Halooo!!!
Aku update ya.
Jangan lupa vote dan komen!
Jangan lupa follow akun wattpadku!
Happy reading...
🎶🎶🎶
Arkana menguap ketika dibangunkan Mami. Mobil Papi sudah sampai di depan rumah. Akhirnya Arkana sudah keluar dari rumah sakit. Untuk sementara memang bisa keluar, tapi Arkana tahu ia akan kembali ke rumah sakit untuk kemo yang selanjutnya, atau malah sebelum kemo dia harus kembali ke rumah sakit. Namun, dia sudah cukup senang bisa pulang ke rumah, dan tentu saja bisa masuk sekolah lagi setelah ini. Sakit bukan hal yang bisa membuat Arkana lupa akan pendidikannya. Arkana benar-benar rindu bangku sekolah, rindu teman-teman sekolahnya, rindu rapat OSIS dan ekskul basket. Hanya saja untuk ekskul basket, Arkana tidak yakin bisa melanjutkannya. Pasalnya Mami sudah memintanya untuk mengundurkan diri. Tentu itu keputusan berat untuk Arkana karena dia baru saja dinobatkan menjadi kapten tim basket SMA Bakti Nusantara.
Arkana turun dari mobil dibantu Papi. Awalnya Mami mau menuntunnya, tapi Arkana menolak lantaran dia merasa baik-baik saja dan bisa berjalan sendiri. Udara rumah terasa sangat berbeda ketika kaki Arkana menginjak ruang tamu. Atmosfernya lebih menenangkan daripada rumah sakit. Jujur saja Arkana terkadang merasa ketakutan di rumah sakit. Dia merasa nyawanya ditarik ulur ketika sedang berjuang di ranjang rumah sakit. Untung Tuhan masih memberinya kesempatan untuk hidup. Arkana tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Arkana akan mengukir kenangan sebanyak dan seindah mungkin di sisa-sisa umurnya.
"Mau langsung istirahat di kamar?" tanya Mami.
"Iya, Mi. Tapi, aku mau mandi dulu. Bau obat nih badan aku."
"Nggak usah. Tadi pagi kan Mami udah seka kamu," cegah Mami karena takut Arkana nge-drop lagi.
"Tetep aja nggak nyaman, Mi. Pengen mandi pake sabun wangi."
"Ya udah. Mandinya pake air anget aja, ya. Terus jangan lama-lama."
"Siap, Mi. Aku mana pernah mandi lama kayak cewek." Balasan itu membuat Mami terkekeh.
Arkana melangkahkan kakinya ke lantai 2. Anak itu benar-benar ingin menikmati suasana damai kamarnya yang sudah beberapa hari dia tinggal. Suasana lantai 2 sepi, terlebih kamar Rara tertutup. Sepertinya Rara sedang di kost atau mungkin sedang kuliah. Usai mandi dan berganti baju, Arkana duduk di sofa kamarnya. Ia membuka aplikasi chat di ponselnya. Lalu mengetikkan pesan untuk Echa.
Arkana
Aku udah keluar dari RS, Cha.☺️Echa
Congrats ya, Na. Jangan sakit lagi.Arkana
Makasih. Besok aku udah masuk sekolah.Echa
Oke. Sampai ketemu besok.Arkana
Mau ketemu kamunya sekarang.😭Echa
Aku nggak bisa ke rumah kamu ya, Na. Masih sekolah.Arkana
Nggak perlu ke rumahku, Cha. Kan bisa ketemu lewat video call. Kan ini pas jam istirahat.🤭Echa
Aku sibuk. Jam istirahat ada kumpul PMR.Arkana
Cha?Echa
Lagi sibuk.Arkana terkekeh membaca balasan dari Echa. Hobinya dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, yaitu menggoda Echa. Rasanya ada petasan konfeti setiap kali membaca balasan chat dari Echa. Arkana sadar akan suatu hal, dia bisa bahagia hanya karena Echa. Satu-satunya cewek yang bisa membuatnya lupa akan masalahnya hanya Echa. Hati Arkana auto bermekaran tiap kali membalas pesan dari Echa. Kalau Arkana menyimpullkan, Echa adalah obat terampuh yang bisa membuatnya sehat secara pikiran, meski tubuhnya sakit keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memories of Arkana
Teen FictionArkana punya banyak harapan yang ingin diwujudkan, yaitu bisa dekat dengan Echa, bisa berdamai dengan kakaknya dan ingin bahagia. Namun, takdir seolah mempermainkan kehidupannya, menguji kesabarannya dan terkadang membuatnya merasa terjatuh. Akankah...