14. Mantel Hujan Polkadot

591 77 6
                                    

Holaaa!!!!

Aku update nih. Siapa yang nungguin cerita ini?

Jangan lupa vote dan komen sebanyak mungkin untuk cerita ini ya.

Jangan lupa follow akun wattpadku juga.

Happy reading...

🍓🍓🍓








"Hai, Cha!" sapa Arkana begitu memasuki kelas. Yang disapa langsung menatap Arkana dengan intens. Memastikan bahwa sosok yang di depannya itu benar-benar sudah sehat.

"Udah masuk?" tanya Echa kemudian.

"Ya kali aku udah pake seragam kayak gini masa nggak masuk sekolah, Cha."

"Hmm, iya." Hanya itu jawaban Echa, membuat Arkana sedikit kecewa. Cowok itu berharap mendapat respon yang berlebih dari Echa.

Arkana duduk di bangku sebelah Echa yang kosong. Teman sebangku Echa memang belum datang. Jadi, Arkana bebas menempati bangku itu. Arkana merogoh cokelat di dalam tas. Diberikannya cokelat itu untuk Echa. Gadis itu sedikit bingung kenapa Arkana tiba-tiba memberikannya cokelat. Tidak biasanya Arkana memberinya cokelat seperti ini meski sudah sering kali cowok itu menyatakan rasa sukanya ke Echa.

"Untuk kamu, Cha."

"Dalam rangka apa ngasih cokelat?"

"Ya hadiah aja buat kamu. Kan kamu manis kayak cokelat." Arkana sangat percaya diri menebar gombalannya.

"Gombalan lo basi banget sih, Na!" sindir Dendi yang baru saja datang bersama Damar.

"Iya. Nggak estetik gombalannya. Receh banget," komentar Damar ikutan menyindir.

Rasanya Arkana ingin mencuci mulut kedua sahabatnya dengan deterjen agar tidak terlalu banyak julid. Damar dan Dendi kalau sudah mengoceh lebih ganas daripada burung beo. Mereka asal nyablak aja. Namun, Arkana masih bisa bersabar menghadapi duo teman koplaknya itu. Dia tahu betul bahwa keduanya hanya bercanda. Lagi pula kalau tidak ada teman modelan Damar dan Dendi, pasti hari-hari Arkana tidak berwarna. Di sisa-sisa waktunya, Arkana ingin hari-harinya lebih punya banyak warna bersama orang-orang terdekatnya.

"Eh, Cha. Kalau nggak mau cokelatnya. Buat gue aja," kata Damar seraya menarik pelan cokelat yang dipegang Arkana. Sontak saja Arkana langsung memelototi Damar. Komuknya mendadak galak.

"Lo ngambil cokelat ini sama dengan senggol bacok! Gue nggak akan ngasih contekan ke lo lagi," ancam Arkana. Damar langsung nyengir kuda. Takut juga dengan ultimatum Arkana. Pasalnya dia tidak akan bisa mendapat nilai mencapai KKM kalau tidak ada Arkana.

"Enggak deh, Na. Cuma pengen megang aja. Kan ini cokelat mahal. Gue kan selama ini cuma pernah makan choki-choki."

"Mar, lo kalau jomblo jangan main embat cokelat orang. Bilang aja iri lo nggak ada yang ngasih cokelat," ledek Dendi.

"Babi lo, Den!"

"Daripada elo taiknya babi, Mar."

"Eh, elo berdua berisik! Gangguin orang PDKT aja!" semprot Arkana. Biarkan hari ini Arkana menjadi duplikatnya Elang yang galak. Damar dan Dendi kalau tidak digalakin nggak mempan.

Echa yang jengah akhirnya meninggalkan kelas begitu saja. Arkana dan kedua teman julidnya bisa-bisa membuat Echa gila kalau terus berada di dekat mereka. Apesnya saat melewati pintu, Echa malah menabrak Revan dari arah berlawanan. Kepala Echa membentur dada bidang Revan. Keduanya sama-sama kaget. Arkana yang melihat kejadian itu juga kaget. Ya, Revan baru saja datang. Echa merasa ceroboh karena tidak melihat jalan dengan benar saking tergesanya.

The Memories of ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang