Bagian 4 : Istri saya

294K 27.4K 7.3K
                                    

Sang surya mulai menampakkan sinarnya. Sang burung juga menyambut datangnya hari ini dengan suka cita. Embun-embun berjatuhan dari pangkal daun.

Munculnya sang mentari tak dapat mengalahkan hawa dingin di pagi hari ini.

Merasa kedinginan, Rangga terbangun karena semalam ia dipaksa tidur di ruang tamu oleh Ayana.

Iya, gara-gara ia yang tak sengaja mencomot lingerie milik Istri mudanya itu. Juga, Ayana yang menuduh fikiran Rangga mesum.

Rangga akhirnya mengalah. Cowok itu tidur di ruang tamu. Di kursi yang tak sebanding dengan tinggi badan nya.

Kaki Rangga saja sampai mencuat keluar karena tinggi sofa ruang tamu yang tak cukup untuk tinggi badan nya.

Niatnya sih ia ingin tidur di kamar tamu. Tapi apa boleh buat, kunci kamar itu hilang entah kemana. Mengakibatkan pintunya tak bisa dibuka.

Sebelum bangun, Rangga terlebih dahulu duduk. Agar tidak pusing pastinya. Ia juga merenggangkan badan nya yang kaku.

Setelah semenit, pria berkepala dua itu berjalan ke dapur untuk meminum air putih, juga membuatkan sarapan untuk Ayana.

Melewati tangga lantai atas, Rangga mendongak melihat pintu kamarnya yang masih tertutup. Yang artinya, Ayana belum bangun.

Rangga membuka tudung saji. Ada satu bungkus roti, juga satu toples selai disana. Niatnya mau membuatkan Ayana makanan berat, tapi ia baru ingat belum belanja kebutuhan rumah tangga.

Tak mau membuat Istri nya menunggu, Rangga dengan cekatan membuat sarapan pagi dengan roti selai sebagai menu.

Tak sampai sepuluh menit, Rangga sudah selesai di dapur. Cowok itu berjalan menaiki tangga dengan nampan berisi roti selai, juga susu putih.

Sesampainya di depan kamar nya, Rangga mengetuk pintu. "Ayana,"

Sekali ketuk tak ada sahutan dari dalam. Rangga mengetuk nya kembali. "Ayana?"

Keningnya mengkerut. "Ayana, bangun."

Merasa tak ada sahutan sama sekali, Rangga memutuskan untuk membuka pintu. Baru saja ia akan memutar kenop, Ayana terlebih dahulu membuka pintu.

Terpampanglah Ayana dengan muka bantal tak lupa bantal guling yang gadis itu bawa. "Iya? Kenapa, Om?"

"Bangun. Sarapan," Rangga menyodorkan nampan.

Kening Ayana mengkerut. Hidungnya mencium bau tidak enak yang mengakibatkan dirinya tiba-tiba merasa mual.

"Kenapa?" Tanya Rangga kaget melihat Ayana yang secara tiba-tiba mual-mual dihadapan dirinya.

Tak kuasa menahan rasa mual juga ingin muntah yang tiba-tiba menyerang lambungnya, Ayana segera berlari ke kamar mandi diikuti Rangga di belakang nya.

"Huek, huek," Ayana memuntahkan isi perutnya ke wastafel.

Namun, bukan nya isi makanan yang keluar, melainkan hanya cairan bening.

"Kamu kenapa?" Tanya Rangga dengan nada datar namun terselip rasa khawatir melihat Ayana muntah-muntah.

Cowok itu dengan sigap mengurut bagian leher belakang Ayana. "Sakit?"

"Huek, huek," Ayana masih muntah-muntah.

Dirasanya rasa mual yang mendera berangsur hilang, Ayana menyalakan air keran agar muntahan nya itu larut. Gadis itu juga mencuci wajahnya.

Ayana yang semula mencondongkan tubuhnya ke arah wastafel, kini berdiri tegap menatap cermin di hadapan nya.

"Gilak, berasa naik mobil avanza lengkap sama stela rasa jeruk." Ujar Ayana sembari merapikan anak rambut.

"Udah?" Tanya Rangga.

Dampatigaḷu [Pre Order]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang