part 3

3K 160 24
                                    

Ervan menghampiri Arini yang sedang menyiapkan sarapan pagi diatas meja makan berisi empat kursi tersebut. Di sana telah duduk adiknya yang bernama Intan. Gadis itu sudah terlihat rapi dengan seragam putih abu-abunya.

"Kamu semalam lembur ya Van, tidak biasanya kamu pulang sampai rumah hingga  pukul sembilan," ucap Arini kemudian, sambil menyerahkan sepiring nasi goreng beserta telur ceplok di hadapan Ervan sebelum ikut duduk disamping putranya itu.

"Ervan tadi ke tempat lain dulu Bu sepulang dari kantor," ucap Ervan santai. Ervan nampak menikmati sarapan paginya, ia kembali menyuap sesendok nasi goreng bersama acar timun ke dalam mulutnya. Mereka pun kembali melanjutkan sarapan dalam keheningan.

Ervan menyeka bibirnya yang sedikit berminyak dengan tisu makan, sebelum menoleh pada Intan yang masih sibuk menikmati sarapan paginya.

"In makan kamu udah selesai belum? Sudah mau jam enam nih," tanya Ervan mengingatkan.

"Dikit lagi Bang, Abang manasin motor aja dulu,  nanti Intan nyusul."

"Ya udah Abang tunggu di depan ya. Jangan lama-lama loh." Ucap Ervan, dia lalu menyalami Ibunya sebelum melangkah ke halaman depan.

Intan hanya memberi tanda dengan acungan jempolnya,  sambil meneruskan acara makan.

Tidak lama kemudian Intan sudah berdiri disamping Ervan yang sudah duduk menunggu di atas motor.

"Ayo naik!" Ucap Ervan yang sudah mengenakan helm, sang adik menerima helm pink kesayangannya dari tangan Ervan dan ikut naik ke boncengan lelaki itu.

Dua puluh menit kemudian mereka sampai digerbang sekolah yang masih terbuka lebar, beberapa murid lain juga nampak memasuki gerbang.

"Makasih Bang," ucap Intan sambil tersenyum setelah menyerahkan helm pink-nya ke tangan Ervan.

"Intan!" Sebuah panggilan menginterupsi keduanya. Seorang gadis berseragam sama baru saja keluar dari pintu belakang sedan putih,  dan menghampiri Intan dengan senyum cerianya.

"Eh Kak Ervan, apa khabar." Sapanya malu-malu.

"Baik Lin," balas Ervan ramah. Intan yang menyaksikan itu hanya senyam senyum sendiri, ia tahu kalau sahabat baiknya itu sudah lama menaruh hati pada Abangnya.

"Aku duluan ya, kalian kangen-kangenan aja dulu," pamitnya sambil berlalu.

"Eh Intan apaan sih," ucap Linda malu, ia segera menahan Intan yang akan pergi.

"Kami duluan ya Kak," cicit Linda pelan, yang hanya di balas Ervan dengan senyuman tipis sebelum berlalu pergi dengan motornya.

"Elo apaan sih In, bikin gue malu aja," ucap Linda  sambil mencubit pelan lengan Intan.

"Loh, emang kenyataan kan lo suka sama Abang gue," ucap Intan santai.

"Tapikan nggak harus di perjelas seperti itu, gue malu tau," dengusnya sebal.

"Cewek sekarang tuh harus terbuka, apalagi soal perasaan. Jangan dipendam mulu, ntar keburu keduluan sama yang lain. Tenang aja, gue bakal dukung lo seratus persen," ucap Intan santai.

Sementara itu Ervan yang baru saja meninggalkan sekolah Adiknya terpaksa berhenti dipinggir jalan karena panggilan telpon.

"Selamat pagi Pak Jace, ada apa?" Tanyanya sopan.

Van kamu nggak usah ke kantor sekarang, temenin kakakku ke apartemen barunya, dia pindahan hari ini.

"Tapi Pak..."

Jemput Kak Fanya di rumahku, dia udah nungguin dari tadi.

"Tapi bagaimana dengan pekerjaan sa..."

mengejar cinta brondongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang