Hari ini para murid sengaja dipulangkan lebih awal karena ada rapat guru, membuat mereka yang berada dikelas itu sontak bersorak senang dan mulai sibuk membereskan peralatan tulis masing-masing.
"Lin, elo hari ini mau langsung pulang atau gimana? Anak-anak lain sih rencananya mau pada mabar." Ucap Intan sambil memasukkan buku paketnya kedalam tas.
"Gue sih pengennya langsung pulang, tapi pasti bakalan lama nunggu Pak Dadang jemput, kan rumah gue lumayan jauh dari sini," jawab Linda gusar.
"Gimana kalo kita main ke kantor Abang gue saja, nanti kita suruh supir elo jemput kesana langsung, sembari nunggu kita bisa makan siang bareng sama Abang gue itu," usulnya bersemangat.
"Tapi kita kira-kira ganggu nggak, kan Abang lo lagi kerja In."
"Ya enggaklah, abis makan kan kita langsung pulang, jadi gimana elo mau ikut nggak?"
"Oke deh, gue ikut."
"Sip. Itu baru temen aku."
+++
"Ervan," panggil suara lembut yang kini tengah berjalan anggun menghampirinya.
Ervan menoleh sekilas kearah sumber suara dan kembali sibuk mengetik.
"Tumben kamu datang siangan, biasanya juga pagi-pagi banget udah nongol di sini, sampai hampir ngalahin rekor pak Beni yang biasa megang kunci kantor," ucap Ervan sambil terus mengetik.
"Kok kamu tahu aku udah ada dikantor sepagi itu, aku kan nggak langsung nemuin kamu Van."
"Yang jelas aku udah tahu lama, dan kamu nggak perlu tahu aku mengetahui hal itu dari siapa," ucap Ervan sok cuek, padahal lelaki itu tengah mati-matian menahan senyum melihat wajah cemberut kekasihnya.
"Kamu juga tumben nyerocosnya panjang banget, sampe hampir ngalahin Reva si Ratu gosip dikantor ini." Balas Fanya tak mau kalah.
Ervan langsung menghentikan acara mengetiknya sambi menatap galak Fanya yang hanya ditanggapi cekikikan geli gadis itu.
"Aku kan cuma bicara kenyataan sayang, mukanya jangan nyeremin gitu ah," ucap Fanya lagi.
Dengan santai Fanya duduk di kursi depan meja Ervan, dan lelaki itu kembali meneruskan pekerjaannya.
"Kerjaan kamu masih banyak Van," tanya Fanya sambil menopang dagu, menatap lembut Ervan yang masih sibuk mengetik.
"Sebentar lagi, kenapa?"
"Aku mau ngajakin kamu ke restoran Jepang yang baru buka didekat percetakan itu loh yang letaknya nggak begitu jauh dari kantor kita."
"Aku selesein kerjaanku dulu ya, abis itu kita kesana."
"Oke," balas Fanya antusias.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas lewat sepuluh saat mereka bersiap-siap untuk pergi. Sebenarnya masih belum masuk waktu istirahat, tapi siapa yang dapat memprotes atau melarang jika gadis itu yang mengajaknya keluar lebih awal, bisa-bisa para pegawai tersebut akan mendapatkan sanksi dari Adik kekasihnya itu, atau lebih parah lagi kehilangan pekerjaan.
Ervan memperhatikan penampilan Fanya sekilas, gadis itu terlihat anggun dengan gaun midi lengan pendek bermotif floral, kaki jenjangnya makin nampak ramping dengan stiletto yang Ervan perkirakan lebih dari sepuluh centi.
Dengan manja Fanya melingkarkan tangannya disekeliling lengan Ervan sekeluarnya mereka dari lift.
"Selamat siang Mbak Fanya," sapa resepsionis itu ramah saat mereka melewati mejanya.
Fanya menoleh dan tersenyum hangat.
"Siang juga Mbak Evi, nanti tolong sampaikan ke Adikku ya, kalo aku ngajak Ervan makan diluar," ucap Fanya sambil tetap memasang wajah ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
mengejar cinta brondong
Romancesequel menggapai cinta Jace. Kisah cinta yang diawali dengan keterpaksaaan. Mampukah Fanya merengkuh hati Ervan. Lelaki muda yang menjadi sekretaris adiknya, Jace.