41. Full Time

1.5K 105 15
                                    

Pagi ini sang surya sepertinya tak ingin memberi kehangatan, sinar kuningnya tak mau menyapa langit ibu kota, namun bentangan awan masih terlihat putih tak ada tanda-tanda hujan akan turun.

Seorang gadis tengah duduk di meja makan menikmati sarapannya.

"Tumben pagi-pagi udah rapi, ada pemotretan?"

"Nggak Ma, mau jalan sama Farel." Mulutnya sibuk mengunyah makanan.

"Ohh pantes, giliran diajak Mamanya jalan aja malesnya minta ampun." Cibir Wirna pada putrinya.

Larisa hanya tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Tumben Mama gak siap-siap ke kantor?"

"Nanti agak siangan."

"Papa kapan pulang Ma?" Larisa mulai rindu dengan lelaki itu .

"Besok katanya."

Obrolan keduanya berhenti ketika ketukan pintu terdengar, pintu yang tidak tertutup sempurna membuat sang pengetuk terlihat dari dalam, seorang lelaki dengan wajah dinginnya yang mampu membuat Larisa jatuh akan pesonanya.

Gadis itu segera bangkit dari duduknya, lantas berjalan menuju pintu dan membukanya lebar-lebar, meminta kekasihnya agar masuk ke dalam rumahnya.

Farel menyalami tangan Wirna, ia merasa canggung berhadapan dengan Mama Larisa.
Gadis yang sejak tadi berdiri disamping farel kini ikut menyalami wanita paruh baya itu dan berpamitan.

"Loh Farelnya gak disuruh duduk dulu Ris? kok mau langsung berangkat aja?" wanita paruh baya itu sedikit heran menatap tingkah putrinya yang terus menyunggingkan senyumnya.

"Nggak Ma, keburu siang, kita langsung berangkat aja."

"Yaudah hati-hati di jalan."

Larisa mengacungkan jari jempolnya di udara.
Kini mereka mulai berjalan menuju halaman rumah Larisa.

°°°
Mobil Farel melaju tanpa arah dan tujuan, hembusan angin begitu terasa ketika Larisa menurunkan sedikit kaca mobilnya.

"Mau kemana?" tanya Farel membuka obrolan.

Larisa berpikir sebentar, dahinya berkerut menandakan otaknya tengah bekerja keras saat ini, senyumnya mulai terbit ketika suatu tempat terlintas dipikirannya.

"Dufan." Bayangan dirinya menaiki wahana-wahana didalam dunia fantasi bersama kekasihnya membuat senyumnya terus mengambang di wajah cantiknya.

Farel mengiyakan saja permintaan gadisnya, kalaupun ia menolaknya sudah pasti Larisa akan bersikeras memaksanya.

°°°
Dibutuhkan waktu kurang lebih sekitar 120 menit untuk tiba di ibukota bagian Utara tepat dimana dunia fantasi berada.

Larisa yang sudah merasa lelah lantaran terlalu lama duduk segera keluar dari mobil kekasihnya, membiarakan Farel dengan raut dinginnya, dalam hati lelaki itu merutuki gadisnya lantaran dari sekian banyak tempat Larisa lebih memilih Dufan, bukannya tidak suka hanya saja Farel bukannlah tipe lelaki yang suka berada di kerumunan orang banyak dengan teriakan-teriakan histeris tatkala sebuah wahana beroperasi.

"Rel,,naik itu." Jari telunjuknya mengarah pada salah satu wahana, padahal masih beberapa menit mereka menginjakkan kaki di sini dan Larisa sudah ingin mencoba wahana permainan yang dilewatinya.

Farel mengikuti arah tunjuk gadisnya, wahana bebentuk seperti kincir angin tengah berputar 360° dengan berbagai posisi, teriakan-teriakan para penikmatnya terdengar mengerikan memasuki pendengaran.

"Yakin naik itu?"

Larisa mengangguk mantap.

"Berani?" Farel merasa tak yakin gadis manja disampingnya menaiki wahana itu.

Larisa and The Ice BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang