49. Mencari Bukti

982 92 18
                                    

Udah part 49 dan kalian masih gak mau tekan bintang? Gak sopan 😂

Vote dulu sebelum baca! Komentar setelah baca :)
Jadilah pembaca yang menyenangkan penulisnya ya teman-teman :)
Author udah nyempetin waktu buat up gak dikasih vote? Kalian tega :'(

°°°
Happy Reading

Pagi yang begitu hangat, sinar mentari nampak malu-malu memamerkan keindahannya, kicauan burung kecil terdengar menenangkan,  Farel melangkah menyusuri lorong rumah sakit yang nampak sepi, berkali-kali hembusan nafasnya memberat, keinginan terbesarnya saat ini adalah mengungkapkan kebenaran dari rumor sampah itu lantas melihat gadisnya bisa berjalan dan tersenyum seperti sebelumnya, jika saja ia bisa menggantikan posisi Larisa, Farel akan melakukannya, sungguh!

Di tengah langkah gusarnya membuat lelaki itu tak sadar sudah sampai di depan ruangan Larisa, dua polisi yang tengah berjaga masih setia duduk di depan ruangan.

Ceklek,,

Suara pintu terbuka mampu membuyarkan lamunan Larisa, garis senyum tipis terukir di wajah pucatnya, wajah tampan kekasihnya mampu menghilangkan bebannya sesaat, harum parfum Farel sudah begitu familiar di penciumannya.
Farel berdiri di samping ranjang Larisa, menyerahkan Tote bag kecil pada gadisnya yang sudah dipastikan berisi iPhone keluaran terbaru.

"Makasih Rel," ucap Larisa semakin melebarkan senyumnya, matanya mengintip sebentar ke dalam Tote bag lantas menaruhnya di atas nakas.

"Mau berangkat sekarang?" tanya Larisa seraya meraih tangan lelakinya dan memainkannya, jari-jari kokoh itu terasa dingin di genggaman tangannya.

Farel mengangguk pelan, tangan kirinya yang menganggur terangkat mengelus surai hitam gadis didepannya.

"Nanti kalok udah pulang langsung ke sini ya?" Larisa sedikit mendongak menatap wajah kekasihnya, mata elang yang selalu mampu menghipnotisnya, bibir merah penuh itu terkadang membuat Larisa lupa diri, jangankan pahatan wajahnya deru nafas Farel yang begitu hangat saja sudah mampu menarik gadis diluaran sana.

Farel menarik pelan hidung Larisa, "Pasti."

"Yaudah gih sana berangkat,"

Farel mengangguk lantas melangkah keluar, belum sempat tangannya menekan gagang pintu, suara panggilan Larisa menghentikannya.

"Rel,,"

Farel terdiam di samping pintu menunggu kelanjutan Larisa.

"Hati-hati di jalan, senyum dulu mukanya jangan dingin-dingin sama pacar sendiri," gadis itu mengatakannya seraya menunduk tak berani menatap wajah kekasihnya.

Farel kembali berjalan mendekati gadisnya, tangannya menyentuh pelan dagu Larisa membuat gadis itu tak menunduk, Farel tersenyum sebentar, wajahnya mendekat lantas mengecup pelan dahi gadisnya cukup lama, "Cepet sembuh,"

°°°
Farel baru saja tiba di parkiran Nusa Bangsa, lelaki itu sudah siap jika para penghuni Nusa Bangsa akan memakinya, kabar bahwa ia kembali ke Jakarta tanpa alasan yang jelas pasti sudah menyebar luas, mungkin sebutan tidak bertanggung jawab adalah pantas untuk dirinya.

Farel mulai berjalan lurus menuju ruang kelasnya, class meeting belum berakhir, para guru masih sibuk mengurus nilai para siswa.

Tatapan memuja dari kaum hawa saat Farel berjalan melewatinya tak pernah luntur, tatapan itu seakan mengartikan "aku rela walau hanya menjadi gadis simpanan mu bang,"
Senyuman-senyuman genit yang tak lebih juga seperti menyimpan artian "ku santet dirimu lewat senyumanku!"

Bayangan Farel akan makian itu nyatanya salah besar, teriakan para kaum hawa terdengar melengking begitu Farel sudah melewatinya.

"Adek rindu wajah tampanmu nak!"

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang