15. Jam Bebas

2.7K 129 16
                                    

Kebebasan itu perlu asal gak berlebihan saja.

°°°
Kicauan burung terdengar merdu ditelinga, udara segar mulai berhembus masuk ke celah-celah jendela, membuat Larisa terbangun dari tidur lelapnya.

Seperti biasa gadis itu bergegas menyelesaikan aktivitas paginya, lantas berangkat menuju sekolah dengan mobil pribadinya.

Pandangan mata tertuju pada Larisa saat dirinya mulai berjalan di sepanjang koridor sekolah, tatapan terkagum-kagum akan kecantikan yang dimilikinya membuat siapa saja ingin berada di posisinya saat ini, dimana para siswa mencuri-curi potret model cantik itu untuk dijadikan koleksi pada ponsel mereka, seakan sudah lupa dengan yang mereka lakukan kemarin.

Suara gaduh terdengar begitu riuh yang timbul dari kelas Larisa membuat telinganya berdenyut, beberapa siswa yang sedang berlari-lari dalam kelas hanya untuk memperebutkan sebuah permen, dan kebanyakan siswa sibuk dengan ponselnya.

Seharusnya jam awal pelajaran sudah mulai. Namun, Bu Indra selaku guru mapel pertama belum juga memasuki kelas, kebingungan terjawab ketika sang ketua kelas Nathan mengatakan hari ini free karena guru mengadakan rapat.

Detik itu juga semua penghuni kelas semakin menjadi-jadi, teriakan kesenangan terdengar bukan main seolah-olah telah memenangkan pertandingan, membuat siapa saja enggan memasuki kelas X IPA 2.

Larisa hanya menggelengkan kepalanya melihat aksi konyol teman-temanya, tidak jauh beda dengan teman sebangkunya yang sudah berjoget-joget menirukan boyband Korea dengan tatapan mata terfokus pada layar ponselnya.

"Ra, ke kantin yuk!" ajak Larisa yang mulai jengah dengan teman dekatnya saat ini.
Bagaimana tidak jengah melihat Clara yang sudah sejak tadi tak henti-hentinya mengikuti setiap lagu yang terputar dari ponselnya tak lupa gerakan-gerakan yang mengikuti setiap alunannya.

"Ra, denger gak sih gue ngomong!"

"Denger kok." Ucap Clara dengan santainya, pandangan matanya masih tetap fokus pada layar ponselnya.

"Terus kenapa gak direspon?" tanya Larisa mulai sedikit kesal.

"Iya ayok monyet gue." Jawab Clara kali ini ponselnya sudah masuk kedalam saku bajunya.

°°°
Langkah kedua remaja itu diiringi dengan obrolan receh Clara yang mampu membuat Larisa tertawa, ruang kelas yang rata-rata pintunya tertutup seolah penghuninya sedang sibuk namun saat dilihat dari kaca jendela penghuninya justru tergeletak tidur seperti korban banjir terdampar, itulah SMA Nusa Bangsa, sekolah yang bisa dikatakan favorit namun penghuninya sama saja seperti sekolah pada umumnya.

Pemandangan kantin yang lenggang tidak seperti biasanya membuat Larisa semakin bersemangat melangkahkan kakinya.

"Bu nasgor 2 sama jus alpukat 2." Pesan Larisa, seraya memberikan lembaran 50 ribuan.

"Siap neng," ucap Bu kantin ramah, tangannya bergerak berniat memberi kembalian pada Larisa.

"Gak usah kembalian Bu," cegah Larisa.

Larisa kembali duduk disamping Clara, menunggu pesanan mereka datang.

Terlihat dari kejauhan tiga sekawan yang katanya cogan Nusa Bangsa mulai mendekat kearah kantin, sudah dipastikan para siswa yang sedang makan mulai menghentikan aksinya dan memandangi ke-tiganya seolah-olah mereka akan kenyang hanya dengan melihat Farel, Surya, dan Kevin.

"Duduk sini dong kak, samping aku."

"Kak Farel, sini duduk aku pesanan makanan deh kak."

"Sini dong kak."

Ucap mereka bersahutan, namun tak ada satu pun yang didengar Farel, lain halnya dengan Surya dan Kevin yang sudah memberikan senyuman termanisnya.

Surya dan Kevin menggandeng tangan Farel, kedua temannya itu membuatnya malu saja.
membawa Farel agar duduk dengan Clara dan Larisa, karena sejujurnya mereka berdua juga ingin berdekatan dengan model cantik SMA Nusa Bangsa.

Clara yang mengetahui hal itu segera merapikan tatanan rambutnya, mencoba berpenampilan rapi nan cantik. Lain dengan Larisa yang tak memperdulikan kehadiran mereka.

"Cantik, boleh gabung gak?" ucap Kevin dengan nada genitnya, padahal sedari tadi ketiganya sudah duduk dengan Larisa dan Clara.

"Boleh dong kak." Jawab Clara, mulutnya tak bisa berhenti menampilkan senyumannya, lebih tepatnya terlihat seperti orang yang kurang sehat.

Larisa hanya sibuk dengan ponselnya, hingga tak lama pesanan mereka datang, membuat mata Larisa berbinar seperti tak melihat makanan berhari-hari lamanya.

Brak,,,
Suara gebrakan yang ditimbulkan dari Surya.

"PESAN APA BRO?" lanjut Surya sambil berdiri.
Bahkan aksinya mampu membuat penghuni kantin menolehkan pandangannya ke sumber suara.

Larisa yang baru saja memasukkan sesuap nasi, kini sendoknya sudah lepas dari genggaman nya, dirinya terbatuk-batuk lantaran terkejut dengan aksi Surya yang menggebrak meja disampingnya.

Uhuk,,,Uhuk

"Bi,,asa aj,,a dong kaa,,k" ucap Larisa sambil terus terbatuk.

Dengan sigap tangan Surya mengambilkan jus alpukat Larisa yang tak jauh dari jangkauannya, dan aksi tersebut mendapat tatapan tajam dari Farel.

"Itu matanya kenapa bro, tajam amat lirikannya." Ucap Surya.

"Bodoh!" satu kata yang keluar dari bibir Farel, pandangan matanya tak lepas dari Larisa yang masih terbatuk namun tak separah sebelumnya.

"Santai,,santai,, karna ku sellow,,sungguh sellow," lanjut Surya dengan suara pas-pasannya, bahkan lirik yang dibawakannya tak sesuai dengan aslinya.

"Cewek gue gapapa kan?" sahut Kevin, mencoba menyulut perhatian Farel.

"Yee,, cewek gue kalii." Ucap Surya tak terima.

Sedangkan Farel setelah melontarkan satu kata tadi, ia kembali menatap ponselnya.

***

Satu vote dari kalian sangat berharga untukku ^^

Komen yang banyak ya :*

Makasih :)

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang