38. First Day

1.8K 124 32
                                    

Seorang gadis tengah terburu-buru menuruni anak tangga, bagaimana bisa ia kesiangan di hari pertama melaksanakan ujian, rasanya ia ingin keajaiban datang dan bisa berada di sekolah detik ini juga.

Dengan aksi balap liarnya Larisa sampai di sekolah pukul 07:00 tepat, terdengar bel masuk sudah berbunyi, gadis itu masih menetralkan degup jantungnya, nafasnya masih tidak teratur lantaran hampir saja ia menabrak pengemudi lainnya, tangan lemasnya mulai membuka pintu mobilnya lantas berjalan menuju dimana kelasnya berada, sedikit merasa kesal mengapa ia harus ditempatkan di ruang XI-ipa 2 yang mana terletak di lantai 2, tapi rasa kesal itu seakan menghilang ketika seorang lelaki tengah berjalan menuruni tangga dan sedikit lagi akan berpapasan dengannya, tatapannya begitu dingin, mata elangnya mampu menarik pesona yang memandangnya, jangan lupakan rahang tegasnya, hidung yang lancip membuat siapa saja ingin menyentuhnya, yah dia Farel, lelaki yang kini sudah memiliki gadis cantik dengan pesona yang mampu membuat para lelaki tertarik.

Kini dua remaja itu tepat bersebelahan, tangan Farel terulur menggenggamkan sebungkus roti pada telapak tangan Larisa seolah lelaki itu bisa menebak jika ia belum mengisi perutnya.

"Semangat!" Ucap Farel seraya menarik pelan pipi kiri gadisnya, lantas lelaki itu melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.

Larisa yang kini masih terdiam, mulai menyadarkan dirinya bahwa bel sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, gadis itu mempercepat langkahnya lantas memasuki ruangan yang ditentukan, pandangannya meneliti mencari bangku yang belum memiliki penghuni, dan berakhir pada satu bangku yang terletak di barisan kedua, tepatnya disamping kakak kelas laki-laki berkulit putih dengan tampang yang lumayan, namun yang membuat Larisa kesal lelaki itu banyak bertanya, padahal dirinya belum satu menit duduk dan lelaki disampingnya sudah merecokinya dengan berbagai pertanyaan, atau bahkan menggodanya, kali ini Larisa harus meningkat kesabarannya selama satu Minggu ke depan.

Dua orang pengawas ujian sudah mulai membagikan lembar soal dan jawaban.

"Dek, pinjem bolpoinnya." Ucap Revan, lelaki yang duduk disamping Larisa.

Tak berselang lama lelaki itu mulai berbicara lagi.

"Pinjem tipe-Xnya."

Larisa memberikannya saja, sungguh kakak kelasnya ini mampu mengganggu konsentrasinya.

"Dek,"

"Apalagi sih kak?" tanya Larisa yang mulai sedikit kesal.

"Minta rasa sayangnya boleh?" tanya Revan diselingi senyuman menggodanya.

Larisa hanya mendengus jengah, membiarkan lelaki disampingnya terus mengoceh sesuka hatinya.

°°°
Panas sinar sang surya terasa begitu menyengat di atas kepala, memberi tanda jika hari sudah menginjak siang, hembusan angin terasa begitu pelan, tak mampu menyegarkan warga ibu kota.

Hari pertama berjalan sedikit mengesalkan menurut Larisa, jika saja ia tidak duduk bersebelahan dengan kakak kelas yang menurutnya jahil tingkat akut itu mungkin akan merasa lebih baik hari ini.

Larisa memilih langsung melajukan mobilnya menuju arah pulang, ia ingin segera merebahkan punggungnya.

Entah mengapa Larisa merasa mobil sport di belakangnya saat ini tengah mengikutinya, tapi entahlah mungkin hanya kebetulan saja berada dalam arah yang sama.
Setibanya Larisa di gerbang rumahnya, mang Asep dengan senyuman ramahnya membuka gerbang itu, lantas membiarkan putri tunggal keluarga Atmaja memakirkan mobilnya.

Keadaan rumah Larisa begitu sepi, Bi Inah tengah keluar ke pasar untuk membeli beberapa barang.

Larisa melangkahkan kakinya menuju dapur, ingin menghilangkan dahaganya, duduk diam di meja makan seraya menikmati jus jeruk dalam genggamannya.

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang