Ayana melangkah kan kaki keluar dari kediaman nya. Gadis cantik dengan riasan sederhana, juga kebaya pengantin itu menoleh ke belakang.
Tak rela melepas tempat pulang nya selama ini. Apalagi harus berpisah dengan kamar kesayangan nya itu.
Selepas akad tadi sore, juga acara sungkeman, tak lupa menyapa para tamu undangan, malam ini Ayana di boyong pergi Rangga ke rumah nya.
Bukan. Bukan rumah keluarga Bratanadipta, melainkan rumahnya sendiri.
Bukan apa-apa, diam-diam Rangga menyisihkan uang hasil kerja kerasnya untuk membangun rumah impian beserta keluarga kecilnya kelak.
Dan inilah saatnya.
"Maa, Ayana nggak mau pergi sama Om Rangga. Ayana mau disini sama, Mama, sama Papa, sama kamarnya Ayana." Ayana memeluk Asviva erat.
"Sstt, Ayana nggak boleh gitu sayang. Sekarang kamu udah jadi Istri orang. Bukan anak-anak lagi. Jadi, kamu harus nurut apa kata Rangga ya?"
Ayana cemberut. "T-tapi kamar Ayana gimana, Ma? Banyak kenangan Ayana disana. Ayana nggak tega ninggalin kamar Ayana."
"Udah, gampang. Nanti kamar kamu biar Papa yang urus. Sekarang kamu pergi gih sama Rangga. Kasian dia udah nungguin." Ujar Wildan.
Ayana menoleh ke arah Rangga yang setia menunggu dirinya sembari bersandar di badan mobil.
"Ayana," Panggil Finda.
Ayana menoleh. "Iya, Tante?"
"Loh? Kok manggilnya Tante, sih? Panggil Mama aja. Kan, secara nggak langsung, kamu udah jadi anak, Mama." Finda membelai pipi Ayana, sayang.
"I-iya, Ma." Kata Ayana sedikit kaku.
Ella yang melihat ekspresi dari Ayana tergelak. "Halah! Sok-sok an malu, lu! Biasanya juga malu-maluin."
"Apa sih?! Lo diem ya, duda!" Sentak Ayana. Ella hanya menanggapinya dengan raut wajah mengejek.
"Udah sana, kasian Rangga." Suruh Wildan.
"Nanti kalo tu anak macem-macem lagi sama kamu, atau buat menantu cantik nya Papa ini nangis, bilang aja sama Papa. Biar Papa hajar dia." Kata Fatir.
Ayana tersenyum kaku. Jujur, ia sedikit tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Harus memanggil Fatir, dan Finda dengan sebutan 'Ma, Pa' terasa aneh di lidah Ayana.
Mungkin pelan-pelan ia akan mencobanya.
"Yaudah sono! Kasian noh, Abang gue nungguin. Minta nganu tuh pasti AHAHAHA," Ella terbahak keras, tapi tawanya tak berkisar lama karena gadis itu digeplak secara spontan oleh Finda.
"Iya-iya, Ella minta maaf." Kata Ella cemberut.
"Udah sana, sayang. Kasian Rangga nungguin kamu terlalu lama," Kata Asviva.
"Iya," Dengan cemberut, juga perasaan tidak rela, Ayana berjalan maju ke arah Rangga.
Sungguh demi apapun, ia tak pernah menyangka jika takdirnya akan berjalan seperti ini.
Berjalan maju meninggalkan tempat pulang nya sedari kecil, orang tua, kamar kesayangan nya, untuk menuju Suaminya.
"Dadahh, kedua Mama, Papa Ayana!" Ayana berteriak sambil melambaikan tangan. "Ella! Gue pergi sama Abang lu nih! Ga jadi nikah sama Jeno!"
Ella melambaikan tangan sembari tersenyum lebar. "Iyaa!! Nanti gua salamin ke Jeno, kalo jodohnya ini dah nikah!"
Ayana mengusap air mata di pelupuk matanya. Dirinya masih setia melambaikan tangan. Sampai suara berat Rangga menginterubsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dampatigaḷu [Pre Order]
RomansaBagaimana rasanya menikah dengan kakak kandung dari sahabat sendiri? Canggung? Menyenangkan? Atau, meresahkan? Begitulah kira-kira yang dirasakan Ayana selepas menikah dengan Rangga, di usianya yang masih terbilang belia. Rangga yang notabene pria b...