Fanya yang baru saja datang dengan menggendong ponakannya, terkejut saat mendapati kehadiran Ervan di sana. Ia bahkan sampai mengabaikan panggilan Jace.
Jace buru-buru mengambil anaknya dari gendongan Fanya. Ia takut kalau-kalau Fanya lupa tengah menggendong sang ponakan, dikarenakan saking kagetnya Fanya atas kedatengan mendadak Ervan. Kan bisa berabe, kalau bocil kesayangannya itu ampe nyungsep ke bawah.
"Duduk dulu Kak," Ucap Jace setengah menggeret lengan Fanya. Gadis itu sudah seperti sapi yang dicocok hidungnya, menurut saja atas semua perlakuan sang adik.
"Eh, elu ngapain geret-geret gue," Ucap Fanya galak, saat gadis tersebut tersadar dari keterpakuannya.
"Eh udah kembali ke bumi toh, syukurlah."
Pletak..
"Adaw... Sakit Kak." Protes Jace kesal, sambil mengusap keningnya yang baru saja mendapat jitakan cantik dari sang kakak.
"Biarin, siapa suruh kurang ajar sama gue." Balas Fanya cuek. Dengan santai Fanya duduk di salah satu kursi meja makan, menghadap Ervan yang sejak tadi diam memperhatikan.
"Kamu udah lama datengnya Van," Tanya Fanya santai, sambil menuangkan air putih kedalam gelas sebelum meneguknya hingga tandas.
"Belum lama, mungkin sekitar lima belas menitan, " Jawab Ervan yang berusaha terlihat tenang, walau ia sebenarnya kaget dengan reaksi tak terduga gadis itu. Tadinya Ervan menyangka, Fanya akan langsung menghindar, seperti yang biasa dilakukannya selama ini. Tapi ternyata, hal yang dilhawatirkannya itu tidak pernah terjadi.
Jace dan Elya yang sejak tadi berdiri akhirnya ikut duduk, setelah menaruh sang buah hati ke bangku khusus batita, tak lupa dengan memberikan sebuah biskuit bayi beraroma jeruk.
"Van, kamu pasti mau nanya kenapa aku mempercepat keberangkatanku ke Medan kan? Tapi, entar aja ya acara tanya jawabnya. Aku mau makan dulu, udah laper," Ucap Fanya sambil tertawa Kecil. Dengan santainya gadis itu meraih piring bersih dihadapannya, untuk diisinya dengan nasi dan lauk pauk.
Ervan terdiam sejenak sebelum mengangguk. Merekapun akhirnya makan bersama-sama, yang entah apakah masih bisa dibilang sebagai makan malam atau makan sore, karena berada di jam yang nanggung.
+++
Langit sudah berubah gelap, saat Ervan dan Fanya duduk berdua di kursi halaman samping, yang letaknya tidak jauh dari ruang makan berpintu kaca"Fan, kamu kenapa nggak ngejawab telpon sama pesan aku, aku ada salah ya?" Tanya Ervan setelah beberapa saat keduanya saling diam.
"Nggak, aku cuma lagi kesel aja sama kamu. Tapi sekarang udah enggak kok."
"Memangnya kamu kesal karena apa?" Tanya Ervan kaget. Jadi, dia beneran ada salah ya.
"Abisnya waktu itu kamu bilang kalau kamu cuma laki-laki biasa yang punya hasrat dan nafsu. Emangnya kamu ada niat mau selingkuh dari aku."
"Memangnya aku ada ngomong kayak gitu?" Tanya Ervan makin kaget.
Ini akunya yang emang nggak sadar ada ngomong kayak gitu, atau Fanya-nya yang sedang ngehalu ya.
"Apa! Kamu mau coba-coba nyangkal ya?" Jawab Fanya tidak terima.
"Bukan begitu sayang. Aku beneran tidak ingat pernah ngomong kayak gitu. Mungkin karena pikiran akunya lagi kacau, akibat terus-menerus kepikiran bakalan pisah dari kamu, sampai-sampai aku nggak nyadar berbicara seperti itu."
"Kamu beneran nggak inget?" Tanya Fanya penuh selidik. Pasalnya Fanya sendiri masih kurang yakin, apakah Ervan jujur atau enggak.
"Iya sayang, aku beneran nggak inget," ucap Ervan, meyakinkan Fanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
mengejar cinta brondong
Romancesequel menggapai cinta Jace. Kisah cinta yang diawali dengan keterpaksaaan. Mampukah Fanya merengkuh hati Ervan. Lelaki muda yang menjadi sekretaris adiknya, Jace.