8. Menembak Echa

700 83 2
                                    


Haloo aku update ya.

Selamat membaca versi revisi yang lebih rapi dari segi penulisan maupun plot.


Jangan lupa vote dan komen.


Follow juga akun wattpad aku.


Happy reading!!


***



Arkana mampu mengembuskan napas lega ketika Papi mengangguk, artinya Papi mau meluangkan waktunya lebih banyak untuk Arkana. Kini Arkana berjalan menuju ruang kelas dengan perasaan yang lebih baik. Di dalam kelas ternyata sudah banyak yang datang, termasuk teman-teman satu gengnya. Echa pun juga sudah datang. Cewek yang disukainya sejak MPLS itu duduk sambil membaca novel teenlit yang dipinjam dari perpustakaan. Mata Arkana tentu melirik ke arah Echa saat melewati bangku cewek itu. Sayangnya, Echa pura-pura tidak tahu Arkana lewat di sampingnya.

"Pagi, Bro," sapa Damar yang langsung mengajak high five.

"Pagi, semua. Pada ngerjain PR apa, sih?" tanya Arkana ketika melihat Damar dan Dendi sibuk menulis.

"Ngerjain tugas Bahasa Inggris wajib," jawab Revan santai. Sepertinya Revan sudah mengerjakan karena ia malah sibuk main PUBG.

"Emang ada tugas apa?" tanya Arkana karena seminggu lebih tidak ikut pelajaran Bahasa Inggris wajib. Jadi, dia sendiri belum mengerjakan PR.

"Mengubah active voice ke passive voice."

"Oh, gitu."

Arkana yang duduk di sebelah Revan menolak diconteki kerjaan Revan. Ia memilih mengerjakannya sendiri. Kemarin malam usai minum obat ia mengantuk dan lupa tidak tanya ada PR apa untuk hari ini. Untung Arkana sudah belajar materi passive voice dari aplikasi belajar online. Kalau dipikir-pikir sudah seminggu juga ia tidak masuk bimbel. Ah, Arkana kangen dengan semua kegiatan yang berhubungan dengan sekolah dan belajar.

"Eh, Van. Entar sore gue pulangnya nebeng lo. Bisa, kan?"

"Bisa banget. Tumben nggak bawa motor sendiri?"

"Nggak dikasih izin sama bokap."

"Kenapa? Bukannya lo udah sehat?" tanya Revan tanpa mengalihkan fokusnya pada layar HP.

"Sebenernya gue masih sakit. Dan nggak tahu bisa sembuh atau nggak," bisik Arkana membuat Revan menghentikan game di ponselnya. Ia lantas menatap Arkana nanar.

"Lo sebenernya sakit apa?"

"Gue pasti ngasih tahu lo, tapi nggak sekarang." Arkana menjawabnya sambil menebar senyum. Dia tidak mau menunjukkan kesedihannya di depan Revan.

"Oh, oke."

"Gue ngerjain PR English dulu, ya. Kudu kelar sebelum bel masuk, nih."

"Yuhuuu. Semangat, Na."

"Lo jangan berisik. Gue mau konsentrasi," cecar Arkana. Kemudian dia fokus pada tugasnya. Mukanya kelihatan serius kalau sudah berhadapan dengan buku.

 Mukanya kelihatan serius kalau sudah berhadapan dengan buku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Memories of ArkanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang