56. Sedikit Lagi

749 54 23
                                    

Kamu adalah magnet untukku, bahkan mendengar isakanmu saja sudah mampu menarikku untuk berada di dekatmu
-Farel-

°°°
Malam semakin larut, Farel baru saja sampai di rumah,  dan kini lelaki itu memutuskan untuk keluar lagi lantaran mendengar isakan gadisnya melalui panggilan yang baru saja ia tutup.

Waktu menunjukkan tepat pukul 9 malam, namun ibu kota masih terlihat ramai, tatapan dingin itu memandang lurus jalanan didepannya.

Setelah menempuh 30 menit perjalanan Farel kini memarkirkan mobilnya di halaman rumah Larisa, rumah berlantai dua itu terlihat masih terang walaupun malam sudah semakin larut, terlihat satpam keluarga Atmaja yang sudah mengenal Farel dengan baik mengantarkan lelaki itu masuk kedalam, dia berkata bahwa kedua orang tua Larisa tengah ke Semarang menjenguk Oma sarah yang tengah sakit.

Farel mengetuk pelan kamar Larisa sebelum membukanya, ia melihat gadisnya tetap didepan jendela kamarnya, bahkan Larisa tak sadar jika Farel datang menemuinya.
Farel semakin mendekati Larisa, tangganya terulur mengelus pelan puncak kepalanya, membuat Larisa tersentak.

"Eh,,Farel,,tumben malem-malem kesini." Bola mata hitam yang tadinya sayu kini berbinar.

"Iya."

Larisa mendesah pelan "iya, apa sih?"

Farel diam lelaki itu melepaskan jaket hitam yang dipakainya lantas menyampirkan pada pundak Larisa yang terbuka. Tangannya kini beralih memegang telapak tangan Larisa yang terasa dingin, mengelusnya perlahan, meniupkan nafas hangatnya bermaksud menyalurkan sedikit kehangatan.

Kedua bola mata itu kini tak sengaja bertatapan, membuat Larisa semakin gugup, sisa-sisa air mata itu masih terlihat jelas, sebelah tangan Farel terulur menyentuh pipi kanan gadisnya, jemarinya mengusap pelan sisa tetesan itu. Farel mencondongkan tubuhnya mengecup bergantian mata yang memerah itu.

Farel tak ingin bertanya mengapa gadisnya menangis, Farel hanya ingin memberi tau bahwa ia akan ada disampingnya dan berusaha sebisa mungkin untuk selalu menemaninya.

"Istirahat, udah malem." Ucap Farel pelan.

Larisa menghembuskan nafasnya pelan lalu ia mengangguk. "Temenin dulu Sampek tidur."

Farel hanya diam, lelaki itu sibuk menutup jendela lantas mendorong kursi roda gadisnya, mengangkat pelan tubuh ringan itu ke atas tempat tidur. Farel membenarkan letak selimut Larisa, tangannya meraih remot menaikkan sedikit suhu AC lantaran tangan gadisnya yang begitu dingin.

Farel duduk pada kursi kecil yang berada di samping tempat tidur Larisa.
Gadis itu dibuat gugup lantaran Farel sejak tadi memandangnya, bahkan memejamkan matanya rasanya sangat susah karena tatapan itu.

"Rel, ih jangan lihatin aku terus! Susah tidur nih." Ungkap Larisa yang sudah tidak tahan dengan tatapan kekasihnya.

Farel tersenyum sangat tipis yang mungkin Larisa saja tidak akan menyadarinya, Farel meraih telapak tangan Larisa lantas mengecupnya pelan, mengelus lembut telapak tangan itu. "Tidur Ris," Ucapnya karena melihat Larisa yang semakin melebarkan matanya.

Larisa dengan gugup kembali memejamkan matanya, mencoba menetralkan degup jantungnya yang sudah tak karuan.

Farel terdiam, sebelum akhirnya mengelus pelan puncak kepala Larisa, agar gadis itu segera tertidur.

°°°
Malam semakin larut, 30 menit sudah Farel menunggu gadisnya terlelap, kini nafas Larisa terlihat teratur menandakan gadis itu sudah benar-benar tidur, wajahnya terlihat begitu manis dan damai.

Farel beranjak dari duduknya, namun sebelum pergi lelaki itu bergumam pelan, "Good night Ris,"

Mobil Lamborghini hitam itu kini membelah jalanan yang nampak sedikit lenggang, mata elangnya begitu lelah, tubuhnya benar-benar butuh istirahat.

°°°
Suara ketukan sepatu terdengar begitu jelas memenuhi koridor kelas, bisikan para murid terdengar seperti obrolan kerumunan lebah yang tak jelas untuk didengar.

Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB, itu artinya waktu istirahat pertama sudah tiba, kantin nampak tak seramai biasanya, padahal bel istirahat sudah dibunyikan 5 menit yang lalu, para murid memilih berkerumun di depan kelas melihat mobil polisi yang baru saja memasuki halaman Nusa bangsa.

Para polisi itu memilih pergi ke kelas X-IPA 2, seketika para murid segera ikut mendatangi kelas itu bak seorang reporter yang tengah mencari kebenaran.

Farel yang baru saja mengetahui desas desus itu segera beranjak dari kelasnya.

Terlihat lelaki paruh baya yang dikenalnya tengah bersama dengan gadisnya yang duduk diatas kursi roda dengan mata sembab, yah lelaki itu Om Tyo bersama rekan-rekannya.

"Saudari Nesya, silahkan ikut kami ke kantor polisi." Ungkap Tyo dengan jelas.

***
Thank for reading ❤️

Absen dong kalian dari mana aja nih yang baca ceritaku

Udah pada siap ending kan inii? Hayoo mau ending yang bagaimana kalian

Tandai jika ada typo

See you next part❤️

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang