15. Menunggu Jawaban

547 79 13
                                    

Haiiii!!

Aku update, nih.

Jangan lupa vote, komen dan follow akun wattpadku. Aku tunggu banget lho.

Happy reading....


Siapa yang kangen anak mami satu ini?

Siapa yang kangen anak mami satu ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Rara yang bingung karena adiknya pingsan, akhirnya menelepon Rega. Pacarnya itu memang menunggunya di mobil yang diparkir di depan rumah. Pasalnya Mami dan Papi tadi dihubungi via telepon tidak bisa. Di-chat juga tidak bisa. Satu-satunya harapan Rara hanyalah Rega.

"Astaga. Kok bisa pingsan gini?" tanya Rega sembari mengecek denyut nadi di pergelangan tangan Arkana.

"Nggak tahu, Re. Dia tiba-tiba pingsan."

"Ya udah, kita bawa dulu ke tempat yang lebih hangat. Ini tangannya dingin banget. Aku takutnya dia hipotermia."

Rega menggendong Arkana menuju kamarnya. Meski berat ia tetap memindahkan tubuh adik dari pacarnya itu. Setelah berhasil memindahkan Arkana di lantai 2, Rega mengambil alat kesehatan yang digunakannya untuk kuliah di dalam tas ranselnya. Ia mengecek tanda vital Arkana.

"Suhu tubuhnya 34 derajat celcius. Detak jantung ya juga nggak teratur. Dia hipotermia ringan. Kamu kasih selimut lagi yang tebel, Ra!" ujar Rega setelah melepas stetoskopnya.

"Selimut?"

"Iya. Cepetan!" titah Rega agak ngegas.

Rara langsung mengambil selimut di kamarnya sendiri. Selimut itu ditelungkupkan ke tubuh Arkana. Rega sendiri berusaha mengembalikan kesadaran Arkana dengan mengolesi tangan Arkana dengan minyak angin aromaterapi agar suhu tubuh ringkih itu cepat naik ke suhu normal. Rega juga mendekatkan minyak angin aromaterapi itu di depan hidung Arkana.

"Dia nggak apa-apa kan, Yang?" tanya Rara. Terdengar agak sedikit panik.

"Kamu tenang aja. Dia bakal baik-baik aja. Untung segera ditanganin. Kalau kita telat ya bisa bahaya. Soalnya Arkana punya cancer. Dia jadi gampang terinfeksi kalau telat ditanganin, Ra."

"Kak ... Rara?" lirih Arkana begitu sadar. Matanya mengerjap pelan.

"Alhamdulillah. Kamu udah sadar," ucap Rega begitu lega.

Arkana melihat sekitar dengan tatapan bingung. Cowok itu juga sulit bergerak karena tubuhnya dibalut dua selimut tebal.

"Aku kenapa, Bang?" lirihnya lemah.

"Kamu barusan pingsan. Kamu tadi kehujanan?" tanya Rega.

"Iya, Bang. Kehujanan dikit."

Rega menepuk jidatnya. "Na, daya tahan tubuh kamu sekarang nggak kayak dulu lagi, Na. Jangan ceroboh. Harus bisa Jaga diri sendiri."

The Memories of ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang