Minta vote nya dulu :'(
Yang belum vote di part sebelumnya vote dulu pleaseApalagi di part 44, parah sih yang baca 553 dan yang vote cuma 35 sekitar 7% nya doang :'
Itu sama saja yang menghargai tulisan author cuma segitu :'
Percayalah menulis tak semudah membaca jadi tolong hargai ya teman-teman :')°°°
Happy readingTerik mentari semakin memanas, jemari seseorang yang sudah terbalut sarung tangan tengah mengetuk-mengetuk kap mobil, Tyo lelaki seumuran dengan ayahnya itu kini berdiri tegap memandang mobil Larisa.
"Saya tak berani mengotak-atik mobil ini lantaran belum mendapat ijin dari pusat Rel, tapi saya akan coba mengambil alih kasus ini, semoga saja atasan mengijinkan." Akhir dari Tyo.
Farel menghembuskan nafasnya pasrah, meskipun tak sekarang terbongkar suatu saat pasti akan terkuak kebenarannya.
Farel berjalan gontai menuju mobilnya, hari semakin siang dan dia belum mengisi perutnya sama sekali, kantung matanya terlihat sedikit menghitam, suhu badannya mendadak hangat karena kurangnya istirahat, bayangkan saja setelah melakukan pertandingan basket yang sekarang entah sampai di titik mana tim-nya, melakukan perjalan berjam-jam dari Semarang berakhir sampai dini hari dan tidur hanya beberapa jam, dan sampai saat ini belum ada makanan yang memasuki perutnya.Farel melajukan mobilnya ia akan pulang sebentar mengganti pakaiannya, walaupun pikirannya ingin segera bertemu Larisa yang baru beberapa jam saja ditinggalkannya namun perasaannya selalu tak tenang meninggalkan gadis itu.
°°°
Perputaran bumi membuat sang mentari semakin berada di bagian barat, Larisa terdiam menatap jendela besar yang menghadap ke area luar parkiran rumah sakit, pikirannya semakin tak tenang karena Farel tak kunjung kembali, gadis itu takut Farel akan meninggalkannya.Tangannya meremas seprai berkali-kali guna menyalurkan kecemasannya, ingin sekali ia menghubungi kekasihnya, namun teringat ponselnya yang sudah dibersihkan cleaning servis atas permintaannya sendiri, padahal petugas kebersihan itu sudah berulang kali memastikan dan berkata "apa tidak saya bawa ke konter saja kak? sepertinya masih bisa diperbaiki." Dan berungkali juga Larisa menolak gadis itu hanya mengambil SIM card nya saja, orang kaya memang beda!
Mr. Wijaya bersama istrinya sudah berkunjung ke rumah sakit tadi siang, mereka juga bingung harus berkata apa ketika di kamar putrinya ditemui barang haram itu, jujur saja kepercayaan mereka sedikit goyah akan temuan itu dan Larisa bisa membacanya dari kedua raut wajah orang tuanya.
Decitan pintu mampu membuyarkan pikiran kalut Larisa, senyumnya mengambang ketika sosok yang sejak tadi bersarang di pikirannya kini sudah berada di ambang pintu.
Farel nampak lebih segar dari sebelumnya, walau raut wajahnya tetaplah dingin namun tak mengurangi kadar ketampanannya.Larisa tersenyum semakin lebar, gadis itu merentangkan kedua tangannya memberi kode agar Farel mau memeluknya.
Farel lelaki itu mendekap gadisnya, kepalanya ia daratkan pada puncak kepala Larisa, tangannya mengelus pelan punggung gadisnya.Dalam posisi ini Larisa mampu mencium parfum Farel yang begitu menyegarkan, gadis itu semakin mencari kenyamanan di dada bidang kekasihnya saat dirasa sebuah kecupan lembut mendarat di puncak kepalanya cukup lama.
Larisa mendongak, ingin memperhatikan lebih seksama wajah Farel. "Kenapa baru kesini?" Matanya menatap dalam bola mata cokelat madu didepannya, Larisa seolah tersihir dengan mata elang itu.
"Maaf ketiduran."
"Aku takut kamu ninggalin aku." Larisa melontarkan kalimat yang sudah ia tahan sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Larisa and The Ice Boys
Teen FictionLarisa, gadis cantik yang menerjuni dunia permodelan diusianya yang terbilang muda, kesibukan pemotretan nya sehingga ia lupa dengan waktu, membuat dirinya di hari pertama memasuki sekolah telat untuk mengikuti acara MOS. Farel, cowok dingin yang me...