Hangat mentari terasa begitu menenangkan, sinar kuningnya masih nampak malu-malu menyapa bumi, hembusan udara begitu segar.
Larisa tengah memakan sarapannya di kamarnya, menunggu Farel menjemputnya, entah mengapa moodnya sedikit tidak baik, gadis itu ingat akan hari ulangtahunnya sendiri, namun semalaman gadis itu tak bisa memejamkan matanya dengan tenang lantaran Farel tak kunjung memberinya sepatah dua kata sebagai ucapan di hari spesialnya, apakah Farel tidak mengetahuinya?
Suara ketukan pintu terdengar pelan, diiringi pintu terbuka setelahnya, menampilkan seseorang dengan kemeja warna biru nampak begitu rapi.
Farel segera masuk lantas menyapa gadisnya, "Tuan Puteri udah siap?"
Larisa mengangguk pelan, gadis itu sudah menghabiskan sandwich di tangannya.
°°°
Jalanan tak begitu padat, mengingat jika hari ini bukan hari kerja, hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang di jam pagi seperti sekarang.Tangan Farel sejak tadi menggenggam tangan gadisnya, sesekali mengecupnya pelan, bahkan Larisa dibuat senam jantung sepagi ini.
"Rel," ucap Larisa lirih.
Farel menatapnya, "Apa ris?"
Larisa mengembuskan nafasnya lalu menggeleng pelan, sebenarnya gadis itu ingin menanyakan apakah Farel tidak mengetahuinya jika dia berulang tahun hari ini, tapi Larisa mengurungkan niatnya.
30 menit berlalu, kini Larisa dan Farel tengah duduk di kursi panjang menunggu gilirannya.
"Itu pacarnya ganteng banget."
"Ceweknya cantik, tapi lumpuh kasihan."
"Untung gak ditinggalin cowoknya."
"Pasti cowoknya direpotkan terus."
Tangan Larisa bergetar mendengarnya, gadis itu ingin menangis, namun tangan Farel menggenggam erat tangan Larisa, sorot matanya begitu teduh, "gausah didengerin," ucapnya menenangkan.
Larisa masuk ke dalam ruangan bersama kekasihnya, dokter Raina yg bertugas hari ini, Farel tengah duduk di kursi pojok ruangan, memandang gadisnya yang tengah bersusah payah berdiri dengan bantuan kruk, Farel dapat melihat keinginan Larisa bisa berjalan begitu besar, melihat tetesan peluh mengalir di pelipisnya, nafas itu semakin terengah-engah, bahkan jemari yang menempel di kruk nampak basah, Farel berjalan mendekat, tersenyum ke gadisnya, lelaki itu berdiri dihadapan Larisa dengan jarak 3 langkah ingin memberinya semangat.
Larisa menyunggingkan senyumnya menyemangati dirinya sendiri, sebelah tangannya memajukan kruknya namun kakinya seakan bergetar gadis itu ambruk dan terjatuh di lantai, Farel mengepalkan tangannya, lelaki itu seolah tak tega melihat gadisnya menderita seperti ini, namun Farel mencoba tersenyum selembut mungkin, menghilangkan rahang keras diwajahnya, Larisa dengan bantuan dokter Raina berhasil berdiri lagi dengan kruknya, gadis itu kembali memajukan kruknya, diikuti kaki kanannya melangkah yang terasa sangat sulit namun dipaksanya sekuat tenaga.
Dalam hati Farel seolah merapal doa agar gadisnya diberi kekuatan."Rel,,,,li,,hat aku bi,,sa me,,langkah" ucap Larisa patah-patah dengan peluh yang membanjiri dahinya, tatapan bola matanya terlihat berbinar, garis bibirnya melengkung keatas. Farel yang sejak tadi menahan ketegangannya, kini bisa bernafas lega melihat larisa yang bisa berjalan dua langkah dengan kruknya, Farel bangkit dari posisinya lelaki itu mendekat ke Larisa dan memeluknya pelan, mengecup berkali-kali puncak kepalanya.
"Aku tau kamu pasti bisa lakuin ini Ris," ucapnya berbisik di telinga gadisnya, senyuman ikut tercetak di garis wajah tampannya.
Dokter Raina yang melihatnya ikut tersenyum pelan.°°°
Terik sang mentari semakin memanas, riuh klakson terdengar di sepanjang jalan, kemacetan kembali terjadi, namun gadis yang biasanya menggerutu jika dihadapkan situasi seperti ini, namun tidak dengan kali ini, gadis itu tak henti-hentinya menyunggingkan senyumnya di dalam Lamborghini kekasihnya.Perkataan dokter Raina yang mendiagnosa bahwa ia bisa segera pulih dari lumpuhnya membuat gadis itu sangat bahagia.
"Rel, ke taman ya?" Tanya Larisa, sebenarnya gadis itu ingin mengingatkan bahwa hari ini adalah hari spesial untuknya.
"Langsung pulang aja ya, capek."
Larisa sedikit bergumam, rasanya tak adil jika Farel tak merayakan hari spesialnya.
Lamborghini itu melaju semakin cepat, seperti memberi kode bahwa tak ingin berhenti di tempat manapun. Larisa menunduk matanya mulai berkaca-kaca.°°°
Mobil Farel berhenti di halaman rumah Larisa, Farel memapah Larisa yang menampilkan muka juteknya, bahkan gadis itu berkali-kali menyingkirkan tangan kekasihnya, gadis itu kini berjalan menggunakan kruk, meskipun terlihat sangat pelan, namun Larisa ingin melatih kakinya agar terbiasa berjalan."Aku bisa sendiri, kamu pulang sana, katanya capek,"
Farel tetap diam dibelakangnya, tak ingin bergerak dari posisinya.
Larisa membuka pelan pintu didepannya, terlihat sangat sepi dan gelap."Kok sepi," gadis itu celingukan melihat sekitarnya, Larisa semakin masuk ke dalam.
Lampu dalam ruangan itu seketika menyala. Diiringi nyanyian "Happy birthday to you" terdengar menggema dalam ruangan itu, terlihat Mama nya tengah membawa kue tingkat dan lilin dengan angka 17 lengkap diatasnya. Teman-temannya masih sibuk meneruskan nyanyiannya.Seseorang merangkul pundaknya, Larisa menoleh, Farel dengan senyum tipis berbisik di telinga gadisnya, "Happy birthday sayang", Farel mengecup pelan pelipis Larisa, lelaki itu seakan melupakan orang-orang yang ada di sekitarnya.
"Woy inget bumi milik orang banyak bukan Lo doang!!" Teriak Surya tak terima.
"Bacot!" Ucap Clara dengan menjitak kepala Surya.
Larisa benar-benar tidak menyangka dengan semuanya, gadis itu menitikkan air mata haru nya, hari ini benar-benar hari spesial untuk dirinya.
Gadis itu melangkah lebih dekat ke Mama nya, lantas memejamkan matanya lalu meniup lilin itu.
"Happy birthday sayang" ucap Mama nya.
Farel mengeluarkan kotak kecil dari sakunya memberikannya pada Larisa.
"Apa ini?" Tanya Larisa seraya menggoyangkan kotak itu.
"Buka aja."
Larisa membukanya sebuah kalung emas dengan bandul huruf NF terlihat begitu indah, mata gadis itu berbinar memandangnya.
"Mau dipasangin?"
Tanpa ragu Larisa mengangguk menerima tawaran kekasihnya.
Farel menyampingkan rambut gadisnya, lantas memasangkan kalung itu.
"Jangan di lepas, once again happy birthday, i love you"
"I love you too" balas Larisa tanpa ragu-ragu, gadis itu benar-benar terlihat bahagia hari ini.
***
Hallo semuanya :)Maaf ya baru sempat up
Gimana nih perasaan kalian setelah baca ending Larisa and the ice boy?
Puas gak sama endingnya?
Author mau ngucapin banyak terimakasih sama kalian yang ngikutin cerita author dari awal, makasih udah mau nungguin author yang up nya lama banget huhu, tanpa kalian cerita ini bukan apa-apa.
Btw ini cerita pertama ku yang aku tulis sampai selesai, kalian ngerasa ada yang mirip dengan cerita lain yang pernah kalian baca di WP kah?
Oh iya author juga lagi nulis cerita baru, ada yang mau baca?
Follow akun ku ya biar tau kalau ada cerita baru nantinya :)Thanks for reading, love you :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Larisa and The Ice Boys
Teen FictionLarisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya sehingga ia lupa dengan waktu, membuat dirinya di hari pertama memasuki sekolah telat untuk mengikuti acara MOS. Farel, cowok dingin yang me...