part 19

3K 147 26
                                    

Fanya tertegun dibelakang pintu loby apartemen yang baru saja di bukanya.

Ia tidak salah lihat kan, tapi itu benaran Ervan dengan masih mengenakan jaket kulit yang terbuka resletingnya hingga menampakkan kaos polos navy milik lelaki itu.

Lelaki itu masih belum menyadari kehadiran Fanya karena masih sibuk dengan ponsel ditangannya.

Fanya langsung menghampiri sofa panjang yang tengah diduduki Ervan seorang diri.

"Kamu kenapa bisa ada di sini Van, siapa yang kamu tunggu?"

Ervan langsung mendongak menatap Fanya, ada sedikit rasa kesal di manik coklat lelaki itu.

"Kenapa lama sekali, lihat sudah jam berapa sekarang, bisa-bisanya kamu pulang sampai selarut ini?" Berondong Ervan kesal.

"Mana aku tahu kalau kamu akan menyusulku kemari, salahmu sendiri tidak memberitahu," balas Fanya tak mau kalah.

"Kau..." Ervan kembali diam untuk meredam emosinya.
"Tadi kau pulang diantar siapa?" Tanya Ervan setelah kembali tenang.

"Teman," balas Fanya tak acuh.

"Kalau itu aku sudah tahu, yang aku pengen tahu dia itu siapa?" Tanya Ervan menahan kesal.

"Aku diantar Hendra, dia sudah berbaik hati mau menemaniku selama pesta dan menawarkan aku tumpangan untuk pulang," jawab Fanya masih dengan sikap tak acuhnya, membuat Ervan sedikit tertegun.

"Aku mau keatas, udah ngantuk. Kamu sebaiknya pulang saja," ucap Fanya sambil meraih tas cangklong miliknya yang sempat dia letakkan diatas meja tadi, sebelum duduk disamping Ervan dengan posisi tubuh sedikit menyamping.

Ervan ikut berdiri, tak memperdulikan kening wanita didepannya yang berkerut heran.

"Kamu ngapain ikut berdiri?" Tanya Fanya kepo.

"Aku akan menemanimu keatas."

"Tidak perlu, kamu pulang saja," tolak Fanya halus.

Tapi Ervan tak perduli, dia malah meraih pergelangan tangan Fanya, menuntunnya untuk segera melangkah menuju lift yang berada tepat disebelah kiri lorong.

Keheningan menyelimuti keduanya, didalam lift hanya ada mereka berdua. Tentu saja ini sudah hampir pukul dua dinihari, siapa juga yang mau mengurung diri didalam kotak baja ini selain dirinya yang sudah bertindak bodoh dengan pulang sampai selarut ini. Dan Fanya baru menyadari bagaimana jadinya ia kalau itu sampai terjadi.

Untung ada Ervan, Fanya tidak dapat membayangkan bagaimana bila ia bertemu dengan hantu atau roh gentayangan. Bisa saja tiba-tiba sesosok mahluk abstral datang menghampirinya dalam wujud paling menyeramkan dengan anggota tubuh yang tidak lengkap. Atau lebih parah lagi, bila ada pembunuh berdarah dingin yang biasa mencari mangsa di tempat-tempat sepi.

Hiiii.... Membayangkannya saja Fanya sudah merasa ngeri, apalagi kalau sampai kejadian.

"Kenapa?" Tanya Ervan heran, saat melihat Fanya bergidik ngeri dengan wajah pucat.

Fanya hanya menggeleng lemah, tentu saja ia tidak mau memberitahu. Bisa malu berat ia kalau sampai Ervan tahu kalau dirinya sepenakut itu.

Ervan kembali ingin bertanya, namun pintu lift telah terbuka, menampakkan kesunyian lorong yang akan mereka lewati, lelaki itu sempat mengernyit saat mendapati Fanya yang semakin merapat saat melintasi lorong apartemen bersamanya.

Ervan hendak berbalik pergi saat telah sampai didepan unit milik Fanya, tapi pergerakan jemari gadis itu menahan langkahnya.

"Bisa temani aku sebentar," lirihnya pelan, oh Fanya tidak pernah merasa setakut ini sebelumnya, ia berjanji tidak akan pernah pulang selarut ini lagi.

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang