapannya. Sepiring tahu beserta tempe goreng, juga ikan asin dan sayur asem. Satu-satunya lauk termewah di meja itu hanyalah telur rebus dengan bumbu balado.
"Lin, elo nggak pa pa kan makan makanan kayak gini, atau elo mau gue pesenin makanan via online aja ?" Bisik Intan pelan.
Sebagai sahabat baiknya, Intan tentu saja tahu bagaimana kehidupan Linda. sahabatnya itu tidak pernah memakan makanan seperti ini, di rumahnya selalu ada koki pilihan yang selalu siap sedia memasakkan berbagai hidangan mewah untuk gadis itu.
"Nggak pa pa In, sekali-kali gue mau nyobain makanan rumahan juga," balas Linda lembut.
"Elo yakin?"
"Ckkk iya, ayo makan gue udah laper nih," balas Linda pelan.
"Kalian ngobrolin apa sih, serius amat," ucap Ervan sambil menyendok nasi ke piringnya.
"Ish, Abang mau tahu aja," balas Intan, gadis itu segera mengambil nasi, kuah dan lauk yang juga di ikuti oleh sahabatnya.
+++
KAMU SEDANG MEMBACA
mengejar cinta brondong
Romancesequel menggapai cinta Jace. Kisah cinta yang diawali dengan keterpaksaaan. Mampukah Fanya merengkuh hati Ervan. Lelaki muda yang menjadi sekretaris adiknya, Jace.