Ervan menghentikan laju motornya tepat di depan pagar rumah temannya Intan yang bernama Anita, sambil tak lupa membunyikan klakson.
Dari kejauhan Ervan sudah mendapati Intan yang duduk seorang diri di teras depan sambil menatap kesal kearahnya.
"Bang Ervan dari mana aja sih, kok jam segini baru nyampe? Tanyanya ketus saat menghampiri Ervan.
"Sorry In aku tadi .."
"Sebenarnya Abang niat mau jemput Intan apa enggak sih," potong gadis itu kesal.
"Kok kamu ngomongnya kayak gitu," jawab Ervan tak suka.
"Udah satu jam lebih Intan nungguin Abang di sini, temen Intan yang lain mungkin sudah sampai di rumah sejak tadi, dan Abang baru datang sekarang?" Ucapnya tak percaya
"Aku tadi ketempat lain dulu In, ada temanku yang..."
"Dan Abang lebih ngutamain orang itu dari pada aku, Adik Abang sendiri? Bagus." Jawabnya kesal.
"Fanya lagi sakit In, dan nggak ada orang di sana, jadi Abang nengokin dia dulu sebelum kemari "
"Dan Abang tega nelantarin Adiknya di sini demi cewek yang bernama Fanya itu, Bang Ervan bener-bener keterlaluan," umpat Intan tak terima.
"Aku nggak bermaksud begitu, dan apa yang kamu bilang tadi tentang menelantarkan, bukankah kamu saat ini berada di rumah temanmu, dan kamu jelas-jelas nggak nungguin aku ditengah jalan, jadi semua itu nggak bisa disebut dengan menelantarkan." Jelas Ervan tak terima.
"Abang seharusnya ngasih tahu aku kalau masih lama jemputnya, aku kan bisa pulang bareng Linda tadi. Kasihan temanku itu, dia sampai nemenin aku karena nggak tega liat aku sendirian, Linda bahkan baru aja pulang nggak lama setelah Abang datang, itupun juga karena aku paksa." Keluh Intan atas pernyataan protes Ervan.
"Lantas temanmu yang bernama Anita kemana, dan kenapa kamu nggak nunggu di dalam saja daripada dingin-dinginan begini di teras?"
"Anita sedang pergi menghadiri pernikahan kakak sepupu dia Rangga, bersama dengan kedua Orang tuanya nggak lama setelah kegiatan belajar kami selesai. Entah ini kebetulan atau kesialan, kedua pembantu mereka juga tidak berada ditempat karena pulang kampung sejak dari kemarin." Jelas Intan.
"Karena alasan itulah aku dengan sangat terpaksa nungguin Abang diteras ini seperti orang bodoh." Ucap Intan lagi dengan perasaan dongkol.
"Abang sudah buat aku merasa nggak enak sama Linda dan keluarga Anita karena bikin susah mereka."
"Maaf In, Abang nggak tahu kalau kejadiannya bakal kayak gini, kalau tahu begitu Bang Ervan tadi jemput kamu dulu sebelum ke tempat Fanya," ucap Ervan merasa bersalah.
Intan mendengus sebal mendengar jawaban Ervan, tiba-tiba timbul perasaan tak suka pada cewek yang tadi di datangi Abangnya itu.
Sejak kapan Abangnya peduli pada seorang perempuan?
Oh, mudah-mudahan saja gadis itu bukan seseorang yang spesial bagi Abangnya. Intan jelas tidak ingin kalau usahanya selama ini untuk mendekatkan Ervan dengan Linda menjadi gagal karena keberadaan cewek bernama Fanya itu.
"Aku lebih nggak suka lagi dengan pemikiran Abang tadi, lebih baik aku pulang bareng Linda dari pada menemui teman Abang yang sangat menyusahkan itu "
Ervan terperangah atas jawaban ketus Adiknya, baru saja ia ingin membantah semua, Intan sudah kembali memotongnya.
"Kita pulang sekarang! Aku capek, juga ngantuk," ucapnya ketus sambil merampas helm di tangan Ervan.
KAMU SEDANG MEMBACA
mengejar cinta brondong
Romancesequel menggapai cinta Jace. Kisah cinta yang diawali dengan keterpaksaaan. Mampukah Fanya merengkuh hati Ervan. Lelaki muda yang menjadi sekretaris adiknya, Jace.