Hembusan udara pagi mampu menyegarkan rongga pernafasan, sang mentari sudah naik setinggi tombak, sinar kuningnya terlihat jelas diantara jejeran awan.
Seorang gadis tengah menelungkupkan wajahnya diantara lipatan tangannya, jam istirahat sudah tiba, namun gadis itu memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, otot-ototnya terasa tegang setelah duduk bersama Clara yang hanya mendiamkan dirinya, bahkan obrolannya hanya dianggap angin lalu olehnya.
Farel, ia rindu kekasihnya, jika saja lelaki itu disampingnya saat ini, mungkin ia tidak akan kelaparan dan kesepian seperti ini.
°°°
Disisi lain Nesya tengah sibuk berbicara lewat telfon di taman belakang sekolah."Rencanain sekarang! Waktu kalian cuma 30 menit! inget jangan sampai ada yang tau!"
"Baik, kita akan segera melakukan permintaan tuan putri, semuanya akan aman."
"Gue tunggu di taman belakang, cepet bawa apa yang gue minta!"
"Kami sedang dalam perjalanan, 2 menit lagi akan segera sampai."
Senyuman miring terlihat jelas di wajah Nesya, rencana licik apa yang tengah disusunnya.
°°°
Larisa kini menegakkan tubuhnya, 10 menit lagi jam istirahat akan berakhir, gadis itu memilih bangkit dari duduknya lantas menuju rak sepatu dan memakainya."Pemberitahuan, seluruh siswa maupun siswi harap semuanya memasuki ruang kelas sekarang juga!"
Suara loud speaker dari arah lobby terdengar menggema di seluruh ruangan, Larisa yang berniat akan ke kantin guna mengisi perutnya kini memilih berjalan ke ruang kelas saja. Langkah gontainya terasa sangat berat, kakinya terasa lemas tak bertenaga.
Sesampainya di depan ruang kelas gadis itu sedikit terkejut, semua siswa tengah berdiri di depan papan tulis, Larisa segera masuk dan berdiri di depan papan tulis seperti teman-temannya.
Dua wanita paruh baya yang notabene nya wali kelas X-Ipa 2 dan guru BK tengah sibuk menggeledah loker dan tas masing-masing siswa.
Dalam hati Larisa bertanya-tanya apa yang sedang terjadi sebenarnya.
"Ini bukan soal tentang banyak ataupun sedikitnya jumlah uang dan kartu penting yang diambil, tapi soal kejujuran kalian, kita tidak ingin mempunyai murid pencuri!" Jelas Bu Marta yang masih sibuk menggeledah.
Gadis itu akhirnya bertanya pada temannya seraya berbisik.
"Dompet salah satu siswa hilang Ris," jelas Bella yang ikut berbisik.Larisa heran mengapa sekolah elite seperti ini masih saja ada yang mengambil barang bukan haknya.
"Tas siapa ini?" tanya Bu Marta seraya menaikkan tas berwarna soft pink.
Semua murid diam tak bersuara.
"JAWAB!! TAS SIAPA INI?"
Larisa yang sejak tadi melamun kini mulai tersadar akan bentakan Bu Marta, matanya menatap lamat-lamat tas itu, dan itu adalah miliknya, ada apa didalamnya?
Perasaan Larisa mulai kalut, degup jantungnya semakin tak karuan, tangannya meremas-remas jemarinya.
"Tas saya Bu," cicitnya pelan.
Bu Marta mulai berjalan mendekat seraya membawa tas Larisa.
"SEJAK KAPAN KAMU MENGONSUMSI OBAT TERLARANG INI?" tanya Bu Marta dengan bentakan keras seraya menunjukkan plastik yang didalamnya terdapat serbuk putih dan diketahui itu adalah sabu-sabu berjenis Methaphetamine.
Bola mata hitam Larisa terbuka lebar, keringat dingin mulai bercucuran membasahi pelipisnya, ia tidak pernah sekali saja menyentuh barang terlarang itu, dan apa ini? Mengapa sabu-sabu itu bisa ada didalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Larisa and The Ice Boys
Teen FictionLarisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya sehingga ia lupa dengan waktu, membuat dirinya di hari pertama memasuki sekolah telat untuk mengikuti acara MOS. Farel, cowok dingin yang me...