Hidup itu singkat jangan buang waktumu hanya untuk hal-hal yang gak penting
°°°
Pagi telah menyapa tepat pukul 06.00 Larisa sudah siap dengan seragam putih abu-abu nya dia merapikan rambutnya dan menguncirnya menjadi satu.
Saat menuruni tangga dilihatnya rumah dalam keadaan sepi hanya ada bi Inah yang sedang menyiapkan sarapan, mungkin saja mamanya sudah berangkat ke kantor lebih pagi, jangan tanyakan papanya sudah pasti belum pulang dari Eropa.
"Eh non Larisa udah rapi, sini atuh sarapan dulu." Tanya bi Inah dengan logat Sunda.
"Eh iya bi,"
Larisa memakan menu sarapan favoritnya nasi goreng dengan telur dadar diatasnya dan segelas susu yang menjadi pendampingnya.
Setelah kenyang dengan sarapan pagi. Larisa segera pergi ke halte untuk naik bus karena mobilnya yang sedang dalam perbaikan di bengkel dan mamanya sudah berangkat terpaksa ia harus menaiki angkutan umum tersebut.
Jalanan hari ini cukup lenggang tidak ramai seperti biasanya, Larisa duduk dekat dengan jendela menikmati udara pagi dan pemandangan Jakarta yang sebagian besar dipenuhi gedung gedung tinggi pencakar langit.
Ditemani lagu killing me oleh boyband Korea ikon yang mengalun indah ditelinga, sesekali ia memejamkan matanya.
Sampai ia tak sadar jika bus telah berhenti didepan sekolahnya. Melihat jam tangan masih menunjukkan pukul 06.45 sedikit membuat hatinya dongkol menurut Larisa berangkat pagi adalah kesalahan yang wajib tidak diulangi lagi nanti, karena 15 menit baginya sangat berharga untuk tidur dirumah.
Suasana kelas sudah ramai Larisa juga heran dengan teman temanya kenapa mereka tidak memilih datang ke sekolah pukul 06.59 saja.
Larisa menelungkup kan wajah kedalam lipatan tangan putihnya, baru saja ingin memejamkan mata namun suara pekikan nyaring mengurungkan keinginannya.
"Woy tumben loh udah berangkat, biasanya mepet tuh." sambil menepuk bahu Larisa agar menghadap lawan bicaranya.
"Birisik, gue ngantuk."
"Eits jangan tidur dong gue mau interogasi lo."
"Gausah palingan Lo nanya gapenting udah ah sana pergi." Usir Larisa sambil mendorong Clara agar pergi.
"Ini tuh penting tau gak demi kenyamanan dan ketentraman, langsung to the points deh gue, Lo beneran Ris, couple model sama kak Farel yang gantengnya gak ketulungan."
Larisa nampak sedikit terkejut, bagaimana tidak, kabar itu sudah menyebar dengan sangat cepat.
"Gak ketulungan pala Lo peang, muka pas-pas an gtu dibilang ganteng gak ketulungan lebay banget sih lo."
Clara menggelengkan kepalanya merasa heran dengan ucapan Larisa.
"Mata Lo banyak belek nya kali Ris, ya kali kak Farel ganteng dibilang pas-pasan, jadi gimana Lo beneran pemotretan sama ketos itu."
Larisa ingin membuka mulutnya tapi dia mengurungkannya karena melihat Bu Ira sudah memasuki kelas lantas semua mendadak diam, maklum masih murid baru jadi belum mengenal dengan baik guru guru disini.
Larisa tetap fokus memperhatikan rumus-rumus di papan meskipun dia sudah sangat jenuh tapi dia tetap memperhatikan. lain dengan Clara yang sejak tadi sudah asik bermain dengan ponsel ditangan nya.
°°°
Suara gaduh mulai bercampur menjadi satu, entah mana yang bisa didengar, teriakan murid memesan makanan dengan lantang saling bersautan bahkan tak jelas jika masuk gendang telinga.sama halnya yang dilakukan Larisa entah berapa kali dia teriak dan entah berapa kali ia dikacangin.
Dengan perasaan sedikit kesal dia meletakkan makanan diatas meja, sedangkan sahabatnya Clara sudah duduk manis sejak tadi sambil memainkan ponsel menunggu makanan dari Larisa.
"Eh Ra, Lo tau gak?" tanya Larisa
"Udah tau." Sahut Clara langsung diikuti cengiran kudanya
"Ngeselin Lo."
Farel yang baru saja selesai memesan makanan bersama kedua temannya segera mencari kursi kosong untuk makan, namun dilihatnya kursi sudah terisi murid SMA Nusa Bangsa. Entahlah padahal kantin sudah dibuat sangat luas namun masih tak sanggup menampung semua murid disini, hanya ada tempat disamping Larisa jadi mau tidak mau dia harus duduk disana.
Farel melihat apa yang dimakan gadis disampingnya hanyalah salad buah, sedikit ada rasa kesal dalam dirinya bagaimana tidak waktu makan siang telah tiba, namun Larisa hanya memakan salad buah untuk menyangkal rasa lapar, padahal postur tubuhnya tidak gemuk mengapa harus diet.
"Makan!" suruh Farel sambil menyodorkan nasi goreng makanan nya.
Larisa tidak menyadari jika sejak tadi Farel telah duduk disampingnya, lain lagi dengan sahabatnya Clara yang sudah banyak bicara dengan surya dan kevin teman Farel.
"Gak mau." Jawab Larisa sambil tetap memasukkan salad ke dalam mulutnya.
"Makan atau gue suapin." Ucap Farel tanpa ekspresi.
Clara tercengang dengan apa yang diucapkan Farel pada Larisa, begitupun kedua teman Farel. Selama mereka berteman dengan es batu yang mungkin akan segera cair dia tidak pernah melihat Farel berlaku seperti ini pada seorang gadis.
"Gue bilang gak mau ya gak mau."
Larisa tetap menyangkal lelaki disampingnya.Farel geram dengan gadis yang sejak tadi tidak mau mendengarkan ucapannya,
lantas Farel mengambil sesendok nasi goreng dan diarahkan pada mulut Larisa."Gue bisa makan sendiri." Sontak Larisa mengambil alih dan memakannya dengan sangat kesal.
Niatnya untuk mempertahankan postur tubuhnya dikacaukan cowok dingin keras kepala, padahal Larisa sendiri tidak pernah makan nasi untuk menu makan siang ia hanya makan nasi satu kali dalam sehari dengan alasan ingin mempertahankan postur tubuhnya.
°°°
Hari semakin sore, sang mentari sudah mengubah warna sinarnya menjadi jingga ingin memunculkan keindahan sang senja.Bahkan Larisa sudah mulai bosan menunggu bus yang sejak tadi tak kunjung melintas didepannya.
Larisa melihat Lamborghini Farel melintas didepannya."Naik!" ucap Farel, ia menurunkan kaca mobilnya agar bisa melihat tampang murung gadis lawan bicaranya.
"Gak mau, gue tungguin mama jemput aja." Alibi Larisa padahal dia tau jika mamanya mungkin akan pulang malam.
"Mama Lo yang suruh." Jelas Farel sambil meluruskan pandangannya kedepan.
Larisa yang sudah merasa jenuh menunggu ia segera menerima tawaran Farel, entah alasan apa mamanya menyuruh Farel memberikan tumpangan padanya.Hening seperti tidak ada makhluk hidup, itulah keadaan di mobil Farel, nyatanya Larisa memilih diam tidak ada niat membuka percakapan dengan ice disampingnya padahal ia tidak suka suasana seperti ini.
Namun diamnya Larisa berakhir saat mobil Farel berbelok bukan kejalan rumahnya.
"Lo mau kemana sih udah sore tau gak anterin gue pulang." Ucapnya dengan menatap Farel yang fokus pada jalanan.
"Ke rumah gue." Jawab Farel tak berniat menolehkan pandangannya pada Larisa yang sudah jengkel padanya.
"Ngapain kerumah Lo?"
Namun yang ditanya nyelonong pergi keluar mobil dan masuk kedalam rumah yang bisa dikatakan sangat mewah.
***
See you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Larisa and The Ice Boys
Teen FictionLarisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya sehingga ia lupa dengan waktu, membuat dirinya di hari pertama memasuki sekolah telat untuk mengikuti acara MOS. Farel, cowok dingin yang me...