26. Hukuman

2.4K 103 5
                                    

Suara deringan ponsel berkali-kali tak dihiraukan Larisa, namun kali ini terdengar begitu bising lantaran tak ada jeda sama sekali.
Dengan malas tangannya meraih ponsel itu, dan menggeser tombol hijau.

"MONYET BEGO, BERANGKAT SEKARANG! UDAH SIANG!"

Suara itu terdengar begitu memekakkan gendang telinga, lantas Larisa segera menekan tombol merah agar panggilan segera berakhir, tak ingin membuat telinganya semakin sakit.

Dilihatnya lebih dari sepuluh pesan dan lima belas panggilan tak terjawab dari sahabatnya Clara.
Dan apa ini, hanya satu pesan dan satu panggilan tak terjawab dari lelakinya, masih wajarkah dia disebut kekasihnya.

Farel
Gausah ngebut! tetep aja telat

Pesan itu dikirimkan tepat pukul tujuh, dan sekarang sudah lebih lima belas menit.

"Iih niat gak sih ngasih perhatiannya, kirim pesan cuma sekali, telfon sekali."

Larisa segera berjalan ke kamar mandi seraya menggerutu, lantaran tak ada yang membangunkannya atau mungkin saja dia sendiri yang susah dibangunkan.

°°°
Teriakan para pengemudi hanya dianggap angin lalu oleh Larisa yang kini tengah sibuk memancing emosi para pengguna jalan, suara klakson terdengar bersahutan lantaran gadis itu mengemudi dengan kecepatan di atas rata-rata, dan membuat beberapa pengemudi dibuat kalang kabut karena tingkahnya, bahkan pesan Farel tadi pagi sudah ia lupakan.

Dua ramaja yang sedang berjaga di depan gerbang SMA Nusa Bangsa mengurungkan niatnya untuk memasuki kelas lantaran ada siswa yang datang begitu terlambat.
Larisa dengan tampang juteknya turun dari mobil dan berjalan lurus seolah tak melakukan kesalahan apapun.

Tarikan pada tas punggungnya membuat gadis itu terhenti dan memutar bola matanya jengah.

"Lo tuh telat! tau diri dong!!" Ucap remaja yang berdiri di samping Farel.

"Biasa aja gausah nyolot!"

"Kenapa telat?" tanya Farel dingin.

"Kesiangan." Jawab Larisa malas.

"Alah kesiangan mulu, punya telinga gak sih Lo buat dengerin ayam berkokok." Ungkap Icha dengan pedasnya.

"Sorry, rumah gue gak deket kandang ayam jadi gak denger." Jawab Larisa santai.

Icha kini tengah berusaha sebisa mungkin untuk menahan amarahnya.

"Ikut gue!" titah Farel seraya berjalan ke ruang OSIS.

Sedangkan Icha yang berniat ikut menghukum Larisa ter-urungkan karena sebuah panggilan dari temannya.

Larisa berjalan malas mengikuti Farel, kakinya ingin sekali menendang lelaki di depannya.

Ruang OSIS begitu rapi terdapat satu sofa panjang di pojok ruangan dan lantai bawah yang beralaskan karpet, sangat nyaman untuk melakukan rapat.
Farel berjalan menuju meja kayu dengan papan tulis kecil dan spidol hitam di tangannya, jemarinya mulai bergerak menulis sesuatu diatasnya.

"Bawa ini, keliling lapangan depan 3 kali!" Perintah Farel dingin.

Larisa memandang papan tulis yang sudah bertuliskan 'saya tidak akan telat lagi'.
Sudah dibayangkan betapa malunya dirinya jika hukuman itu dilakukan.

"Iih gak mau maluuu, lari aja ya?" tawar Larisa pada lelakinya.

"Tetep bawa papan tulisnya!" titah Farel tak terbantahkan.

"Rel," panggil Larisa sangat lembut.

Namun yang di panggil hanya diam tak menyahut.
Larisa mendekat kearah Farel, memeluk kekasihnya mencoba agar mendapatkan keringanan yang diinginkan.

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang