"Om?" Ayana berteriak memanggil Rangga dari anak tangga. "Om Rangga?"
Namun Suaminya itu tak nampak batang hidung nya. "Ni, orang cabul mana, sih?"
Kaki jenjang nya menjelajahi setiap sudut rumah, namun Rangga tak kunjung ketemu. Selepas sarapan tadi, Ayana langsung capcus ke kamar.
Dirinya tiba-tiba mual lagi. Tapi sekarang, ia berniat membantu Rangga beberes rumah yang masih ada sisa debu menempel di perabotan.
Mumpung hari libur ye, kan.
"OM RANGGA!" Ayana berteriak keras.
"SAYA DI BELAKANG!" Jawab Rangga tak kalah keras.
Ayana bahkan sampai berjinggat kaget. "Gede bener suaranya,"
Buru-buru Ayana menghampiri Rangga. "Widihh . . Om Rangga ngapain, tuh?"
Tak ada jawaban dari Rangga, Ayana akhirnya mendekat. Jongkok di depan Suaminya yang sedang sibuk menanam bunga-bunga.
"Dapet bunga darimana?" Ayana bertanya.
"Warung depan."
"Kok gue nggak diajak?"
"Kamu lagi dikamar tadi."
Dengan tampang cemberut, Ayana meraih satu pot. "Gue bantuin, ya?"
Namun bukan nya menjawab, Rangga malah bangkit pergi meninggalkan Ayana.
"Kok pergi?!" Sungut Ayana.
Tak sampai semenit, Rangga balik lagi sembari menenteng satu kursi kayu pendek. "Minggir,"
Ayana minggir ke kanan. "Duduk,"
"Duduk disini?" Rangga mengangguk.
Ayana mendudukan dirinya di kursi kecil yang baru saja Rangga ambilkan. "Kenapa harus pake kursi segala, sih?"
"Biar kamu nggak capek jongkok terus."
Ayana tersenyum lebar. Ia menyenggol lengan Rangga dengan gerakan gemulai. "Uuu . . . Om cabul cocweet banget, cii? Siapa yang ngajarin?"
"Gausah alay," Sinis Rangga.
"Gabisa di ajak sosweet dikit, heran, deh." Sebal Ayana.
Cewek itu mulai mengambil tanah di salah satu karung, lalu ia masukkan ke dalam pot. "Jangan pake tangan."
"Kenapa lagi? Cacing nya nggak bakal masuk, terus makan dede bayi, kok."
Rangga menyerahkan sekop. "Pake ini. Tangan kamu nanti kotor,"
"Aduh, aduh, jadi baper." Ayana bercanda sembari mengambil sekop yang Rangga serahkan.
Rangga menatap datar Ayana. Entah kenapa sifat gadis itu dari garang, terus lembut, manja, sekarang berubah jadi alay.
"Dasar bumil," Gumam Rangga pelan.
"Hah? Apa? Lo barusan ngatain gue apa?"
"Enggak." Rangga menggeleng.
Ayana yang tadinya secara samar mendengar gumaman Rangga, berdesis pelan.
"Om, tolong ambilin bunga mawar itu dong." Pinta Ayana.
Memberikan bunga yang di pinta Istrinya. "Makasih,"
Selanjutnya hening. Mereka berdua sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Ayana sibuk menanam mawar, sedangkan Rangga sibuk menanam tulip.
Setelah siap, Rangga bangkit meletakkan pot bunga tulip nya di rak khusus tanaman. Balik lagi ke tempat semula, lalu balik menanam bunga.
Kini bukan bunga tulip yang Rangga tanam, melainkan mawar hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dampatigaḷu [Pre Order]
RomanceBagaimana rasanya menikah dengan kakak kandung dari sahabat sendiri? Canggung? Menyenangkan? Atau, meresahkan? Begitulah kira-kira yang dirasakan Ayana selepas menikah dengan Rangga, di usianya yang masih terbilang belia. Rangga yang notabene pria b...