29. Mencoba Berbaikan

2.2K 104 4
                                    

Pagi ini cuaca cukup cerah, sinar mentari membawa kehangatan bagi para penghuni bumi, namun tidak untuk gadis yang kini tengah duduk di ruang tamu dengan tampilan mata bengkaknya, bola mata hitam yang biasanya memancarkan sorot keceriaan, hari ini semuanya redup, seolah tergantikan dengan sorot kekecewaan.

Ingin sekali Larisa memilih tidak pergi ke sekolah, alasannya hanya satu, ia malas bertemu dengan dua orang yang menyebalkan menurutnya, tapi mau tak mau gadis itu memilih berangkat saja, kondisi tubuhnya sudah membaik dan tak ingin tertinggal materi pelajaran lebih lama lagi.

Dengan berat hati kakinya melangkah menuju garasi rumahnya, pikirannya terus mengarah dengan foto yang masih menjadi topik hangat di media massa, khususnya hanya untuk penghuni Nusa Bangsa, dan kekesalannya pagi ini meningkat lantaran Farel tak berusaha menghubungi gadis itu sama sekali sejak semalam.

°°°
Setibanya Larisa di depan gerbang Nusa Bangsa, gadis itu langsung menundukkan kepalanya dan berusaha agar poni rambutnya bisa menutupi sempurna mata bengkaknya lantaran Farel tengah berjaga disana, ada rasa menyesal kenapa ia harus menangis berjam-jam dan membuat matanya seperti ini.

Kali ini Larisa hanya membuat kesalahan kecil, kaos kaki yang harusnya panjang hingga lutut gadis itu hanya menggunakan kaos kaki setumit, ia mempercepat langkahnya saat melewati Farel dan Icha.

"Ciiih kaos kaki setumit, tau aturan gak sih!" Ucap Icha saat Larisa melewatinya.

Larisa hanya berlalu begitu saja, enggan mendengarkan kata yang keluar dari bibir Icha, wanita yang dengan lancang mencium kekasihnya.

Farel melihat gadisnya yang sudah berlalu, dan sedikit saja tidak mau menatapnya, membuat dirinya kembali merasa bersalah.

Larisa baru saja duduk di samping Clara, matanya terasa sangat berat dan ingin sekali terlelap beberapa menit saja, namun tingkah sahabatnya membuat dirinya kesal.

"Bwaha,,ha,,ha,,ha." Tawa Clara pecah ketika melihat mata sahabatnya terlihat seperti benjolan ikan koki, baru kali ini melihat penampilan Larisa seperti sekarang.

Larisa mendengus pelan, bagaimana bisa sahabatnya menertawakan dirinya yang kini tengah berada dalam suasana hati yang tidak baik.

"Kenapa Lo nyet? Mata kayak benjolan ikan koki." Tanya Clara, tawanya belum sepenuhnya berhenti.

"Tau ah, resek Lo!" jawab Larisa seraya menelungkup kan kepalanya, ingin sekali ia menceritakan keluh kesahnya, tapi sahabatnya akan sangat terkejut mendengar dirinya berpacaran dengan Farel.

°°°
Ramainya kantin selalu saja menjadi rutinitas ketika jam istirahat berlangsung, seperti saat ini teriakan para siswa terdengar dari berbagai penjuru, tak jarang mereka saling berdesakan satu sama lain agar bisa segera mengisi kekosongan perutnya.

Jika mereka tengah berdesakan, lain lagi dengan Larisa yang kini duduk manis dengan pandangan kosong, bahkan ia tak sadar jika Farel dan kedua temannya tengah mengambil posisi duduk tepat dihadapannya.

Hingga jitakan keras mendarat di kepalanya yang berasal dari tangan Clara membuat ia meringis, dan tersadar jika Farel berada dihadapannya, lelaki yang membuat ia menangis ber jam-jam.

"Iih sakit tau gak!"

"Lagian Lo ngelamun mulu, udah di pesenin makanan juga, gak di makan-makan!" gerutu Clara yang mulai sedikit kesal, ia sangat penasaran masalah apa yang membuat Larisa seperti ini.

Tangan Larisa terulur mengambil sendok dan garpu, mencoba mengalihkan pandangannya dari Farel yang terus menatapnya, baru satu suap Larisa menyendok kan nasi goreng ke dalam mulutnya, namun air matanya turun begitu saja, ia tidak kuat jika harus berhadapan dengan laki-laki yang masih berstatus kekasihnya, setiap kali gadis itu menatap wajah Farel, bayangan foto Icha mencium lelakinya selalu saja terputar bagai rekaman yang siap terputar kapan saja.

"Ra, gue ke toilet dulu." Ucap Larisa yang enggan menegakkan kepalanya.

Clara yang tengah menikmati makan siangnya dan berbincang dengan Surya dan Kevin, mengiyakan saja perizinan Larisa, ia tak sadar jika sahabatnya baru saja menitikkan air mata.

Farel yang tau jika alasan Larisa pergi adalah menghindari dirinya, lelaki itu segera bangkit dari duduknya, gadisnya baru saja memakan satu suap nasi dan pergi begitu saja.

Langkah Larisa begitu cepat, gadis itu berlari menuju salah satu toilet perempuan yang posisinya paling ujung, dan jarang sekali siswi memilih ke sana lantaran tempatnya yang paling ujung yang membuatnya berjauhan dari titik mana pun.

Tangis Larisa kembali pecah disana, isakannya terdengar di tengah sepinya keadaan, Farel melangkah pelan mulai meneliti satu persatu toilet perempuan yang dilaluinya, tatapannya langsung jatuh pada gadis yang kini duduk diatas flush toilet, gadis itu membiarkan pintunya terbuka, ia hanya mengira tidak akan ada yang datang ke sini.

Farel segera saja mendekati Larisa, duduk di bawah dengan posisi jongkok, tangannya terulur mengambil tangan Larisa yang basah karena menangkup wajahnya yang penuh dengan tetesan air mata, Farel mengecup pelan kedua tangan Larisa bergantian.

"Maaf." Hanya kata itu yang mampu Farel ucapkan saat ini.

Larisa enggan menatap Farel, ia lebih memilih memalingkan mukanya, isakannya terus saja terdengar.

"Ris, waktu itu aku gak bisa ngehindar." Farel mencoba kembali menjelaskan dengan perlahan kepada gadisnya, ia tak ingin masalah ini berlarut-larut.

"Gak bisa apa emang gak mau ngehindar!!" ucap Larisa sedikit kasar, tangannya berusaha lepas dari genggaman lelakinya, namun genggaman Farel begitu erat dan susah untuk di lepas.

Farel mendesis pelan, kenapa gadisnya begitu tidak percaya dengan dirinya.

"Gak bisa, Icha langsung bertingkah gitu aja." Jelas Farel.

"Ciiih bohong! bilang aja suka kan?" tuduh Larisa yang masih bersuara dengan nada ketus.

Farel sudah berusaha dengan baik menjelaskan pada Larisa, namun gadis itu selalu saja mengeluarkan kata-kata kasar untuknya, mungkin Larisa masih butuh waktu untuk percaya dengan ucapannya.

"Terserah kamu beranggapan apa, habis ini kembali ke kantin, lanjutin makannya, jangan sakit lagi." Tutur Farel seraya berdiri dari duduknya.

Farel baru saja akan pergi namun kembali berbalik.

"Hapus bekasnya Ris," ucap Farel sebelum pergi, ia mencondongkan mukanya tepat di hadapan gadisnya, dan sedikit memiringkan kepalanya.

Larisa bukan tipikal cewek yang tidak peka, ia faham apa yang di maksud Farel, tapi egonya terlalu tinggi saat ini.

Farel yang tau jika gadisnya tak ingin melakukan apapun, ia mendekatkan sendiri pipi kanannya dengan bibir Larisa hingga bersentuhan, membiarkan beberapa detik bibir hangat gadisnya menempel di permukaan wajahnya.
Farel kembali menegakkan tubuhnya dan sedikit merapikan rambut Larisa, sebelum benar-benar meninggalkan gadisnya sendiri.

Larisa masih termenung dengan pikirannya, melihat dari perlakuan Farel mungkin benar jika lelaki itu benar-benar tidak mengharapkan kejadian kemarin terjadi.

Larisa membasuh wajahnya menyamarkan bekas air matanya, dan ingin segera kembali menuju kantin, ia pasti akan diberikan pertanyaan beruntun oleh sahabatnya jika ia tak kembali ke kantin, dan Larisa tau Farel tidak akan kembali lagi ke kantin karena ingin membiarkan gadis itu makan dengan nyaman, dan jujur saja ada rasa senang akan perlakuan Farel beberapa menit yang lalu, mungkin ia akan percaya dengan penjelasan lelakinya setelah ini.

***
Thanks for reading
Vote jangan lupa ;)
Ketikkan komentarnya juga, apapun itu pasti aku baca :)

Makasih banget buat yang masih ngikutin cerita Larisa sama Farel sampai part ini. Yang mungkin membosankan ya?

Dan terimakasih banyak untuk yang selalu konsisten buat vote dan ngasih komentar.

Maaf baru bisa update
Cepat lambatnya update ku tergantung vote dan komentar dari kalian :)

Tandai jika ada typo

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang