part 16

2.6K 132 16
                                    

Fanya sudah terlihat cantik dan segar sore ini. Sepertinya gadis itu sudah sangat siap menyambut Ervan yang telah berjanji untuk datang mengunjunginya, sepulang dia dari bekerja. Saking bersemangatnya ia bahkan sudah berdandan sejak dua jam lalu, dan kini Fanya harus menunggu satu jam lagi, karena waktu sekarang baru menunjukkan pukul empat lebih tiga puluh lima menit, di hitung dari jam pulang kantor serta waktu yang harus Ervan tempuh untuk sampai ke tempat tinggalnya, itu pun kalau tidak macet.

Oh Fanya jadi sedikit menyesal karena membeli apartemen yang letaknya cukup jauh dari kantor Adiknya itu. Apa ia jual lagi saja ya.

Untuk mengusir rasa bosan, Fanya memutuskan untuk menonton tayangan tivi, tapi walau begitu pandangannya terus saja melirik ke arah jam dinding yang tepat bergantung di atas kabinet LED miliknya.

Suara bel terdengar nyaring, membuat Fanya yang mulai terlelap nyaris terjatuh karena kaget.

Itu pasti Ervan!

Dengan bersemangat gadis itu melangkah menuju pintu, Fanya berhenti sejenak untuk merapikan penampilannya sebelum memutar gagang knop.

KLIK...

"Loh kamu kok juga ada di sini Jac," tanya Fanya heran, saat melihat Ervan datang bersama dengan Jace.

"Buat jaga-jaga, takut kalian khilap," jawab Jace santai. Selesai mengucapkan kalimat itu Jace langsung menyelonong masuk dan duduk dengan santai sambil menopang kaki di sofa panjang yang tadi ditiduri Fanya.

"Kelihatannya kamu sudah jauh lebih baik," komentar Ervan datar saat melihat penampilan segar Fanya.

"Semua ini juga berkat kamu kok Van," jawab Fanya sambil cengar-cengir nggak jelas.

"Kering-kering dah tuh gigi," sindir Jace yang lagi-lagi dicueki keduanya.

Dengan genit Fanya merangkaikan tangannya di lengan Ervan, mengajak lelaki itu menuju ruang tengah, saat melewati sofa gadis itu langsung melengos begitu melihat gelagat Jace yang hendak kembali nyeletuk.

"Gila, gue di cuekin," ucap Jace yang mulai sadar diri, karena tak juga mendapat tanggapan Jace memutuskan untuk pergi ke kamar Fanya. Sepertinya Jace lupa akan misinya sendiri untuk mengawasi mereka berdua.

"Kamu mau aku buatkan coklat panas Van," ucap Fanya dengan senyum hangatnya, dalam hati Fanya tersenyum senang, karena telah terbebas dari gangguan Adik menyebalkannya itu.

"Iya boleh," balas Ervan singkat.

Ervan lalu duduk di salah satu kursi meja makan mini, sambil menunggu Fanya membuatkan minuman untuknya, sesekali jari pria itu mengetuk tepian meja sambil menatap sekeliling ruangan.

"Kamu yang menata ruangan ini sendiri Fan?" Tanya Ervan sedikit berbasa-basi.

"Iya, kenapa Van nggak bagus ya."

"Bagus kok," balas Ervan cepat.

"Kamu udah makan belum Van, kalau belum di kulkas ada smooked beef teriyaki sama ayam panggang, aku bisa langsung panasin kalau  kamu mau," ucap Fanya sambil meletakkan dua mug besar berisi coklat panas, sebelum duduk di kursi lainnya, bersebelahan dengan Ervan.

"Makasih Fan, tapi aku udah makan. tadi kita berdua mampir dulu ke restoran sebelum kemari," balas Ervan.

"Pantes kamu datengnya telat," ucap Fanya sambil kembali tersenyum manis.

Fanya lalu menopang dagu sambil memandang Ervan tak berkedip, membuat lelaki itu sedikit jengah.

"Kenapa Fan, mukaku aneh ya?"

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang