'Deg'
Tubuh Larisa seakan kembali melemah, ingin sekali mulutnya meneriaki orang di luar sana dan berkata dengan lantang bahwa dia tidak melakukannya, namun nyatanya tak akan ada yang percaya nantinya."Saudara Larisa, karena keadaan anda belum pulih penyidikan akan dilakukan beberapa hari ke depan."
"Namun, selama itu kami akan tetap berjaga di ruangan ini, dan kami sudah melakukan pengecekan di rumah saudari, kami menemukan beberapa bungkus Methaphetamine di dalam kamar saudari Larisa."
Pikiran Larisa kembali kalut, bukti apalagi ini, bagaimana bisa barang itu ada di kamarnya?
Gadis itu menatap kosong kotak hitam yang di bawah salah satu pihak kepolisian, disana terdapat beberapa bungkus barang bewarna putih itu.
Tatapan Larisa beralih memandang Farel, gadis itu takut kekasihnya akan meninggalkannya saat ini, namun Farel begitu tenang tak ada perubahan dari raut wajahnya, susah sekali menebak pikiran lelaki dinginnya."Saya benar-benar tidak pernah mengedarkan barang itu, bahkan menyentuh sedikit saja tangan ini tidak pernah!" Larisa berucap seraya mengangkat sebelah tangannya.
"Pemeriksaan akan dilakukan lebih lanjut setelah saudari Larisa keluar dari rumah sakit."
Farel menghembuskan nafasnya kasar, tangannya terulur mengacak rambut Larisa yang mampu membuat gadis itu tersentak.
"Aku percaya kamu gak lakuin itu."
Farel menatap hangat gadisnya, menorehkan sebuah senyuman yang mampu menenangkan pikiran Larisa saat ini.Seorang perawat memasuki ruangan Larisa, pihak aparat kepolisian sudah keluar dan berjaga di luar ruangan.
Perawat itu tersenyum ramah seraya meletakkan satu porsi sarapan pagi, sup daging dengan sepiring nasi dan teh hangat.Jika saja gadis itu sedang dalam mood yang baik pasti akan segera melahap makanan di depannya, namun tidak untuk saat ini pikirannya begitu kalut, kakinya lumpuh, sedangkan di luar sana mungkin beberapa orang sedang berteriak meminta kejelasan akan rumor itu, belum lagi sebuah bukti tadi yang mampu memperkuat argumen negatif, sedangkan dirinya hanya bisa terduduk bisu tak melakukan apapun disini.
"Makan dulu." Tangan Farel mengelus pelan bahu gadisnya.
Larisa menggeleng lemah, pandangan matanya begitu hampa.
Farel mengambil duduk di depan Larisa, lantas tangannya mengambil sendok dan mengarahkannya ke mulut gadisnya, "Makan Ris, menyakiti dirimu sendiri tak akan menyelesaikan masalah."
"Rel, kenapa duniaku terasa hancur? Apa aku terlalu sombong hingga Tuhan mengambil kakiku? Apa aku telah melakukan kebohongan besar hingga Tuhan menghukumku dengan rumor itu?"
Farel terdiam lantas menggeleng pelan "hei, sebuah masalah ada untuk diselesaikan, terkadang masalah itu datang bukan tanpa sebab, Tuhan tahu kamu bisa lewatin ini Ris, percaya pada dirimu kamu bisa hadapin ini dan kamu harus ingat aku akan ada di samping kamu."
"Sampai detik ini aku gak bisa lakuin apapun untuk selesain masalah yang ada, hidupku begitu bergantung pada orang lain."
"Bukankah memang seseorang diciptakan untuk bisa saling menolong sesamanya."
Farel kembali mendekatkan makanan ke mulut gadisnya yang tadi sempat tertunda, "Makan Ris, kesehatan kamu lebih penting saat ini."
Dengan berat hati Larisa menuruti lelakinya, kini hanya keheningan yang terjadi Farel fokus dengan gadis didepannya sedangkan Larisa tengah bingung harus berbuat apa.
Sapuan lembut tangan Farel berhasil menyalurkan getaran aneh, lelaki itu beberapa kali membersihkan permukaan bibir Larisa kala ada sisa makanan yang menempel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Larisa and The Ice Boys
Teen FictionLarisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya sehingga ia lupa dengan waktu, membuat dirinya di hari pertama memasuki sekolah telat untuk mengikuti acara MOS. Farel, cowok dingin yang me...