part 8

2.2K 136 9
                                    

Lelaki itu duduk setengah melamun di teras depan rumahnya sambil menopang dagu. Menatap datar aktivitas malam para pedagang makanan gerobak dan kendaraan bermotor yang melintas di depan rumah.

Sekelebat ingatan tentang kejadian kemarin kembali melintas di pikirannya. Bayangan tentang kemeja putih Fanya yang basah karena noda, menampakkan bra hitam miliknya yang tercetak jelas, membuat Ervan tanpa sadar menggeleng cepat.

Sial, kenapa aku jadi  membayangkannya kembali.

Ervan dapat merasakan wajahnya yang terasa panas kala itu, membuatnya mau tak mau memalingkan wajah ke arah lain, sambil berupaya meredakan irama degupan jantungnya yang sudah berdentam kuat layaknya tabuhan genderang.

Suara langkah kaki yang mendekat menyadarkan Ervan, lelaki itu segera merubah posisi duduknya menjadi tegak, sambil berpura-pura sibuk memainkan benda persegi yang sejak tadi tidak di acuhkannya.

"Bang ngapain?" Tanya Intan yang berdiri di dekat pintu masuk, gadis itu sudah mengenakan pakaian tidur  hello Kitty sebatas lutut.

"Lagi pengen duduk-duduk aja di depan teras, kamu sendiri kenapa belum tidur In?" Ucap Ervan balik bertanya, saat di lihatnya sang Adik belum beranjak tidur juga, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam lebih.

"Sebentar lagi. Tadi Intan abis ngerjain PR akutansi, kepala masih rada mumet dipake buat mikir, jadi mau ngademin otak dulu bentar sebelum tidur," jawab Intan santai sambil duduk di sebelah Ervan.

"Jangan dibiasain tidur terlalu malam In."

"Iya Bang, biasanya  Intan juga langsung tidur kalau udah jam sembilan, cuma tadi tumben PR nya sudah banget, bikin sakit kepala."

"Kenapa tadi nggak minta tolong Abang aja buat bantuin."

"Intan masih bisa ngerjain kok Bang, kalau udah benar-benar nggak bisa baru Intan minta tolong Abang."

"Bang .."

"Hmmm.."

"Bang Ervan, menurut Abang  teman Intan, Linda gimana?"

"Gimana apa maksudnya?" Tanya Ervan tak mengerti, pikirannya masih dipenuhi oleh bayang-bayang Fanya, dan Adiknya itu malah bertanya tentang sesuatu yang membuatnya makin pusing.

"Ish Bang Ervan pura-pura nggak ngerti," balas Intan sebal.

"Aku beneran nggak ngerti maksud kamu apa?"

"Dimata Abang temen Intan tuh bagaimana, apa dia anggun, ramah atau bagaimana gitu."

"Temen kamu baik."

"Terus..." Jawab Intan antusias.

"Kalem dan juga sedikit pendiam," jawab Ervan ala kadarnya.

"Juga cantik," ucap Intan bersemangat.

"Iya cantik," balas Ervan dengan nada biasa.

"Kira-kira temanku itu masuk kriteria cewek idaman Abang nggak?" Tanya Intan lagi, gadis muda itu tak juga menyerah untuk mengorek lebih dalam jawaban dari Abangnya itu.

"Bang Ervan nggak punya kriteria apapun In tentang seorang wanita, yang penting cocok dan Abang merasa nyaman, kurasa itu sudah cukup buat Abang." Jawab Ervan sambil menatap heran Adiknya yang seperti sedang berfikir, sambil mengetuk-ngetuk  pelan jemarinya ke dagu.

"Udah malam kamu tidur gih."

"Abang nggak tidur?"

"Sebentar lagi Abang tidur, udah kamu cepetan sana istirahat, entar kesiangan lagi," perintah Ervan sambil mendorong bahu adikya pelan.

"Iya aku tidur, selamat malam Bang Ervan."

"Malam."

+++

Paginya Ervan berangkat seperti biasa, setelah terlebih dulu mengantar Adiknya ke sekolah.

Ervan memarkir motornya seperti biasa di parkiran motor khusus karyawan, sambil menyampirkan helm miliknya pada kaitan motor, sampai ia menyadari sebuah bayangan yang berdiri di sampingnya dengan jarak sangat dekat.

Panggilan bernada riang itu membuat tubuh Ervan menegang. Pemuda itu pelan-pelan mengangkat wajahnya, dan langsung bertemu dengan manik bening Fanya yang tengah menunduk ke arahnya, menyisakan jarak yang sangat sempit hingga nyaris bersentuhan, membuat denyut jantung Ervan dipaksa kembali berdegup gila-gilaan.

"A .. Apa yang kau lakukan," tanya Ervan sedikit terbata. Ini sungguh aneh, ia yang biasanya selalu bersikap cuek dan dingin bisa menjadi segugup ini.

"Biasa aja kali Van, nggak perlu tegang kayak gitu. Aku nggak bakalan gigit kok," ucap Fanya santai, setelah menarik kembali wajahnya ke posisi semula sambil menatap geli ke arah Ervan.

"Kenapa liatin aku kayak gitu?" Tanya Ervan gusar.

"Liatin kayak gimana?" Goda Fanya, yang kembali memasang senyum lebar.

"Fan.." Desis Ervan yang semakin merasa tidak nyaman.

"Kamu lucu Van kalau lagi salting gitu."

BLUSH...

"Ha-ha-ha... Kamu ternyata bisa blushing juga Van," ucap Fanya sambil mengusap lembut kedua pipi Ervan. Jemari lentik itu bahkan mulai bergerak nakal menyusuri garis rahang Ervan dengan gerakan memutar yang menggoda

"Jangan macam-macam Fanya," tepis Ervan, membuat kedua tangan Fanya terlepas dari pipinya.

Fanya tersenyum manis lalu melakukan gerakan cepat yang membuat Ervan terbelalak dengan tampang shock.

GILA, perempuan itu sudah tidak waras, bagaimana bisa dia dengan nekat mencium pipiku di tempat terbuka seperti ini.

+++

Ervan menghela napas pelan sekeluarnya ia dari lift, dengan tak acuh Ervan menghampiri mejanya, mengabaikan Fanya yang tengah berdiri di samping meja kerja lelaki itu dengan senyum lebarnya.

"Selamat pagi Ervan."

"Pagi," jawab Ervan malas.

"Sayang, mau aku buatkan kopi?" Tanya Fanya sambil berjalan mendekat.

"Tidak perlu, dan satu lagi aku bukan sayangmu," balas Ervan ketus tanpa menatap lawan bicaranya, lelaki itu malah sibuk sendiri mengeluarkan berkas-berkas dari lemari arsip.

"Kamu itu kekasihku Ervan, dan kamu mesti terima kenyataan itu, kita sekarang adalah sepasang kekasih," balas Fanya kekeuh.

Tiba-tiba saja Fanya sudah bergelandotan pada lengannya membuat Ervan menatap tajam.

"Kalau kamu masih nggak mau ngakuin aku sebagai kekasih kamu, aku bakalan  terus berada di sini sampai kamu mau terima aku."

Ervan memejamkan matanya, berusaha meredam kedongkolan akibat tingkah genit dan tak tahu malu gadis itu.

"Oke, kita sepasang kekasih, sekarang kamu pergi dan jangan ganggu aku," jawab Ervan berusaha sabar.

"Baiklah aku akan pergi, tapi siang nanti aku akan kemari lagi untuk  mengajakmu makan siang, sampai nanti sayang," bisik Fanya lembut sambil mengecup mesra sudut bibir lelaki itu.

Ervan terdiam kaku, pikirannya mendadak kosong akibat serangan dadakan wanita itu. Apa yang baru saja dia lakukan?

TBC

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang