Pukul setengah lima pagi alias jam sholat subuh, Ayana terbangun sebab posisi tidurnya yang tak nyaman.
Gadis itu mengerjabkan mata sesaat. Lalu, matanya melebar sempurna melihat penampakan wajah Rangga hanya sebatas hidung dengan nya.
Ia melirik ke bawah. Tangan Rangga masih setia menempel di perutnya membuat dirinya tersenyum.
Ayana meneliti setiap lekuk wajah Suaminya itu. Mulai dari rambut, dahi, alis, mata, bulu mata, hidung, pipi, rahang, dan yang terakhir bibir berwarna merah muda kepunyaan Rangga.
Ayana tersenyum. Ganteng juga Suami gue. Tapi kok beda sama muka si Ellanyet ya? Postink aja si Ella anak pungut.
Jemarinya terangkat memberanikan diri mengelus bulu mata Rangga. Perlahan naik ke alis, lalu turun ke hidung berakhir di bibir.
Baru saja akan diusap, suara Rangga membuat dirinya terkesiap.
"Ngapain ngusap bibir saya? Mau di cium?" Ayana melotot.
Menggeser posisi dengan terburu. Ayana menguap sambil merenggangkan badan.
"Hoammm, ngantuk banget gue." Katanya mencoba mengalihkan debaran jantung nya yang menggila. Malu coy!
Sedang enak-enak merenggangkan badan, kakinya tak sengaja menendang Rangga yang notabene tidur di pinggir kasur.
Mengakibatkan cowok itu terjatuh dari ranjang.
Gedebug.
"Ashhh," Rangga meringis merasakan pantat juga pinggang nya bertubrukan secara kasar dengan lantai.
Mendengar suara ringisan Rangga, Ayana buru-buru bangkit terduduk. "Eh, aduh. Maaf, Om. Gue ngga sengaja,"
Ayana membantu Rangga berdiri. Pandangan nya jatuh pada tulang kering Rangga yang lebam. Akibar kebentur pinggiran tangga waktu teman-teman nya ke rumah.
"Loh? Ini belom diobatin?" Tanya Ayana.
Rangga memegang pinggang nya. "Belum,"
"Kenapa? Harusnya di obatin dong! Kalo infeksi terus diamputasi gimana?"
"Alay." Rangga mencibir.
Melepaskan tangan Ayana dari lengan nya secara halus. Perlahan, Rangga berjalan ke kamar mandi.
"Eh, mau kemana? Kebiasaan Istrinya belom selesai ngomong udah ditinggal pergi."
"Mandi. Mau ikut?" Tawar Rangga.
Melotot lebar. Tangan nya mencomot bantal, lalu dilemparkan ke Rangga. "Mesum!"
Beruntung Rangga segera menutup pintu kamar mandi. Jadi, tidak terkena sambitan bantal.
Sepeninggal Rangga, Ayana membuka ponsel. Membuka satu apk yang sangat umum di zaman sekarang. Iya, tiktok.
Tak sampai tiga menit, Rangga sudah keluar sambil menggosok handuk kecil ke rambut. Melirik Ayana yang sedang rebahan di kasur sambil memangku ponsel.
"Ayana. Mandi," Suruhnya.
"Gamau, nanti aja." Ujarnya dengan pandangan masih setia pada ponsel.
"Sekarang."
"Dingin, Om! Nanti kalo gue mati kedinginan gimana?" Ayana hiperbola.
"Buktinya, saya masih hidup."
Ayana berdecak. Kalau urusan debat dengan Rangga, ia pasti kalah. "Iya-iya!"
Bangkit dengan wajah malas. Membuka lemari untuk mengambil baju ganti.
"Habis mandi, sholat subuh berjamaah. Saya jadi imam." Kata Rangga. Cowok itu duduk di tepi ranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dampatigaḷu [Pre Order]
RomantizmBagaimana rasanya menikah dengan kakak kandung dari sahabat sendiri? Canggung? Menyenangkan? Atau, meresahkan? Begitulah kira-kira yang dirasakan Ayana selepas menikah dengan Rangga, di usianya yang masih terbilang belia. Rangga yang notabene pria b...