Holaaaa!!!Setelah menimbang ini dan itu aku memutuskan untuk republish cerita ini. Tentu saja ada revisinya ya. Karena setelah aku baca ulang, aku merasa kurang greget konfliknya. Apakah revisinya banyak?
Ya pokoknya ada yang aku tambahi dan ada yang aku kurangi. Harapannya biar lebih ngefeel ceritanya. Dan aku gak janji bakal fast update. Aku bakal update kalo lagi longgar.
Semoga kalian tetap suka versi revisi cerita ini.
Happy reading...
Jangan lupa vote dan comment!
❣️❣️❣️
"Pagi, Sayang," ucap Mami ketika Arkana muncul di ruang makan keluarga pagi ini.
Seperti biasanya, anak bungsu keluarga itu datang dengan senyum lebar yang terkembang di kedua sudut bibirnya. Arkana memang menjadi pencair suasana sarapan di pagi hari. Arkana selalu menebarkan vibes positif karena sarapan adalah momen yang berharga baginya. Hanya dengan sarapan keluarganya bisa berkumpul seperti ini. Papinya itu orang sangat sibuk. Apalagi setelah dinobatkan menjadi profesor, ayahnya lebih sering mengurus mahasiswa, penelitian dan tetek bengek lainnya yang berhubungan dengan kampus. Kakak perempuannya 11-12 dengan papinya, selalu sibuk dengan urusan kampus karena masih berstatus mahasiswa. Bahkan kakak perempuannya hanya pulang ke rumah setiap weekend saja. Selebihnya dia lebih memilih tinggal di kosan karena lebih dekat kampus. Kalau maminya tidak terlalu sibuk sebenarnya. Namun, Mami hanya bisa diajak berkumpul di pagi dan malam hari saja. Siangnya sibuk mengurus bisnis keluarga. Maminya memang punya butik.
"Pagi, Mi, Pi, Kak Rara." Arkana balik menyapa dengan nada ceria. Tidak hanya Mami, ia juga menyapa Papi dan kakaknya.
"Pagi, Na. Semangat banget kayaknya hari ini?"
"Iya dong, Pi. Arkana kan baru aja kepilih jadi kapten tim basket," sahut Mami bangga.
Papi membenahi kacamatanya yang melorot ke hidung. "Kamu ikut ekskul basket, trus ikut OSIS, tapi jangan lupa kewajiban kamu, Na."
"Apa, Pi?" tanya Arkana.
"Ya belajar dong, Na. Kewajiban utama kamu kan belajar. Contoh tuh kakak kamu waktu SMA selalu masuk 3 besar paralel," sahut Papi sambil melirik ke Rara yang sedang mengunyah nasi goreng udang.
"Tapi nggak pernah ranking 1 paralel, Pi. Karena posisi itu punya Rega dari kelas 10 sampe 12," sahut Rara. Nada bicaranya dingin sama seperti orangnya. Sikap Rara mulai berubah sejak Papi mulai jarang memberinya perhatian karena sibuk.
"Ya kali kalau nggak bisa masuk ranking 1 paralel mana mungkin Rega bisa masuk kedokteran tanpa tes," timpal Mami yang tahu betul Rara tidak pernah bisa menggeser posisi pacarnya sendiri saat SMA dulu.. "Tapi Mami sama Papi bangga kok sama kamu, Ra."
Rara hanya tersenyum miring mendengar pujian itu, sedangkan Arkana tampak tertarik dengan pembahasan itu.
"Nggak cuma Bang Rega yang ranking 1 paralel, Pi, Mi. Adeknya juga. Bang Elang juga sama aja," jelas Arkana yang juga mengenal adik dari pacarnya Rara. Kebetulan mereka satu sekolah, tapi beda angkatan. Untung beda angkatan. Kalau satu angkatan Arkana tidak yakin bisa mengalahkan ranking Elang yang terkenal jenius itu.
Rega adalah pacarnya Rara, sedangkan Elang adalah adiknya Rega yang sekarang menjadi kakak kelasnya Arkana. Kebetulan mereka satu sekolah, tapi beda angkatan. Untung beda angkatan. Kalau satu angkatan Arkana tidak yakin bisa mengalahkan ranking Elang yang terkenal jenius itu. Semenjak MPLS hari pertama Arkana sudah kenal sama kakak kelasnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories of Arkana
Fiksi RemajaArkana punya banyak harapan yang ingin diwujudkan, yaitu bisa dekat dengan Echa, bisa berdamai dengan kakaknya dan ingin bahagia. Namun, takdir seolah mempermainkan kehidupannya, menguji kesabarannya dan terkadang membuatnya merasa terjatuh. Akankah...