45 menit sudah Farel memandang Larisa, matanya tak pernah lepas sedikit pun dari gadis yang kini sudah mulai kelelahan dan duduk selonjoran di sudut lapangan yang teduh.
Farel mulai melangkahkan kakinya mencoba lebih dekat dengan Larisa.
Tangannya terulur memberikan sebotol air mineral yang memang sangat dibutuhkan Larisa saat ini, membuat gadis itu berbinar ingin segera meneguk habis air didalamnya.
"Makasih." Ucapnya setelah menandaskan air tadi.
Farel ikut duduk di samping Larisa, mengeluarkan alkohol, obat merah dan kapas dari sakunya yang sempat diambilnya dari UKS tadi.
Tangannya menarik pelan tangan kanan Larisa, menuangkan alkohol dikapas untuk membersihkan luka-lukanya agar tidak terjadi infeksi.
"Bodoh, gak jago berantem ngapain berantem." Ucap Farel di sela-sela kegiatannya.
"Shhh." Hela Larisa yang mulai terasa perih saat benda dingin itu menempel diatas lukanya.
Farel sangat telaten melakukanya, bahkan mulutnya bergerak pelan meniupi luka itu agar rasa perih tak begitu terasa, membuat Larisa terbengong akan tingkahnya.
Sepasang mata melihat dari kejauhan kejadian dua remaja itu.
"Gue gak bakalan nyerah buat Lo menderita!" ucapnya penuh penekanan.Larisa sudah berjalan kembali ke kelasnya, bel pergantian jam baru saja berbunyi, sehingga kelas masih dalam keadaan kosong lantaran guru yang mengajar belum datang.
Tatapan penasaran dari teman-temannya tidak ia pedulikan, baru saja Larisa hendak duduk di bangkunya suara sahabatnya terdengar melengking membuat telinganya sakit."YA AMPUN MONYET GUE UDAH KEMBALI!! LO GAK PAPAKAN? DIAPAIN ITU SAMA PAK KUMIS?" ucap Clara dengan hebohnya, tatapannya bergerak meneliti keadaan Larisa, sontak saja menjadi pusat perhatian di kelas, membuat Larisa geleng-geleng kepala dengan ulah sahabatnya.
"Biasa aja napa! Gausah teriak-teriak!"
"kelepasan nyet, gimana Lo dihukum? kok baru kembali, terus itu nenek lampir juga diapain sama pak kumis?" Tanyanya penasaran.
"Iya di hukum, gue nyapu halaman, nenek lampirnya bersihin toilet."
"Haassh Harusnya tuh nenek lampir suruh hormat bendera sampai pulang biar mampus sekalian!" terlihat jelas kejengkelan Clara pada Icha.
°°°
Hari sudah menginjak siang dan Larisa baru saja sampai rumah, pemandangan Mamanya yang sedang serius menonton Drakor pada layar laptopnya di ruang tengah membuat Larisa terheran-heran, bahkan Mama nya senyum-senyum sendiri melihat ketampanan pemainnya."Iih Mama lagi selingkuh aku aduin ke papa loh! tumben udah pulang ma?"
Widyah yang menyadari putrinya yang sudah pulang dan kepergok jika dia sedang melihat Drakor bahkan berniat melaporkan pada papanya segera mencegahnya.
"Ehh jangan gitu dong, Putri Mama kan cantik banget tapi cantikan Mama nya sih, jangan diaduin yah!"
Widyah sangat tidak suka jika putrinya itu mengadu, karena Larisa sudah pernah bilang ke papanya alhasil laptop Mama nya disita tak di kembalikan seminggu, begitulah tingkah lucu kedua orangtuanya.
"Yaudah tutup itu laptopnya!" perintah Larisa, berani sekali gadis ini mengancam Mama nya, bahkan Mama nya juga menurut menutup laptopnya.
"Eh Ris, itu tangan kamu kenapa? kok luka?" tanya widyah saat pandangan matanya menuju penampilan putrinya, memang tidak ada yang salah dengan penampilan Larisa, namun luka di tangannya sangat terlihat di kulit putihnya membuat wanita paruh baya itu mulai khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Larisa and The Ice Boys
JugendliteraturLarisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya sehingga ia lupa dengan waktu, membuat dirinya di hari pertama memasuki sekolah telat untuk mengikuti acara MOS. Farel, cowok dingin yang me...